#12 Salah paham

55 30 35
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

“Aku tidak sebaik yang kau pikirkan, Tapi aku juga tidak sejahat yang terlintas di hatimu.”

-Ali bin Abi Thalib-

••••

Ezra menarik napas panjang -mengayuh sepeda perlahan dengan setang yang berbelok-belok tak tentu arah, tubuhnya mengeras kaku membuatku tidak bisa menahan tawa.

Tin! Tin!

Semua kendaraan di belakang kami mengklakson lantaran bersepeda di tengah jalan. Aku ikut tegang dan cemas, tak henti-hentinya aku menegurnya untuk ke pinggir jalan.

Mungkin begini perasaan Adam saat  aku membawanya ngebut di jalanan?

••••

"Hei!" Sapa Adam langsung menghampiri kami yang baru saja sampai ke sekolah.

Dia ikut duduk di sebelahku dan memperhatikan seorang anggota OSIM yang tempo hari berniat menjahili Raihana.

“Hi kalian berdua tahu itu siapa?” tunjuk Adam mengarah padanya.

“Aldo?” sahut Ezra menatap Adam penuh tanda tanya, begitu pula denganku.

Adam mengangguk, menatap sinis Aldo yang tidak sadar tengah dibicarakan. “Dia ngeselin banget. Masa dia ngatain aku jelek kayak sendirinya cakep aja.”

"Pffft!" Ezra menutup mulutnya dengan tubuh bergetar tertawa tanpa suara, membuat Adam melotot dan tidak terima.

“Mentang-mentang ganteng sopan kah begitu!? Semoga wajahmu penuh jerawat!” kutuk Adam menunjuk Ezra penuh emosi.

Tawa Ezra terhenti, wajahnya langsung memerah padam menatap tajam Adam bagai elang siap berburu.

“TARIK KATA-KATAMU!” ucapnya lantang membuat semua perhatian tertuju pada kami.

“MINTA MAAF DULU!” balas Adam jelas tidak mau kalah.

Mereka berdua berdebat hebat dengan aku yang duduk di tengah keduanya, suara mereka nyaring menusuk gendang telingaku, tangan mereka berkali-kali lewat di depan wajahku.

Plak-plak! Aku memukul kepala keduanya yang sudah membuatku todak tahan. “Berisik, gak malu apa?” bisikku penuh penekanan sambil tersenyum pada orang-orang yang memperhatikan kami.

Keduanya diam tidak membantah, membuang muka mereka ke arah berlawanan dariku.

Adam membuang napas kasar, menggaruk-garuk kepalanya kesal. “Aku kurang suka kakel itu, dia seperti tidak diajari sopan santun.”

Kami kembali memperhatikan Aldo, Ezra bahkan sangat serius mengamati pria itu. “Dia terlihat bodoh,” ujarnya menatap kami satu persatu dengan wajah biasa saja.

“HAHAHA KAMU KURANG AJAR YA ZRA!” teriak Adam antara memuji dan menghina.

“Dia itu playboy!” tegas Ezra memasang wajah serius.

“Tahu dari mana?”

“Dia kakelku di SMP.”

Adam tercengang membuka mulutnya lebar membentuk O. “Kaya dong? Pantas saja tidak beradab!”

“Maksud lo apa?” Ezra tersinggung, menatap Adam dengan alis menurun kesal dan wajah datarnya yang seolah ingin merendahkan.

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang