AROMA masakan Mama siang itu berhasil menusuk ke indra penciuman Yugo. Merasa perutnya tiba-tiba butuh asupan, cowok itu langsung beranjak ke dapur.
"Masak apa nih? Wangi banget," seru Yugo menghampiri sang Mama.
"Lagi bikin soto. Kamu mau enggak?"
"Mau lah!"
Mama segera meracik soto itu, sementara Yugo melangkah ke meja makan yang letaknya bersampingan dengan dapur sembari menunggu.
"Nanti kamu sekalian anterin soto ini ke rumah Jian, ya?" pinta Mama saat meletakkan dua piring soto ke atas meja.
"Dih, gak mau ah. Males," tolak pemuda itu.
Mama berdecak pelan. Namun melihat sang anak yang sudah menyantap sotonya dengan lahap, mau tak mau ia melakukannya sendiri.
"Mau ke rumah Jian, Ma?"
"Mau nelpon aja deh, Mama juga lagi males ke luar," kata wanita itu seraya merogoh ponsel dan siap untuk menelpon gadis yang tengah dibicarakan.
Tak sampai lima menit, Jian datang ke rumah tersebut. Mama Yugo pun langsung mengantarnya ke meja makan dimana ada Yugo yang sedang menghabiskan sotonya.
"Bentar ya, Tante buatin lagi. Soto yang tadi udah dimakan sama Yugo tuh," ucap Mama dan dibalas anggukan Jian.
"Lahap amat makannya," sindir Jian. Mengingat cowok itu tak meliriknya sama sekali.
"Ini enak banget, Teh. Cobain dah, gue jamin lo ketagihan," sahut Yugo dengan susah payah karena mulutnya penuh.
Jian sontak tertawa dan menggeleng kecil. Lalu Mama Yugo menyodorkan semangkuk soto ke hadapan gadis itu. "Makasih, Tante. Maaf ya jadi ngerepotin."
"Enggak lah, kamu tuh kayak ke siapa aja." Mama mengusap rambut Jian sesaat. "Dimakan ya. Kalau mau nambah tinggal bikin aja, masih banyak kok."
"Iya, Tan, Makasih."
"Kalau gitu Tante ke dalem dulu ya, masih banyak kerjaan. Nanti kalo udah selesai dibawa ke belakang aja," perintah Mama Yugo.
"Lho.. gak ikut makan dulu, Tan?" ajak Jian.
Wanita itu menggeleng. "Nanti aja. Udah ya, Tante tinggal dulu."
Setelah kepergian wanita paruh baya itu, Jian pun langsung menyantap makanannya. Namun baru beberapa suapan, matanya tak sengaja melihat ponselnya yang ada di atas meja itu menyala tanda ada pesan masuk.
"Eh, mau ada zoom?" gumam Jian membaca pesan dari grup kelasnya.
Yugo tersedak begitu saja. "Zoom siapa lagi anying? Dah siang gini siapa yang mau ngasih pelajaran sih? Pak Chandra?"
"Bukan, Pak Jinan. Dih, Lima menit lagi katanya?!" pekik Jian.
"Ah, sialan. Kenapa sih orang-orang gak biarin gue hidup dengan tenang sehari aja," umpat Yugo jadi tak nafsu melanjutkan makannya.
"Udah cepet abisin. Gue juga mau buru-buru balik," ucap Jian terlihat panik.
"Yaelah disini aja kali. Lagian mah gak pake seragam juga boleh-boleh aja kalo sama Pak Jinan," tutur Yugo.
"Rumah gue kosong, Go. Mama lagi keluar."
"Emang keburu? Lo baru makan soto aja dah ngabisin waktu lima menit loh," kata Yugo membuat Jian berdecak kesal dan mau tak mau mengikuti saran pemuda itu.
✎
Yugo memutuskan untuk membawa laptopnya ke ruang TV. Karena Jian menolak saat ia mengajak melakukan zoom meeting di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Roman pour Adolescentsft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...