ini last chapter, ramein yaaa
.
Jakarta, 2021
CUACA di pertengahan Desember benar-benar sulit diprediksi. Semalaman hujan mengguyur kota begitu derasnya. Hingga menyisakan embun di lengkung dedaunan ketika pagi tiba.
Meski demikian, semesta berjalan seperti biasa.
Hari ini tepat hari pembagian raport semester ganjil. Semua murid dari setiap angkatan kembali dipertemukan untuk pertama kalinya, setelah beberapa bulan lamanya mereka berdiam diri di rumah untuk waktu yang tak menentu.
Semua orang mungkin bahagia, karena penantian panjang yang sudah lama mereka nantikan akhirnya datang juga. Namun berbeda dengan Rosianna Isabelle alias Rosie. Gadis itu sudah dibuat dongkol pagi-pagi begini karena sang kakak yang mendadak tak bisa mengantarnya ke sekolah karena ada urusan.
"Anak kelas juga pada kemana sih?! Masa chat gue dianggurin gitu aja."
Rosie tahu mereka juga mungkin tengah sibuk bersiap-siap. Tapi, apa sesibuk itu sampai harus mengabaikan pesannya. Apa mereka sengaja melakukan itu karena tak ingin memberikannya tumpangan?
Rosie putus asa. Jam sudah menunjukkan hampir pukul tujuh dan ia mungkin sudah terlambat. Mau pesan gojek juga percuma, ujung-ujungnya tetap saja telat. Lain halnya kalau berangkat bersama anak kelasnya, setidaknya dia ada teman.
Rosie melangkah tak semangat menuruni tangga. Ia sudah ingin pergi ke dapur untuk sarapan. Namun suara ketukan pintu membuat gadis itu mengurungkan niat dan putar balik ke ruang tamu untuk membukakan pintu.
Dan adegan selanjutnya membuat si gadis dalam kisah ini sukses membeku di tempatnya.
"Hai, Rosie."
Jelas ini bukan mimpi.
Sapaan itu membuat nyawa Rosie yang sudah melayang kembali tersadar sepenuhnya. Ia jadi kikuk menatap wajah tampan Junaid Abraham pagi ini.
"Di grup bilang lo enggak ada tumpangan ya? Mau bareng gak?"
Tiba-tiba sekali?
"Ha? Eh... anu," Rosie menggaruk lehernya yang tak gatal. "Emangnya boleh?"
"Ya boleh lah, kenapa enggak?" Juna menyunggingkan senyum tipis. "Udah siap, kan? Yuk berangkat."
"Bentar!" Rosie buru-buru pamit untuk masuk ke dalam kemudian berlarian menuju dapur.
"MAM!"
Sang Mama yang tengah mencuci piring terlonjak kaget. "Ada apa sih? Jangan teriak-teriak."
"Ma, kayaknya anak bungsu Mama lagi jatuh cinta!" Rosie menopang tubuhnya ke dekat pantry, gadis itu terlalu lemas untuk memikirkan kejadian barusan. "He drives me crazy!"
Mama yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan helaan napas. "Mana sini anaknya, Mama pengen ketemu."
"Mau ngapain?!" pekik Rosie.
"Mau Mama restuin biar nikah sama kamu." Mama tertawa sambil meninggalkan dapur.
Dan hal itu sukses membuat Rosie tersipu di tempatnya.
✎
11 MIPA 4 berhamburan keluar setelah berfoto bersama selepas pembagian raport di kelas masing-masing. Pak Jinan sudah meninggalkan kelas sejak 20 menit terakhir. Kini mereka melangkah beriringan ke pinggir lapangan. Membuat keadaan rusuh seketika. Para murid yang berpapasan dengan mereka hanya menoleh sesaat seakan sudah terbiasa dengan kelakuan kelas ajaib tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Novela Juvenilft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...