"HAACHI!"
"Bless you." Dengan cepat Mina menggeser piring makanannya ke samping. "Kalau bersin tuh mulutnya ditutup ih jorok banget sih kamu!" tegurnya.
Miguel hanya cengengesan sambil mengelap hidungnya menggunakan punggung tangan.
"Kamu lagi flu?"
"Nggak, Yang. Gak tau nih tiba-tiba bersin, ada yang gibahin kali ya," jawab Miguel.
Mina menggelengkan kepalanya. Tangannya kemudian bergerak meraih tisu dan langsung mengarahkannya ke sudut bibir Miguel. "Kalau makan tuh pelan-pelan. Belepotan banget sih kayak anak kecil," ucapnya membuat si cowok diam-diam mengulum bibir tersenyum.
"Enak juga ya punya pacar, ada yang merhatiin."
Mina sontak mendelik dan membuang tisu bekas itu tepat ke wajah Miguel.
"Dih, kok udahan usap-usapnya? Lagi dong," rengek Miguel.
"Diem deh. Sana lanjut makan."
"Ih salting."
"Siapa yang salting?"
"Kamu lah. Tuh pipinya merah udah kayak pantat bayi," celetuk Miguel menunjuk pipi kanan Mina.
Pacarnya malah mendelik tak terima. "Kok pantat bayi sih?!"
"Ya karena lucu." Miguel nyengir sampai matanya membentuk garis kurva terbalik.
Mina hanya mencibir. "Entar pulang mampir Plaza Senayan dulu ya aku mau beli liptint baru sama hadiah buat Mama."
"Loh, Mama kamu ultah?"
Mina mengangguk.
"Oh, yaudah kalo gitu sekalian aku juga mau beli deh."
"Ih jangan!"
"Kenapa?" Miguel mengangkat alis.
"Nanti aja belinya kalo aku ultah."
Miguel tersembur begitu saja. "Lucu banget, pacar siapa sih?" ucapnya sambil menjulurkan tangan mencubit kedua pipi Mina gemas.
✎
"Woi, berhenti!"
Cukup dengan satu teriakan nyaring yang berasal dari suara Arsennu Felix semuanya langsung terdiam. Yuju melepaskan tangannya yang sebelumnya menggumpal rambut panjang Saera. Semuanya kacau. Saera sampai terbatuk-batuk sambil mengibaskan tangannya ke depan wajah merasa gerah.
Yuju membelalakkan mata saat tak sengaja melihat cakaran panjang di pipi kanan Echa yang memerah. Lantas kemudian ia melangkah maju menghampiri Lula yang tengah merapikan pakaiannya. "LO APAIN TEMEN GUE, LULA?! BERANI BANGET LO NYENTUH ECHA!"
"WOI ANJIR JUYYYYY!!!"
Secara kebetulan Deka berlari menghampiri Yuju yang sudah hampir menyerang Lula. Diikuti yang lain keluar dari area lapangan dengan ekspresi keterkejutannya di setiap wajah yang tak bisa lagi disembunyikan.
"Ini ada apa?" Jehan panik, menghampiri Ennu di sebelah Echa yang tengah menenangkan diri setelah kerusuhan tadi.
"Ya ampun, Bu, muka lo kenapa?!" Sabin yang terlihat sama paniknya langsung meraih kedua pipi Echa.
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Jugendliteraturft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...