ft. 97line
Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja.
Ini tentang 11 MIPA 4.
Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...
SORE itu, setelah satu Minggu berada di rumah, Jaka berinisiatif mengajak anak kelasnya untuk pergi ke lapangan yang letaknya tak jauh dari sekolah. Katanya hitung-hitung menghilangkan stress, karena semenjak sekolah online kerjaan mereka gak jauh-jauh dari gadget dan semacamnya.
Bahkan Miya si murid terpintar di kelas, terakhir cek minusnya bertambah karena terlalu sering menatap layar laptop dalam waktu yang lama.
Hanya beberapa saja yang ikut, sisanya menolak dengan berbagai alasan. Seperti Miguel dan Mina yang tengah menghabiskan waktu bersama. Katanya sih kangen udah lama gak ketemu, padahal mah tiap hari aktif pacaran di grup.
Ada juga Zihao yang sibuk nganterin barang dagangan Mamanya. Juna yang latihan band bareng temen ekskulnya, sampai Rosie yang beralasan tak mau ketinggalan konser online idolanya.
Saat ini para cowok sedang bermain basket dengan heboh. Jiyo dan Echa yang menjadi penonton tak kalah hebohnya meneriaki dari tangga sambil memakan gorengan. Sabin si kutu loncat sudah berlarian kesana-kemari sambil mengacungkan kamera berlagak seperti vlogger. Sedangkan Yuju dan Jian tengah asik mengobrol di ujung lapangan setelah sebelumnya ikut bermain dengan para cowok.
"WOI FOTOIN GUE LAGI CAKEP INI," teriak Ejay yang tengah mendribble bola ketika melewati Echa dan Jiyo.
Jiyo tertawa, kemudian mengangkat ponselnya dan memotret pemuda itu yang langsung melakukan pose candid sambil mengibaskan rambutnya.
"Jay lo mirip Michael Jordan!" teriak Echa setelah melihat hasil foto Ejay di ponsel Jiyo.
"WOYAJELAS DONG GUE KAN ADIKNYA."
"BACOT, NJIR! BURU NAPA MALAH GEGAYAAN LO NAJIS," teriak Jaka yang berdiri dekat ring.
Ejay berlari ke arah Jaka, namun kemudian ia terjatuh dengan tak senonoh ketika Bama yang entah datang darimana tiba-tiba menabraknya. Membuat si korban tak terima dan langsung maju menerjang temannya.
"KOK LO MAIN KASAR SIH ANJENG!" teriak Ejay mengejar Bama yang sudah berlari menghindar ke pinggir lapangan.
"GAK SENGAJA ANJIR GALAK BANGET SIH LO!"
"AYO DONG GELUT!" teriak Deka mengompori.
"APASIH WOI GAK USAH MODUS DEH!" amuk Sabin ketika Bama berlari ke arahnya dan bersembunyi di balik punggung.
Semuanya tertawa melihat tingkah dua orang tersebut, apalagi ketika Ejay datang dan langsung menabraknya sampai ketiganya terjungkal saling tindih.
"MONYET, GUE KEJEPIT!!!!" teriak Bama yang berada paling bawah.
Sabin sudah menjerit keras sambil terus mendorong tubuh Ejay sebal. Sedangkan si cowok malah santai berbaring dan merubah posisi jadi menghadap ke atas.
"Nikmat banget weh," teriak Ejay malah keasikan.
"Goblo si Bama gepeng itu," celetuk Deka terbahak dari tengah lapangan.
"JAY MONYET TURUN GAK LO?!"
"MAMAHHH PENGAP!!! AWAS LO JAY SAMPE GUE MATI KEHABISAN NAPAS GUE GENTAYANGIN RUMAH LO TIAP MALAM ANJENGGG," teriak Sabin kesetanan.
Ejay meronta-ronta ketika Sabin menjambak rambutnya brutal. Ditambah Bama yang bergerak-gerak tak jelas dengan diiringi umpatan.
"Woi udah woi," lerai Jehan menghampiri ketiganya. Lesung pipi itu kemudian menarik tubuh Ejay berdiri.
Sabin yang juga sudah dalam keadaan berdiri langsung menendang Ejay kesal. "Sampe kamera gue rusak, gue teror rumah lo!"
"Bangun nyet, lo tewas apa gimana?" celetuk Jaka menghampiri Bama yang masih berbaring.
"Mulut lo, anjing! Badan gue sakit semua sat emang gak ada akhlak si Jay!" umpat Bama.
"Elo duluan monyet," balas Ejay tak terima.
"Kan dah gue bilang gobs, gue gak sengaja."
Jehan hanya menggelengkan kepalanya. Tak sengaja menoleh, cowok itu mengangkat alis. "Woi, sini!" teriaknya.
Sabin yang hendak menghampiri Echa langsung berhenti, menolehkan kepala ke arah pintu masuk. Dimana ada seorang pemuda yang melangkah tenang menghampiri Jehan.
"Napa baru dateng bos?" tanya Jehan.
Cowok itu tak langsung menjawab, melainkan melirik kanan-kiri seperti mencari seseorang.
Jehan terkekeh. "Gak ada di sini," katanya membuat pemuda itu menoleh dan meringis.
Sabin terperangah beberapa saat. "Eh, eh, itu siapa dah?" tanyanya pada Jian yang kebetulan melewatinya.
Jian menoleh ke arah yang dimaksud Sabin. "Oh itu, temennya Jehan kan yang anak MIPA 1. Kenapa? Naksir lo?"
Sabin tak menjawab, malah senyum-senyum sendiri membuat Jian mendelik horor.
"Lo beneran naksir ya?"
"Ha? Eung... gak tau. Tapi kok hati gue berdebar-debar ya?" ucap Sabin memegangi dadanya dengan senyum yang tak kunjung hilang.
"Geli, ege."
"Sumpah, hati gue kek bilang, 'Bin, dia jodoh masa depan lo. Kejar dia dari sekarang'," bisik Sabin sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jian heboh.
"Lo kenapa anjir? Sawan lo gara-gara ketindihan tadi?" Jian mengusap kening Sabin.
Sabin berdecak, "Dahlah capek gue ngomong sama lo. Intinya ya, tuh cowok sangat berpotensi jadi jodoh gue."
Jian mendelik ketika Sabin senyum sok manis dan melangkah melewatinya begitu saja.
"Mending urusin sono kak Joshua. Kasian lo gantungin mulu," ucap Jian sukses membuat Sabin menghentikan langkah dan berbalik.
"Apasih lo, reseh! Bikin mood gue ancur aja."
Jian tertawa keras. Sedangkan Sabin hanya mendengus pelan dan kembali melangkah menghampiri Echa untuk meminta minum.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
part ini tuh sebenarnya panjang, cuma aku potong aja jadi dua bagian huft jadi fokusnya cuma ke solbin T^T