#14 Penjelasan

45 24 21
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

“Jangan sedih. Sesungguhnya pertolongan akan datang bersama kesabaran.”

–HR. Ahmad–

••••

“Cewek tadi siapa?” Adam melirik kakak yang  berjalan keluar UKS.

“Kakel,” jawab Nazril mengangkat bahunya tersenyum miring.

“Aliza siapa?”

Mendengar pertanyaan itu Nazril terdiam memasang senyum lebar yang tampak sangat bahagia seolah orang bernama Aliza itu memiliki posisi penting di hatinya.

“Kami cukup dekat seperti kakak-adik sungguhan, dia sering curhat soal apa pun padaku baik suka maupun duka, tak jarang kami pun bergantian mentraktir satu sama lain ketika ada kabar gembira,” jawabnya dengan tawa yang memperlihatkan lesung pipinya.

Perasaanku terguncang, haruskah dia mengatakan itu di depanku. Dia bahkan tidak melirik ke arahku sama sekali dan terus membahas tentang gadis itu dengan senyum tulus yang tidak di buat-buat.

“Terus kenapa kakak itu yang sok dekat?” komen Emily murung. “sksd banget gak sih,” sambungnya menatap Ezra dan Adam yang terkekeh menggelengkan kepala mereka.

“Begitulah perasaan kami saat kau sok dekat pada Nazril.”

“Ya maaf deh aku gak ngaca.”

Itu sebuah pengakuan bukan? Aku menatap lekat wajah Nazril yang ikut tertawa mendengar kata-kata Emily. Apa artinya itu dia sudah tahu perasaan Emily padanya dan memilih membiarkannya? Untuk apa? Dia juga ada rasa pada Emily?

Nazril andai kau tahu bagaimana perasaanku padamu apakah kau akan menerimanya, apa kau akan menjelaskan semua ini agar aku tidak salah paham dan menjaga sikapmu pada wanita lain di depanku.

Wajahnya tiba-tiba menoleh ke arahku dan kami bertatapan, dia terdiam menatapku dengan senyum yang memudar dan aku pun langsung keluar UKS meninggalkan mereka.

"Hiks!" Langkahku berat berharap dikejar tapi itu jelas tidak akan terjadi, aku menggigiti bibir bagian dalam menahan tangis.

Perlahan Aku duduk menyandarkan kepalaku di meja kelas kami yang sepi ini dengan air mata yang jatuh tak tertahan.

Tangan ini tidak hentinya meremas dada yang terasa perih ini, sesakit ini melihat dan mendengar orang yang ku sukai memiliki hubungan spesial dengan wanita lain.

“Ya Allah~” ucapku mengusap derai air mata. “sesakit ini rasanya mencintai hambamu huhuhu.” sambungku kembali menangis.

Rasanya ingin aku berteriak, melampiaskan sakit hatiku pada ruang kelas yang kosong ini sekarang.

“Kenapa begini Ya Allah,” lirihku menatap ke atas. “Apa ini peringatan agar hamba jangan mendekati hambamu yang itu?” tanyaku tersenyum paksa masih dengan derai air mata.

“Raihana! kenapa?” Seseorang mendekat ke arahku, membuatku berhenti menangis dan segera mengusap kasar air mata ini.

Aku menatap wajahnya dan melihat April berada di sampingku dengan wajah khawatir, mengelus belakangku lembut. “Kenapa kau menangis?”

Aku menggeleng cepat tanpa berani menatap matanya dan meremas rok ku menahan tangis.

“Apa tunanganmu selingkuh?” tanyanya dengan wajah polos membuatku bingung dan menatapnya diam.

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang