ENTAH sudah yang ke berapa kalinya wanita itu berteriak sampai rasanya Lissa benar-benar mati rasa mendengarnya.
"Ma, bisa diem dulu gak? Aku mau belajar," seru gadis itu lantang, tanpa sadar sudah memukul pelan meja ruang tv.
Lissa tak tahu jika Mamanya akan pulang secepat ini. Dan yang makin menyebalkannya lagi wanita itu tak lagi kembali ke tempat kerjanya. Lissa yang sudah terbiasa sendiri di rumah sebesar itu kini hanya bisa merutuk mendengar suara berisik sang Mama yang berasal dari ruang kerjanya.
Zoom meeting akan dilaksanakan lima belas menit lagi dan Lissa tak ingin jika suara memuakkan itu mengganggu aktivitasnya nanti. Tak lagi berpikir panjang, ia mengemasi barang-barangnya dan beranjak ke kamarnya di lantai dua.
BRAK!
Pintu itu ditendangnya begitu saja. Tak peduli jika Mamanya akan mendengarnya atau tidak karena ia tahu wanita itu tak akan pernah peduli padanya. Lisa mengunci pintu dan langsung menyambar meja belajarnya.
Sial! Teman-temannya itu tak pernah bisa diam. Lissa sudah sangat muak mendengar keributan di rumah dan sekarang ditambah dengan anak kelasnya juga.
"Ini kapan mulainya sih lama banget," sungut Lissa yang mengundang perhatian beberapa anak di sana.
'Sabar yok sist, ngantuknya simpen dulu,' sahut Yugo di seberang sana, Lissa hanya mencibir sebagai respon.
Terdengar suara gelak tawa Jaka yang membuat Lissa hanya memutar bola mata malas. Pemuda tengil itu, entah sudah yang ke berapa kalinya ia mencoba untuk mendekatinya. Lissa tak tahu niat tersembunyi apa yang membuat Jaka melakukan hal tersebut. Karena yang ia tahu, orang itu selalu tak pernah serius jika berurusan dengan perempuan.
Lissa masih ingat saat awal masuk kelas sepuluh dulu, Jaka selalu terlihat dekat dengan banyak cewek. Wajar sih cewek-cewek pada mau sama dia, karena Jakaria Kalandra adalah raja MOS waktu itu yang langsung terkenal begitu saja karena ketampanannya. Namun bagi Lissa, Jaka sama sekali tak punya aura yang istimewa. Ia sama saja seperti kebanyakan cowok di luaran sana.
'Selamat siang anak-anak!' Suara berat itu membuyarkan lamunan Lissa. Rupanya Pak Chandra sudah bergabung di kelas meeting.
'Siang, Pak!'
'Ini sudah join semua belum?'
'Sudah, Pak!'
'Satu.. dua.. tiga.. eh kurang dua orang ini. Jumlahnya kok cuma 18?' tanya Pak Chandra setelah menghitung murid-muridnya. 'Siapa yang tidak hadir?'
'Lah iya, siapa ya?'
'Yee ngapa malah balik nanya lo, ege.'
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Novela Juvenilft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...