بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ
"Oleh karena ada kau, aku berkata pada Tuhan, Lindungilah ia yang bersujud dengan menabur air matanya saat meminta aku pada-Mu."
-Zarry Hendrik-
••••
*Raihana versi
Beberapa hari setelah aku dan Nazril bertemu ... pikiranku jadi kacau. Sekeras apa pun aku mencari tahu alasannya, aku tak mendapatkan jawaban tentang kenapa sikapnya tiba-tiba berubah padaku.
Apa mungkin moodnya saat itu sedang jelek? -itulah yang aku yakinkan pada diriku.
"Apa pun alasannya aku harap itu hanya kebetulan, semoga di semester baru ini sikapnya kembali seperti dulu padaku. Aamiin," gumamku menyisiri tempat parkir.
Tak lama aku berjalan, aku melihat seorang gadis tengah memperbaiki hijabnya di kaca motor yang ada di depannya, dia berbalik menatapku sinis sambil mengecak pinggang.
"Apa?" ketusnya membuat suasana menjadi aneh.
Gadis itu adalah Emily, si gadis kaya yang begitu bucin pada Nazril.
Kami berdua saling bertatapan tanpa ada yang bicara, aku sungguh merasa canggung dengannya yang terang-terangan menunjukan ketidak sukaannya terhadapku.
"Oh iya kebetulan kita bertemu di tempat sepi begini," ucapnya tersenyum licik sambil mendekat ke arahku.
"Kau ... suka dengan Nazril kan?" bisiknya pelan terdengar seperti ledekan.
"Apa maksudmu?" balasku datar dengan wajah waspada.
Gadis itu teryawa geli sambil menggelengkan kepalanya lalu memegang bahuku dengan wajah serius. "Ayo bersaing secara sehat," tegasnya penuh penekanan.
"Sebelum mengajak orang bersaing pastikan dulu apakah lawanmu nanti benar-benar satu tujuan denganmu," sahutku pura-pura tenang -aku tak ingin ada yang tahu aku menyukai Nazril.
"Cih, menurutmu dengan ngomong begitu aku akan terkecoh? Dengar ya, hanya orang bodoh yang tidak tahu kau suka dengan Nazril!" Buk! Emily berjalan menabrak bahuku.
Kini gadis itu telah jauh datiku, dan aku pun langsung menggigit bibir. Sejujurnya sikapnya tadi membuatku takut hingga jantungku berdebar-debar.
"Ya Allah hamba takut," gumamku meremas rok seragam.
Pikiranku melayang entah ke mana-mana, aku cemas dan ragu apakah aku bisa menang malawan gadis cantik seperti Emily.
Selang waktu beberapa menit ketik,a aku masih berada di parkiran. Seorang pemuda yang tak asing datang memarkirkan motornya tepat di sebelah motor matic milikku. Dia adalah Nazril, pria yang dari tadi aku bicarakan.
Sekilas sebelum dia melepaskan helm, Nazril menoleh ke arahku lalu dengan cepat turun dari motor dan melepaskan helm-nya, tanpa sepatah katapun dia langsung melangkahn cepat melewatiku hingga hati ini rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum.
Mataku senantiasa menatap pundak lebarnya yang melangkah menjauhiku; aku memang tidak berharap disapa tapi setidaknya aku harap dia tidak membuat dinding penghalang setebal ini.
Fakta bahwa dia hanya membuat jarak padaku membuat hati kecil ini bagai teriris, harga diriku sebagai wanita hancur karena dia yang aku suka sengaja membuat jarak denganku.
Apa salahku sampai dia tiba-tiba begini? Apa mungkin karena dia salah paham soal kejadian foto bersama juara-juara umum? Tapi gak mungkin, dia kan gak suka padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemi Dalam Diam
Teen FictionKisah cinta yang begitu rumit antara putri seorang ustadz dan pemuda papuler yang selalu dikelilingi orang-orang. Mereka saling mengagumi dalam hati, namun perbedaan pergaulan membuat mereka jauh dan tidak bisa saling mengatakan isi hati satu sama l...