#19 Bukan Mahram

29 14 11
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

"Aku ingin mencintaimu dalam diam, tanpa mata yang mengisyaratkan cinta, tanpa lisan yang melafazkan suka, dan tanpa perilaku yang memberi tahu."

••••

Sore jam 2 siang, masih di sekolah.

Teman-teman kini berteriak-teriak menyemangatiku yang sedang lomba jalan cepat sambil menggigit senduk berisi kelereng yang katanya tidak boleh jatuh atau aku harus mengulang lagi.

"YEAY!" teriak mereka heboh saat aku menginjakkan kaki di garis finis sebagai juara dua.

Hari ini sangat menyenangkan, beragam lomba telah kami saksikan; mulai dari lomba balap karung sampai dengan tarik tambang.

Di penghujung acara hari ini, kami semua berkumpul di lapangan utama sekolah untuk menyaksikan siapa juara pertama lomba tarik tambang putra antara kelas 12 IPA 3 dan kelas kami.

"Semangat!" teriak cewek-cewek kelas kami menyemangati perwakilan kelas yang ikut lomba tarik tambang.

Setiap kelompok tarik tambang terdiri dari 6 orang dan yang mewakili kelas kami ada Adam dan Ilham.

Hidung Adam terlihat sedikit memerah setelah tadi lama menelungkup, mungkin karena dia sedih harus putus dengan April.

"Siap!?" tanya Kak Adan menatap bergantian kedua kelompok.

"MULAI!" ucapnya mengangkat kakinya dari tali tarik tambang yang langsung ditarik kedua pihak.

"KYAAA!"

"X IPA 1!"

"XII IPA 3!"

"Tarik!"

Teriak para penonton antusias, berteriak histeris membuat suasana begitu bising tapi seru.

"Weh Adam kuat juga hahaha," puji Nazril terdengar seperti ledekan, di balas Ezra dengan senyum miring.

Ya, sekarang mereka sedang bersebelahan, lebih tepatnya Alya di sebelahnya. Kami berdua tidak kebagian tempat untuk menonton lalu melihat Nazril dan Ezra hanya berdua menonton pertandingan dari dekat meja OSIM, jadi kami ikut ke sana dan bisa menyaksikan pertandingan.

Tak lama setelah itu banyak murid lain ikut menonton di sekitar kami hingga jadinya sesak dan Alya terus terdorong kesana kemari.

"Aduh Rai, aku pindah deh!" Ucapnya tidak kudengarkan karena terlalu fokus ke pertandingan.

Aku ikut tegang melihat Adam dan yang lainnya tampak sedikit kewalahan melawan kakak kelas yang menjadi saingan mereka, secara spontan tubuhku ikut mencondong ke arah kanan seolah ikut menarik tali membantu kelas X IPA 1.

Tubuhku mendorong kuat tubuh Alya yang ada di sebelah kananku hinga dia semakin terjepit tidak bisa bergerak mundur menghindariku.

"Kyaaa semangat!" teriakku pelan lalu tanpa sengaja menginjakkan kakiku pada kaki Alya.

"Akh!" bukan suara Alya yang ku dengar tapi suara laki-laki.

Mataku membelalak dan tubuhku terdiam beku melihat ke sebelah kiriku ada Alya yang sedang menatapku terheran-heran.

*Alya sudah pindah ke sisi kiri Raihana saat dia fokus menonton pertandingan.

Aku menatap orang yang dari tadi aku dorong dengan wajah syok. "Hah Nazril?" gumamku terdiam membeku melihatnya juga menatapku dengan ekspresi kesakitan sambil mengangkat kedua tangannya agar tidak menyentuh tubuhku.

Saat itu karena penuh Nazril tidak bisa mundur untuk menghindariku yang terus mendorong tubuhnya hingga akhirnya dia memutuskan untuk ikut mendorong kuat Ezra yang ada di sebelah kanannya sampai ikut terjepit dari pada harus bersentuhan denganku.

Ezra mengeratkan rahangnya menatapku dengan mata melotot, marah dengan kelakuanku yang membuatnya terjepit tanpa bisa bergerak sedikitpun.

Alya menarik pergelangan tanganku sambil berbisik, "Rai, sampai kapan kamu mau menginjak kaki Nazril?"

"ASTAGHFIRULLAH!" ucapku langsung menjauhkan tubuhku yang dari tadi menempel di tubuh Nazril dan menginjak kakinya.

"K-k-kau baik-baik saja!?" tanyaku gelagapan bingung harus bagaimana.

Nazril hanya mengangguk dengan senyum yang dibuat-buat, sepertinya dia mencoba nahan sakit agar aku tidak merasa bersalah.

Melihatnya seperti itu perasaanku jadi campur aduk antara merasa bersalah, malu dan juga sedih. Bisa-bisanya aku tidak menyadari keberadaannya walau aku mencium bau wangi parfum tubuhnya yang khas dan malah mengira dia Alya.

Uwah rasanya mau menghilang saja, batinku.

Entah kenapa aku selalu gugup kalau berhadapan dengan Nazril. mulutku jadi lupa cara berbicara dan tidak bisa melontarkan kata maaf walau aku tahu ini sepenuhnya salahku.

"X IPA 1!" teriak Kak Adan disambut gembira oleh anak-anak kelas X IPA 1 yang langsung mengalihkan perhatianku.

Aku dan Alya kebingungan tidak menangkap apa yang terjadi karena fokus pada aksi konyol ku hingga tidak sadar bahwa kelas kami sudah memenangkan pertandingan.

Aku dan Alya ikut bersorak bergembira dan berpelukan satu sama lain membuat perasaan gugup ku langsung menghilang.

"Anu!" aku menoleh ke arah Nazril dan Ezra untuk meminta maaf tapi ternyata mereka berdua sudah pergi bersama rombongan cowok-cowok yang puas dengan selesainya permainan.

"Raihana tadi itu lumayan romantis!" ledek Alya tertawa puas.

"Alya!" bentakku tidak senang, kalau di lihat dari segi agama itu masuk dosa besar karena aku telah menyentuh bukan mahram-ku.

Terlebih lagi seperti Nazril kesakitan dan tersiksa dengan sikapku yang benar-benar kekanak-kanakan ini.

Tapi bohong juga kalau aku tidak baper, pipiku sampai memerah. Tubuhnya hangat dan kokoh, sangat beruntung ibu dan saudarinya bisa memeluknya.

"Astaghfirullahaladzim." Aku menggeleng cepat dengan senyum yang melekat tak henti-hentinya.

Follow, vote, komen, dan share cerita ini agar banyak yang tahu XD

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang