بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ
"Di hadapanmu, aku terlihat diam dan tidak memedulikanmu. Tapi, di hadapan Allah secara terang-terangan aku meminta pada-Nya agar di satukan denganmu."
••••
*Raihana versi
Kini malam telah tiba, aku pun berdoa kepada Allah tentang dia yang membuatku kagum dengan keimanannya.
"Ya Allah.. kau tahu, hati ini terikat suka akan indahnya seorang insan ciptaan-Mu."
"Tapi hamba takut, cinta yang belum waktunya ini menjadi penghalang mencium surga-Mu."
"Berikan hamba kekuatan menjaga cinta ini sampai tiba waktunya ..."
Tanpa sadar air mataku menetes. aku takut cinta ini tumbuh dan terus berkembang melebihi cintaku pada Allah. Aku takut aku tidak bisa mengontrol perasaanku suatu saat nanti hingga menjauhkan aku dari Sang Maha Pencipta.
"Ya Allah.. jaga dia, jadikan dia pria yang sholeh. Satukan lah kami jika kami memang jodoh, tapi jika bukan maka buatlah hamba melupakannya."
"Aamiin~"
Setelah itu aku langsung merapikan bajuku dan keluar untuk menyiapkan makanan bersama Umi. Sekarang kami hanya berduaan di rumah karena Kak Rayyan dan Abi ada di pondok.
Sepanjang makan aku hanya diam sambil melamun mengingat kejadian tadi sore.
•Flashback on•
"Alya hari ini bagaimana ulangannya?" tanyaku senang lantaran aku menguasai materi ulangan tadi.
"Susah banget! Kepala Alya pusing!" rengek Alya tidak suka.
Aku terkekeh merangkulnya dan memberinya semangat, kemudian perhatianku teralihkan ke depan gerbang sekolah yang sudah dikerumuni banyak orang.
"Eh ada apa itu Alya? Apa ada kecelakaan?" tanyaku heboh dan langsung mengajak Alya berlari melihat apa yang sedang terjadi.
Ternyata bukan sebuah kecelakaan tapi perdebatan antara Emily dan Nazril yang entah kenapa hari ini memang sering beradu mulut. Emily bahkan tadi mempermasalahkan Nazril yang duduk tanpa ada penghalang antara aku dan dirinya, padahal kami duduk berjauhan dan tidak berinteraksi sedikit pun.
"Mil kalau kau terus seperti ini jangan lagi deh berteman denganku," tegur Nazril memasang wajah serius dengan alis menurun.
"Kau tidak bisa begitu, kalau kau mau aku menjauh bayar janjimu untuk menuruti semua permintaanku."
"Berapa?"
"5 Miliar."
"Apa!? Kau gila! Kenapa semahal itu! Orang nikah pun tidak sampai segitu!"
"Itu nilai harga diriku sebagai cucu dari perusahaan besar. Kau sudah merendahkan harga diriku kalau membatalkan kesepakatan kita."
Wajah Nazril jelas memperlihatkan ekspresi tidak suka, tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengeras menatap tajam Emily yang juga menatapnya tajam.
"Mil permintaanmu aneh, aku tidak bisa melakukannya," lirih Nazril setelah menghela napas panjang —Dia berusaha berdamai dengan keadaan tapi Emily tidak mau.
"Aneh dari mananya? Bagiku ini tidak aneh? Aneh itu kalau aku memaksamu untuk jadi pacarku."
"Aku lebih baik bersujud di sini sekarang daripada harus bersentuhan denganmu yang bukan mahramku."
"Oke kalau begitu bersujud sekarang! Sekalian cium tanah bekas ku injak ini!" jawab Emily berteriak mengentak-entakan kakinya. "TUNGGU APA LAGI SUJUD SEKARANG!" sambungnya tega.
Nazril diam sejenak menatap wajah kesal Emily lalu menarik napas dan mengangkat kain celananya untuk bersiap-siap bersujud —Masa dia benar-benar mau bersujud pada Emily yang bukan siapa-siapanya. Apa dia tidak malu?
Ingin sekali aku menghentikan aksi Nazril yang sebentar lagi berjongkok, tiba-tiba mataku dan mata April bertamu dan tanpa sadar aku memberikan sinyal agar April tidak membiarkan Nazril bersujud.
Tap! April langsung menahan bahu Nazril hingga pria itu langsung menatapnya terheran-heran, April menggeleng lalu berbisik. "Jangan bersujud kepada selain Allah."
Mendengar itu Nazril terlihat sedikit kaget dan langsung meluruskan tubuhnya tidak jadi bersujud kepada Emily.
"APRIL APA YANG KAU LAKUKAN!? BIARKAN DIA BERSUJUD PADAKU!" protes Emily tidak terima.
"Mil sudah. Jika kau melakukan ini kau yang akan menyesal," tegur April menatap Emily dengan wajah lelah lalu kembali melihat ke arah Nazril.
"Pergilah, Emily sedang marah. Jangan sampai dia meminta yang lebih dari ini."
Nazril mengangguk singkat dan kembali memasang helm full facenya. Emily tak henti-hentinya berteriak, sementara Nazril berbalik ke arahku.
Mata Nazril membulat kaget ketika melihat diriku ada dibelakangnya, kemudian langsung membuang muka.
"Naz jika kau berani pergi sebelum melakukan perintahku aku pastikan kau tidak akan selamat!"
"NAZRIL DENGARKAN AKU!!"
Nazril melirik singkat ke arah Emily lalu melaju kencang meninggalkan kami semua yang ada di sini.
"HI AWAS KAU!" pekik Emily dengan suara parau dalam pelukan April.
"APRIL KAU APA-APAAN!" Emily melepaskan pelukan April dan menatap gadis itu dengan tajam.
"KAU YANG APA-APAAN! KAU SUDAH GAK WARAS YA!?"
"APA KAU TAHU CARA SEPERTI ITU GAK BAKAL BUAT DIA SUKA! Dia bakal ilfil Mil~"
Emily mengusap kasar wajahnya sambil bergumam kecil seolah beristighfar, lalu menggeleng dan menatap orang-orang di sekitarnya dengan sinis.
"APA LIHAT-LIHAT! BUBAR SANA!" bentaknya membuat kami semua langsung bubar.
•Flashback off•
"Gimana ya keadaan Nazril? Dia pasti pulang dengan selamat kan?" gumamku mengingat ancaman Emily pada Nazril.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemi Dalam Diam
Novela JuvenilKisah cinta yang begitu rumit antara putri seorang ustadz dan pemuda papuler yang selalu dikelilingi orang-orang. Mereka saling mengagumi dalam hati, namun perbedaan pergaulan membuat mereka jauh dan tidak bisa saling mengatakan isi hati satu sama l...