#3 Ketertarikan (1/2)

114 69 31
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

"Cara Allah mempertemukan dua insan dalam suatu ikatan cinta itu beragam, Dia terlalu kreatif hingga sulit di tebak."

"Lantas apa arti pertemuan kita ini?
Apakah kamu hanya sekedar singgah atau akan menetap?"

-Raihana Maulidia Putri-

••••

Namaku Raihana Maulidia Putri, aku adalah anak bungsu dari Ustadz Ali dan Syarifah Siti Sarah. Umiku berasal dari keturunan Rasulullah dan Abi adalah seorang guru dari sebuah pesantren ternama di kota kami.

Alhamdulillah Mereka selalu mengajarkan ku cara hidup layaknya Sayyidah Fatimah Az-Zahra.

*Ingat ini hanya fiksi ya

Ketika aku masih di pesantren, tak sedikit santri yang datang melamarku karena status Abi adalah Ustadz, tapi semuanya di tolak dengan alasan aku masih kecil, aku belum dewasa, Abi ingin aku memilih jodohku sendiri dan sebagainya.

Kecuali satu pemuda, dia tidak pernah datang untuk melamarku dan tidak punya niat ingin menjadi keluarga kami, tujuannya datang semata-mata hanya untuk bertemu kakakku.

"Nak apakah kamu mau menikah dengan anak perempuanku nanti?" tanya Abi membuat aku tercengang.

Aku yang penasaran akhirnya terus menguping pembicaraan mereka di balik tirai jendela kamarku.

Aku dapat melihat teman kakakku itu, dia memang rupawan, tapi setahuku bukan itu points penting yang biasa dilihat Abi dari seseorang.

Pemuda itu tidak menolak dan berkata, "Saya belum ingin menikah, ilmu agama saya juga masih terlalu sedikit dan saya masih terlalu kecil untuk menjadi kepala keluarga seorang gadis dari keluarga besar seperti anak ustadz, jadi setidaknya beri saya waktu untuk memantaskan diri terlebih dahulu."

Kata-katanya itu begitu mendalam sampai membuatku kagum. Namun, setelah itu dia tidak pernah lagi datang ke rumah kami untuk mencari kakakku.

Mungkin dia jera atau takut pada Abi yang sedikit memaksakan kehendak beliau.

••••

2 tahun berlalu dan kini aku masuk ke sekolah MAN 2 Istiqomah setelah 9 tahun belajar di pondok Pesantren.

Aku kembali dipertemukan dengannya, dalam sekali lihat aku bisa tahu dia adalah pemuda yang sama dengan pemuda yang dulu pernah menginjakkan kaki ke rumahku.

Cara dia bicara, senyumnya yang menampakkan satu lesung pipi di pipi kirinya, wajah tampan yang berkesan manis, ditambah dagu yang sedikit berbelah. Benar-benar membuatku yakin dia adalah teman kakakku itu.

Bagaimana bisa orang seperti itu mudah dilupakan, terlebih lagi dia adalah pemuda yang sangat disukai Abi melebihi murid-muridnya.

Tap! Tap! Tap! Langkah kakinya mendekatiku, dia berdiri tepat di belakangku lantas menunggu gilirannya mendapatkan tanda tangan kakak OSIM.

Bau parfumnya yang segar tercium di hidungku walaupun aku sudah memakai cadar.

Saat giliranku meminta tanda tangan kakak OSIM, dia membantuku 2 kali; pertama dia memberikan aku pulpen saat aku tidak sengaja meninggalkan pulpenku di tempat lain, kedua dia menolongku agar bisa pergi dari kakak OSIM yang sepertinya ingin menjahiliku.

••••

Keesokan harinya
Hari di mana kami akan belajar di kelas untuk pertama kali ....

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang