"HALO?"
Echa menolehkan kepala ketika Jiyo mengangkat telponnya. Hanya beberapa detik sebelum Jiyo mematikan sambungan dan berdecak pelan dengan wajah masam.
"Kenapa, Ji?"
"Mama gue nyuruh balik," jawab Jiyo kecewa. "Padahal gue masih mau main di sini."
"Yaudah pulang aja. Emangnya mau ngapain?" tanya Echa penasaran.
"Nganterin belanja. Mama mau mulai buka usaha lagi kayak dulu," jawab Jiyo yang dibalas anggukan temannya.
Setelah berpamitan dengan Echa, Jiyo beranjak ke lapangan menghampiri yang lain.
"Yang free anterin gue balik dong."
"Lah, kok buru-buru?" tanya Jian.
"Ada urusan nih. Deka, elo kan gentle, anterin gue balik ayoooo," pinta Jiyo pada Deka yang duduk lesehan samping Bama.
"Ogah ah rumah lo jauh. Males gue entar disemprot lagi kayak waktu itu," tolak Deka. Mengingat waktu itu pergi ke rumah Jiyo untuk meminjam buku, pas sampai perumahan ia malah disemprot disinfektan oleh petugas sampai bajunya basah kuyup.
"Sama gue aja," ucap Bama sambil bangkit, membuat Jiyo yang semula memanyunkan bibir langsung melebarkan mata dengan wajah merekah.
"Ngapain lo?" tanya Ejay.
"Berburu ubur-ubur."
Ejay refleks mengumpat, menyesal sudah bertanya.
"Biasalah urusan rumah. Gue cabut duluan gengs," pamit Bama sambil berlalu, diikuti Jiyo yang melambaikan tangan ke yang lain.
Sementara itu Yuju menghampiri Echa yang sedang memainkan ponsel sendirian. "Bubuuu, temenin gue yok beli minum ke warung depan," pintanya.
"Males ih, nih abisin aja punya gue," tolak Echa menyodorkan cup minumannya ke hadapan Yuju.
"Gue mau beli air mineral. Ke warung depan doang elahh entar gue jajanin donat deh," rayu Yuju meraih lengan Echa.
"Oke, deal!"
✎
Echa memanyunkan bibir berjalan di sebelah Yuju yang tengah meneguk minumannya. "Padahal pas tadi gue beli minum sama Jiyo masih banyak donatnya," protesnya dengan nada kecewa.
"Udahlah santai, besok gue beliin. Nanti gue main ke rumah sekalian pinjem catatan kimia minggu kemarin," bujuk Yuju membuat mata Echa melebar.
"Beneran?"
"Iya, bubuu." Yuju mengangguk.
"Sok polos banget sih. Jijik gue liatnya."
Vokal rendah itu membuat Yuju dan Echa tersentak. Keduanya lantas menoleh ke belakang dan tersentak begitu melihat tiga cewek sebaya yang berdiri satu meter di depan.
Yuju menoleh kanan-kiri. Saling pandang dengan Echa yang mengerutkan kening. Walau berikutnya Yuju bisa merasakan ujung kaosnya dicengkeram erat oleh Echa. Gadis itu ketakutan.
Yuju menghembuskan napas, meraih pergelangan tangan gadis itu dan kembali membalikkan tubuh hendak beranjak.
"Lo berdua budek ya?"
Yuju berbalik. "Lo ngomong sama siapa sih?"
Salah satu dari mereka melangkah lebih dekat. Tersenyum menatap Yuju dan Echa bergantian, lalu pandangannya terhenti pada gadis yang disebut terakhir.
"Gak usah sok cantik deh jadi cewek. Lo sengaja kan mau caper?" gertak Yena. Membuat Echa langsung mengerjap, merasa tak paham dengan keadaan.
"Heh! Siapa lo datang-datang berani labrak orang?!" bentak Yuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Ficção Adolescenteft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...