بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ
“Jangan kamu merasa lemah dan jangan bersedih, sebab kamu paling tinggi derajatnya kalau kamu beriman.”
(QS. Ali Imran: 139)
••••
*Raihana versi
Nazril langsung membuang muka dan menjauh dariku, sepertinya mood-nya sedang sangat buruk. Kantung mata dan hidungnya sedikit berwarna merah muda, mungkin bagi sebagian orang itu biasa saja tapi baginya sangat berat dan aku memahami itu.
Mata Nazril menatap lekat surat yang aku letakkan ke mejanya, dia langsung mengambil kertas itu dan meremasnya tanpa ada niat untuk membaca terlebih dahulu. Kepalanya menelungkup dan tidak lagi bergerak sedikit pun.
“Wah kau datang pagi!!” teriak April masuk ke kelas dan langsung merangkulku tanpa aba-aba.
Di belakangnya terlihat Emily berjalan pelan lalu berhenti di depan pintu sambil menatap Nazril dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kali ini dia tidak mengganggu Nazril dan langsung duduk di mejanya sambil memantau Nazril dari kejauhan lalu mengacak-acak kerudungnya kesal sambil mengentak-entakan kaki.
“Situasi macam apa ini?” bisik April menggerutu. “kita main yuk,” ajaknya lalu menarikku keluar kelas.
“Main apa?”
“Kita biarkan dulu mereka menyelesaikan masalah kemarin,” bisik April menjinjit mengintip Emily dibalik jendela kelas.
Belum sampai mata April melihat ke dalam kelas, Nazril sudah ada di ambang pintu dan menatapnya dengan tatapan datar lalu berjalan cepat meninggalkan kami.
“HI NAZ! TUNGGU DULU!” teriak April berlari membalap Nazril dan menghalangi melangkah Nazril.
“Selesaikan dulu masalah kalian, ada yang ingin Emily katakan padamu,” lirih April memelas.
“Apa?”
“Kembali dulu ke kelas dan dengarkan kata-katanya.”
“Jika dia ingin minta maaf, lebih baik tidak usah. Bilang saja aku akan memaafkannya asal dia berhen-“
“Gak akan!” sambung Emily memotong kata-kata Nazril. “iya aku akui aku kelewatan tapi bukan berarti itu jadi alasan kau bebas dari kesepakatan kita.”
“Kau-“
“Hari ini tolong jangan minta apa-apa," potong Nazril membuat Emily tertawa hambar.
“Kalau begitu 1 hari bertambah?”
“Biarin,” sahut Nazril ketus lalu kembali berjalan menjauh.
••••
Jam ulangan pertama sudah berakhir dan kami diberi waktu istirahat sekitar lima belas menit, selama ujian sampai istirahat wajah Nazril terus terlihat keruh dan tak ada seorang pun yang menyemangatinya.
Bagaimana ya supaya dia jangan pindah, batinku khawatir.
Aku melihat ke segala arah memastikan siapa saja yang ada di kelas sekarang.
Kebetulan dikelas sekarang hanya ada aku dan Alya. Aku pun meminta tolong kepada Alya untuk membelikan minuman susu stroberi yang begitu ku sukai sebagai alasan agar bisa memberikan surat lagi untuk Nazril.
“Aku otw sekarang, jangan kemana-mana!”
“Iya makasih banyak Alya~ harus dapat ya?” ucapku memasang wajah jahil mengingat susu stroberi sangat populer di kalangan anak sekolah kami karena rasanya yang unik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemi Dalam Diam
Teen FictionKisah cinta yang begitu rumit antara putri seorang ustadz dan pemuda papuler yang selalu dikelilingi orang-orang. Mereka saling mengagumi dalam hati, namun perbedaan pergaulan membuat mereka jauh dan tidak bisa saling mengatakan isi hati satu sama l...