23. Life Goes On

958 122 5
                                    

SUDAH satu bulan lebih tepatnya semenjak pemberlakuan pembelajaran jarak jauh diumumkan oleh sekolah. Hal itu membuat banyak perubahan yang terjadi pada murid 11 MIPA 4.

Diantaranya ada yang merujuk ke hal positif. Seperti Lissa yang perlahan mulai keluar dari zona nyamannya. Atau Mina yang kini punya banyak waktu senggang untuk mengembangkan bakatnya sebagai seorang balerina. Sampai Jiyo yang mulai membangun bisnis kecil-kecilan bersama sang Ibu.

Tak hanya itu, Sabin juga semakin aktif di jejaring sosial. Mengisi waktu luangnya dengan membuat vlog atau kegiatan lainnya di platform tempat mengunggah video bersama teman-temannya sebagai guest star.

Sebaliknya, bagi anak yang kerjaannya ngeluh setiap saat seperti Miguel, Bama, Yugo, atau bahkan Ejay, baru menyadari bahwa sekolah online sama saja dengan sekolah biasa, tak ada yang spesial. Hanya saja bedanya jauh lebih pusing dua kali lipat.

Tak pernah sekalipun terpikirkan di benak mereka, tugas mengalir begitu deras setiap harinya. Bahkan pernah ada guru yang entah sadar atau tidak mengirimkan tugas tengah malam buta. Ditambah deadline yang lumayan mepet. Membuat mereka terpaksa harus lembur disaat otak yang seharusnya beristirahat setelah seharian penuh bekerja dengan keras.

Berbeda dengan Deka yang dinobatkan sebagai murid tersantai di kelas. Cowok itu selalu mengeluh merasa tak punya kerjaan. Padahal banyak tugas-tugas ditelantarkan yang kalau dikumpulkan sudah seperti makalah.

Siapa sangka Luna yang selama ini selalu terlihat tenang tanpa beban pun sering sambat di akun twitter private-nya setiap malam.

Miguel si manusia yang tak pernah jelas pun bahkan pernah bilang, 'Kita tuh sebenarnya pengangguran berkedok sekolah online.'

Hm, mau heran tapi ini Miguel Abimanyu.

Tak jarang hal itu membuat seluruh anak 11 MIPA 4 selalu mengeluh dan berharap keadaan kembali normal secepatnya.

Jujur saja, berada di sekolah lebih menyenangkan dibandingkan harus duduk sendiri di rumah sambil menatap layar laptop dengan segelas susu dan tugas-tugas yang menumpuk setiap harinya.

Tapi... mengeluh saja tidak ada gunanya. Mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Karena hidup akan terus berjalan.

Contohnya seperti Damiya Kalla Gabrielle.

Di atas meja belajar yang ditumpuki sekitar lebih dari sepuluh buku latihan soal, gadis itu membenamkan kepalanya ke atas lipatan tangan. Ditemani alunan musik klasik yang terdengar samar-samar dari CD player yang menempel di dinding kamarnya- hanya dengan itu ia merasa tenang.

Capek.

Satu kata yang menggambarkan keadaannya saat ini.

Penilaian Akhir Semester sekitar satu bulan lagi. Yang artinya tak akan ada lagi waktu baginya untuk berleha-leha. Sang Ibu bahkan sudah memasukannya ke dalam les bimbel dari jauh-jauh hari.

Hidup di keluarga yang cukup terpandang membuat Miya tanpa sadar dituntut untuk menjadi sempurna. Dengan diberkati kecerdasan yang ia miliki, Miya selalu memanfaatkan waktu mengikuti berbagai macam perlombaan olimpiade mewakili sekolahnya. Dan dari setiap perlombaan itu, tak jarang ia selalu pulang membawa penghargaan. Gadis itu selalu berhasil mengharumkan nama baik Arunika.

Karena mungkin hanya dengan begitu ia bisa membuat orang tuanya bangga. Namun sepertinya, usahanya selama ini tak pernah menyentuh kata cukup di mata mereka.

Demi Tuhan, seluruh hidupnya ia habiskan dengan belajar, belajar, dan belajar. Sampai rasanya Miya sudah benar-benar lupa akan cara menikmati hidup layaknya teman-teman sebayanya.

quarantine, 97 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang