34. Sebuah Potret

887 124 21
                                    

CUACA hari ini tak begitu terik. Parkiran Arunika yang biasanya ramai ketika musim sekolah dulu, kini hanya terlihat beberapa motor dan mobil saja.

"TUNGGUIN!" teriak Lissa yang kesusahan mengikat tali sepatu ventela-nya.

"Dibilangin pake sendal aja, udah tau lo tuh orangnya gak mau ribet," cemooh Rosie kembali putar balik menghampiri temannya itu.

"Sendal gue rusak dicakarin Louis," cabik Lisa menyebutkan salah satu kucing peliharaannya. Rosie hanya bisa menghela napas sembari menepuk-nepuk bahu Lissa.

"Eh cepetan, yang lain udah nungguin di kelas," kata Mina yang sudah berjalan jauh di depan bersama Luna dan Miya.

"Ke kantor dulu, kan?" tanya Luna. Mina mengangguk.

Baru saja mereka sampai di gerbang utama, pemandangan di depannya membuat ke tiga gadis itu terkejut.

"Wait," ucap Mina menyelidik. "Itu Miguel gak sih?"

"Iya deh kayaknya. Dari punggungnya gue hapal banget kalo itu cowok-cowok kelas kita," sahut Miya memicingkan mata.

"MIGU!" teriak Mina begitu saja. Dan yang dipanggil seketika berhenti dan memutar tubuh.

"LOH, AYANG?"

Miya dan Luna saling pandang, kemudian sama-sama bergidik merasa geli dengan panggilan itu.

"Lah, lo bertiga ngapain disini?" tanya Jehan ikut berhenti.

Mina, Miya, dan Luna kemudian setengah berlari menghampiri para cowok.

"Mau nyerah—"

"Eh, Lisa?"

Ucapan Luna terhenti di udara, gadis itu mengerjap. Menoleh perlahan ke belakang kemudian menatap si cowok yang tadi memanggil Lissa. Kemudian gadis itu membeku, tak ingin melanjutkan lagi ucapannya.

"Kalian abis ngapain? Nyerahin tugas juga?" tanya Miya.

"Eh? I-iya kita abis dari Bu Jessi sama Pak Jinan tadi," jawab Bama agak terbata-bata.

"Pak Jinan tugas apaan? Bukannya cuma Bu Jessi doang?" Rosie bertanya dengan kening berkerut.

"Anu, tadi.. itu tugas Minggu kemarin, ya kan Ming?" celetuk Jaka menyikut Miguel di sebelahnya. Mengerti maksudnya, Miguel langsung mengangguk cepat sambil nyengir kuda.

"Oh.."

"Yaudah kalo gitu, kita pamit ke kelas duluan," pamit Ennu.

"Dah ciwi ciwi. Kita duluan," ucap Jaka sambil melambai.

"Gak usah najisin deh lo," umpat Rosie.

"Kamu kemana aja kemarin?"

Miguel yang sudah bersiap mengekori yang lain seketika berhenti dan membeku setelah ditodong pertanyaan oleh Mina.

"Kamu tau gak sih dari semalam aku nelpon kamu beberapa kali tapi hp kamu gak aktif mulu. Terus chat aku tadi pagi juga kenapa gak dibalas sih? Gak punya kuota apa gimana?" cerocos Mina, menatap tajam kekasihnya itu yang langsung meringis mengigit bibir bawahnya.

"Aku lupa charge, Yang. Maaf ih chargernya dipake si Jaka semaleman," jawab Miguel beralibi.

"Apaan njir orang gue aja kagak—AW ANJING!" Jaka refleks mengumpat saat Miguel dengan sengaja menyikutnya keras.

"Kalian kenapa sih?" Mina menatap keduanya bergantian. "Daritadi diliatin gelagatnya aneh banget kayak lagi nyembunyiin sesuatu."

"Nggak! Eh maksudnya enggak kok haha, yakan Jak." Miguel melingkarkan tangannya di leher Jaka yang hanya mengulas senyum bodoh. "Oh iya, tadi kamu berangkatnya gimana? Dianterin Pak Edo?"

quarantine, 97 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang