SELAMA enam belas tahun hidup, Rosianna Isabelle tak pernah sekalipun merasakan kisah cinta ala remaja pada umumnya. Sampai rasanya ia benar-benar mati rasa dan tak ingin berharap lagi pada keuwuan duniawi.
'Dosa masa lalu apa yang bikin gue gak pernah merasakan keuwuan sampai detik ini,' katanya waktu itu dengan wajah frustasi.
Tapi semuanya berakhir saat ia bertemu dengan Junaid Abraham —manusia triplek yang selalu berwajah datar tanpa ekspresi sedikit pun.
Rosie masih ingat bagaimana ia bertemu dengan Juna pertama kali saat kegiatan masa orientasi dulu. Waktu itu Rosie terlambat masuk karena suatu alasan, bertepatan dengan Juna dan beberapa temannya yang lain yang juga sama telatnya. Rosie tak ingat semuanya, tapi yang paling ia ingat adalah saat cowok sok dingin itu tiba-tiba memakaikan jaketnya ke tubuh Rosie selepas menjalani hukuman berlari mengitari lapangan.
Rosie bahkan masih ingat persis bagaimana ucapan cowok itu padanya. Dengan wajah datar, June berkata: 'Belakang lo basah, dalemannya keliatan.'
Rosie merasa malu dan salting secara bersamaan. Dan sejak saat itu, ia menegaskan bahwa cowok tsundere telah masuk ke dalam tipe idealnya. (Re: Juna)
Namun sepertinya, bayangan indah Rosie tentang percintaannya di masa SMA hanya terjadi sampai di sana saja.
Semenjak mengagumi Juna, entah kenapa Rosie jadi sering gugup sendiri saat berada di dekatnya. Padahal Rosie ingin sekali banyak melakukan interaksi dengan cowok itu, tapi yang ada ia malah salting duluan. Apalagi kalau tanpa sengaja keduanya beradu tatap. Rasanya Rosie ingin salto saat itu juga.
Makanya, dari dulu sampai sekarang Rosie hanya bisa mengagumi Juna dalam diam. Sebenarnya Rosie tak tahu apakah Juna menyadarinya atau tidak. Karena sebagian besar teman kelasnya sudah tahu bahwa Rosie sendiri menaruh hati pada gitaris band tersebut. Dan ia yakin, anak kelasnya tak akan tinggal diam alias bisa saja sudah membocorkan rahasia itu sejak dulu.
Kalau kata Miya sih; 'Ngecrush-in temen sekelas tuh berat banget loh.'
Dan Rosie hanya bisa menghela napas setelah mendengar kalimat itu. Entahlah, di satu sisi Rosie ingin berbagi kisah cintanya dengan Juna. Namun disisi lain ia juga berpikir, apa Juna mau pacaran sama cewek kayak dia?
Ah, bodo amat! Persetan dengan jatuh cinta.
Cklek!
Dengan balutan sweater tebal oversize dan celana training panjang, Rosie melangkah keluar rumah. Tak lupa juga memakai masker. Malam ini, ia berniat untuk membeli martabak di simpang depan.
Rosie si tukang makan itu memang akan rela melakukan apa saja untuk membuat perutnya kenyang.
"Bang, martabak manis satu. Pake topping keju sama susunya banyakin ya," ucap Rosie memesan pada tukang martabak langganannya.
"Siap, neng Oci!"
"Yang cepet ya, Bang. Udah laper nih," keluh Rosie seraya mendudukkan diri di kursi samping gerobak.
"Kalo lapar kenapa enggak makan aja atuh, neng. Malah beli martabak," kata si Abang yang kini sibuk menuangkan adonan.
"Kenapa sih Bang, orang mah seneng ada yang mau beli dagangannya," sahut Rosie yang dibalas kekehan kecil Abang itu.
Sesaat kemudian terdengar suara motor mendekat. Membuat Rosie yang sedang memainkan ponselnya menoleh sesaat.
"Bang, martabak satu. Gak pake lama!"
"Iya, sebentar ya, si neng ini dulu."
Kasak-kusuk di dekatnya membuat Rosie sedikit terganggu. Melirik kecil dua orang pria yang ia yakini berusia sekitar dua puluh tahunan ke atas itu sedang mengobrol. Awalnya Rosie tak ingin memperdulikannya, namun salah satu dari mereka tiba-tiba menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Novela Juvenilft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...