quarantine: How It Started

5.6K 303 10
                                    







Apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu saat mendengar kata pandemi? Sekolah online, karantina mandiri, atau... membuat dalgona coffee?


Semua itu pasti sudah tidak asing lagi di telingamu, bukan?





Pada kisah ini, kamu akan dibawa kembali pada peristiwa beberapa tahun silam saat virus covid-19 pertama kali menyapa Indonesia. Mungkin ada beberapa kejadian dimana kamu pernah mengalaminya juga. Namun tenang saja, kisah di sini akan jauh lebih berbeda dari kebanyakan kisah-kisah yang ada.



Semua bermula ketika sebuah sekolah yang berada tepat di sudut kota Jakarta memutuskan untuk memberlakukan kegiatan belajar di rumah karena adanya pandemi. Tentunya hal itu mendapat respon tak terduga dari semua orang karena terkesan tiba-tiba--beberapa dari mereka bahkan sempat tak setuju dengan tindakan tersebut.

Termasuk kelas 11 MIPA 4 yang sebagian besar siswanya memiliki jiwa ekstrovert yang cukup tinggi. Berbagai macam pro dan kontra seakan melengkapi aksi protes itu. Namun setelah dipikir-pikir lagi, ada untungnya juga diberlakukan sekolah online.





Di antaranya...


"Gue bisa bergadang tanpa takut bangun siang."

"Gue juga bisa maraton drakor sampe pagi."

"Mantap, bisa push rank semalaman nih gue."

"Kalau gini caranya sih gue bisa pacaran seharian."




Sayangnya, realita kadang tidak seindah ekspektasi.




Mereka mungkin tidak tahu, skenario tentang bagaimana serunya sekolah online itu harus sirna begitu mereka tahu aslinya seperti apa. Karena kenyataannya, sekolah online dan pandemi adalah dua hal yang sama sekali tidak mudah dijalani tanpa adanya perjuangan dan sedikit rasa sakit.



Rasa sakit untuk tetap bertahan dan berjuang lebih keras lagi dalam menghadapi segala macam persoalan dan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi selanjutnya.



Dan di sinilah cerita mereka dimulai.
















∘┈┈┈┈┈┈┈┈┈⋆┈┈┈┈┈┈┈┈┈∘

q u a r a n t i n e

©vantexious
2021

∘┈┈┈┈┈┈┈┈┈⋆┈┈┈┈┈┈┈┈┈∘
















a/n:

halo semua, gimana kabarnya?

selamat datang kembali di quarantine
'new version'. ada beberapa bagian
dalam cerita ini yang mengalami
sedikit perubahan, termasuk penamaan
para tokoh di dalamnya. karena di awal
aku udah jelasin akan mengubah
cerita ini menjadi lokal sepenuhnya
(tentunya tanpa mengurangi ciri khas
dari anak-anakku sendiri).

mohon maaf sekiranya jika keputusanku
ini membuat kalian merasa kurang nyaman
atau kecewa terutama dalam aspek
yang berkaitan dengan penamaan tokoh.
i've tried my best, guys :)

last but not least, selamat membaca
dan selamat jatuh cinta kembali.

---

quarantine, 97 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang