#4 Ketertarikan (2/2)

108 65 20
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

"Tuhanku, tenggelamkan diriku ke dalam lautan keikhlasan mencinta-Mu. Hingga tak ada sesuatu yang menyibukkanku selain berzikir pada-Mu."

-Rabiah Al Adawiyah-

••••

Semuanya masih membahas tentang apakah aku bisu. Tampaknya itu jadi lolucun yang sangat lucu bagi mereka.

"Kalau Raihana bisu berarti aku punya Indra ke enam haha." Teman di sebelah kananku terbahak-bahak.

"Jadi intinya Tina bohong?" tanya Ilham memasang wajah polos yang di buat-buat.

"Cih siapa yang bohong, aku kan cuma menebak bukannya menuduh." Tina kembali memasang muka sinis seolah tidak menyukai kami semua.

Semuanya terdiam saling menatap satu sama lain dengan wajah malas.

"Ahem! fokus semua, ayo kita kembali ke pembahasan," ucap Nazril mencegah perdebatan.

"Seperti apa usul kalian tadi?"

"Ah! Raihana bilang bagaimana kalau kita ambil tema lukisan kaligrafi?"

"Mmm ... bagaimana ya, tapi aku tidak terlalu mahir menulis kaligrafi." Ilham tertawa canggung dan menggaruk kepalanya gatal.

"Raihana bisa membuat kaligrafinya. Iya kan?"

Aku mengangguk kecil dan tersenyum pada teman di sebelahku.

"Jadi maksudmu Ilham hanya perlu menggambar latar belakangnya?"

Aku kembali mengangguk.

"Latar belakang seperti apa yang perlu aku lukis?"

"Sepertinya pemandangan bagus." "Bagaimana kalau masjid Al Aqsha?"
ucapku dan Nazril berbarengan.

Semuanya kembali terdiam, aku tidak tahu kenapa kami seperti ini tapi sepertinya mereka jadi sungkan karena aku.

"Kita pakai milik Nazril saja!" ucap Tina antusias.

"Bagaimana kalau kita dengarkan dulu penjelasan Raihana?" tolak Nazril mengalah.

Semua pandangan teralih padaku, membuatku gugup dan takut opiniku tidak sesuai ekspektasi mereka lalu di tolak.

"Kenapa diam?" Tina mulai kesal menungguku bicara.

"Sebenarnya melukis sesuatu yang bernyawa itu tidak diperbolehkan dalam Islam karena dianggap menandingi Allah SWT," gumanku cepat tanpa rem.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ خَلَقَ خَلْقًا كَخَلْقِي

Artinya : "Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang sengaja menciptakan (sesuatu) seperti ciptaan-Ku, ...."

Semuanya diam saling bertatapan dengan wajah bingung ...

"Dia bilang apa? aku tidak mendengarnya," bisik Ilham pelan tapi terdengar di telingaku.

"Aku juga tidak dengar."

Nazril terkekeh kecil melihat anggota kelompok kami kebingungan lantaran kata-kataku yang terlalu cepat dan pelan.

"Dia bilang 'Melukis sesuatu yang bernyawa itu tidak diperbolehkan dalam Islam karena dianggap menandingi Allah' iya kan?"

Brak!

Ilham langsung memukul meja dan berdiri menatapku tajam.

"SERIUSAN!?" Teriaknya kaget langsung ku jawab dengan anggukan.

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang