#31 Perasaan lain

19 9 12
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

"Sederhana saja, aku mencintainya karena Allah. Jika hilang cintanya pada Allah, maka hilang juga cintaku padanya."

-Raihana-

••••

*Raihana versi

Setelah satu minggu menghadapi ulangan, akhirnya hari pembagian rapor tiba. Kami semua berbaris di tengah lapangan, menunggu pengumuman juara-juara kelas.

"Mel aku gugup!" pekik Lilis memeluk pergelangan tangan Emily yang hanya diam menatap sekilas sahabatnya.

Mata Emily dan mataku bertemu; dan untuk ke sekian kalinya raut wajahnya berubah murung menatapku dengan sorot mata tajam yang menyiratkan kebencian.

"Kamu enak pintar, iri deh!" puji April pada Emily yang langsung menoleh dan mengabaikan keberadaanku.

Emily tersenyum hambar melipat kedua tangannya seraya mengangkat dagu seolah sedang menyombongkan diri, melihat itu semua sahabatnya murung dan Emily pun tertawa merangkul mereka.

"Bercanda-bercanda," ucapnya masih tertawa dengan senyum tulus.

"Oke berikutnya kelas X IPA 1" ucap kepala sekolah membuatku sedikit gugup, tidak disangka-sangka ternyata cepat juga giliran kelas kami tiba.

"Juara 3 dengan total nilai 18×× Ezra William!"

"WAH!" Adam tercengang menatap Ezra yang berdiri di sebelahnya.

"KEREN BRO!" pujinya lagi dibalas senyum tipis oleh Ezra yang langsung maju dan berdiri disebelah wali kelas kami yang tengah mengenteng-enteng hadiah.

"Kyaaa Ezra keren banget, sudah ganteng, pintar pula!" puji Lilis berbisik sambil menyembunyikan wajahnya di celuk leher Tina yang tengah tersenyum memberi tepuk tangan pada Ezra.

Tatapan Tina pada Ezra sedikit berbeda dengan tatapannya yang biasanya berkesan sinis dan tajam, dia menatap Ezra dengan sangat tulus dan hangat hingga membuatku salah paham dan mengartikan itu sebagai bentuk suka(?)

"Juara kedua dengan nilai 22×× Raihana Maulida Putri!"

Mendengar kata-kata barusan aku langsung menatap ke sumber suara -memastikan apakah aku tidak salah dengar kalau tadi namaku benar-benar disebut.

"Hah!?" ucapku tercengang sambil menutup mulutku tak menyangka bisa menjadi peringatan kedua dengan nilai setinggi itu. Alhamdulillah ya Allah.

"Raihana kau peringatan dua!" ucap Alya sangat antusias ku-balas dengan dengan tersipu malu.

"Wah Raihana selamat," ucap April bertepuk tangan sambil senyum hangat. Di kir dan kanannya nampak ketiga gadis yang tengah menatapku sinis sambil bertepuk tangan pelan.

"Paling juga kebetulan," gumam Tina kembali sinis.

"Mana yang namanya Raihana Maulidia Putri?" tanya wali kelas kami membuatku tersentak dan langsung berlari ke depan. Rasanya gugup sekali melihat semua mata memandang ke arahku.

Begitu aku berdiri di depan murid-murid, tubuhku dan tanganku langsung bergetar, rasanya aku ingin menangis terharu melihat mereka yang menatapku penuh kagum.

"Peringkat pertama dengan total nilai 25×× ...."

Semua orang tercengang mendengar total angka yang dikatakan guru kami, rasanya sulit percaya ada murid yang bisa mencapai nilai setinggi itu karena bagi kami mendapatkan nilai 1800+ pun sudah sangat sulit dan anak ini mendapatkan nilai 25××.

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang