SEMUA orang tahu bahwa Miya dan Ejay sudah bersahabat sejak lama.
Dulu, jauh sebelum diadakannya karantina seperti sekarang ini, mereka pasti selalu pulang pergi bersama ketika sekolah. Bahkan di kelas pun selalu terlihat dekat satu sama lain. Sampai orang-orang mengira bahwa keduanya diam-diam menjalin hubungan yang lebih dari seorang sahabat.
Damiya si anak olimpiade kebanggaan Arunika, selalu disandingkan dengan Jayden Malik anak basket hits yang terkenal seantero sekolah karena ketampanannya dan sifatnya yang humble.
Keduanya sih tak begitu ambil pusing. Tak terlalu peduli juga bahkan saat anak kelasnya pun ikut-ikutan menjodohkannya.
Namun akhir-akhir ini, Miya dan Ejay sudah jarang terlihat dekat lagi.
Semuanya bermula ketika sebuah informasi yang entah datang darimana sampai ke telinga Miya. Katanya, Ejay tengah dekat dengan salah satu adik kelas sejak satu bulan terakhir ini.
Hal itu membuat Miya diam-diam merasa pelik sekaligus marah. Marah sebab ia tak menyangka akan mendengar informasi itu dari mulut orang lain dan bukan dari Ejay sendiri. Saat itu juga Miya langsung menghubungi cowok itu untuk meminta kebenaran. Dan benar saja, Ejay memang sedang mendekati adik kelas tanpa sepengetahuannya.
Walau sebenarnya Miya tak benar-benar marah. Karena.. siapa yang tak senang jika mendengar kabar baik yang datang dari salah satu sahabat kita sendiri?
Selama ini, Miya-lah yang menjadi tempat berkeluh kesah Ejay saat sedang ada masalah dengan gebetannya itu. Tak jarang cowok itu juga meminta saran dan tips pada Miya mengenai hubungannya. Dan dengan sukarela, gadis itu akan memberikan banyak solusi dan motivasi yang tentunya sangat berpengaruh terhadap hubungan Ejay dan si adik kelas.
Namun seminggu terakhir ini, baik Miya maupun Ejay sudah jarang melakukan interaksi lagi secara personal. Di grup kelas pun Miya sudah jarang muncul. Padahal biasanya ia akan muncul disaat anak-anak membutuhkan jawaban, atau saat Bama si badut kelas dan yang lain meramaikan grup dengan lawakan garingnya. Kini tak ada lagi yang akan membalas ketikan tertawa receh dari Miya yang selalu menjadi ciri khasnya.
Mungkin orang-orang belum menyadari akan keanehan yang terjadi pada Miya. Tapi lain halnya dengan laki-laki manis yang selalu ingin dipanggil Jay itu.
Ejay tahu ada yang tak beres dengan hidup Miya. Dia tahu gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Dia tahu akan masalah yang selama ini disembunyikannya dari semua orang— termasuk dirinya.
Dia selalu tahu bahkan saat gadis itu tak menceritakan padanya.
"Gue capek hidup."
Itu adalah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Miya setelah sepersekian detik yang lalu gadis itu memeluknya erat di depan pintu.
Awalnya cowok itu kaget setengah mati, namun perlahan ia mengerti. Kedua tangannya kini melingkar di punggung gadis itu. Mengusapnya beberapa kali dan mendekapnya lebih erat seolah ia ingin seluruh rasa penat gadis itu disalurkan juga padanya. Seolah-olah tak ingin membiarkan gadis itu merasakan sakit sendirian.
"Gue enggak tahu harus gimana lagi... Gue pengen nyerah, Jay."
Ejay semakin mempererat pelukannya. "Ssttt.. Gak boleh ngomong gitu. Inget, lo udah berjuang keras untuk bisa bertahan sampai detik ini."
"Tapi gue udah gak sanggup." Miya terisak di bahu Ejay. "Gue gak sanggup lagi untuk menuhin semua ekspektasi mereka. Rasanya percuma aja gue berusaha keras, toh tetap gak akan pernah ada kata cukup di mata mereka."
Ejay masih diam mendengarkan...
"Gue terus dipaksa menuhin semua kemauan mereka. Gak peduli mau gue sakit atau mati sekalipun, gue harus tetep belajar. Gue mesti wujudin semua harapan dan impian kedua orangtua gue kalau gue harus jadi apa yang mereka inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Novela Juvenilft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...