#13 Kilas balik

43 24 28
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

“Jangan berteman yang hanya menemanimu ketika  kamu sehat atau kaya, Karena tipe teman yang seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu di belakang hari.”

– Imam Ghozali –

••••

Flashback on

“AH SI***N!!” Aldo berlari ke arah kami, lebih tepatnya Ezra dengan sebongkah batu besar di tangannya.

Kami berdua sama-sama kaget, rasanya otakku tidak bisa berpikir jernih sadar bahwa jika Ezra terkena serangan seperti itu nyawa kami bisa dalam bahaya.

Begitu batu itu mengarah ke arah Ezra yang tampak sangat kaget hingga hanya bisa diam membuku, aku spontan berputar dan menendang batu itu sekuat tenaga.

Buk!

Aldo terpental jauh melepaskan batu di tangannya menggelinding di tanah, aku menurunkan kakiku dan sialnya kaki kiriku yang menjadi titik pangku berdiri tiba-tiba malah oleng.

“Ukh!” ucapku kehilangan keseimbangan.

Gedebuk!

“NAZRIL!” Teriak Ezra langsung berjongkok di sampingku.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya khawatir.

“******! Tanganku terlindas gara-gara kau!” tunjuk Aldo ke arah kami sambil mengibaskan tangannya yang memerah.

“SH*T!” Ezra melangkah cepat mendekati Aldo dan menarik kerah baju Aldo dengan wajah memerah padam saking marahnya.

“You motherf*cker!” teriak Ezra nyaring mendorong kasar Aldo.

Ezra menekan gelang jamnya, melirik Aldo kesal lalu berkata. “Suruh semua anggota Nerium oleander yang senggang ke sekolahku, siapa pun sekarang!” titahnya.

Dia mengarahkan gelang jamnya yang bercahaya merah kedip-kedip ke Aldo seolah merekam/memfoto.

“Kau berurusan dengan orang yang salah,” ucap Ezra menatap tajam Aldo lalu kembali ke arahku.

“Kamu bisa berjalan?” tanyanya membantuku berdiri.

Memang sedikit sakit tapi bisa ku paksakan. “Ya aku bisa berjalan sendiri.”

“Kita ke UKS dulu, siapa tahu kau terkilir.”

Aku menatap Aldo yang nampak sangat kesal dan ingin menyerang kami lagi, jujur saja aku juga sangat marah padanya.

Flashback off

••••

“Mau aku pijat?” tawar Emily memegang kakiku.

“Eh jangan! Nanti tanganmu kotor!” Aku menjauhkan kakiku dari tangannya.

“Naz jika sore ini kau tidak bisa ikut geladi fashion show jangan di paksakan, kesehatan itu paling penting,” ucap Adam diangguki semua yang ada di ruangan.

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang