SEBERKAS cahaya masuk melewati celah jendela kamar seorang gadis yang masih terlelap di alam bawah sadarnya. Sampai ketika sinar itu menembus kelopak matanya, ia pun terusik. Walau matanya masih terasa berat, pun kepalanya yang juga terasa sangat pening, akhirnya gadis itu terjaga. Membiarkan wajah cantiknya tersorot sinar kemerahan yang memancarkan aura bak seorang Putri Kerajaan.Ia memijit pelipisnya sebentar, ingatan mengenai hal semalam tiba-tiba berputar di kepalanya. Sial! Gadis itu menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. Sebisa mungkin ia melupakan kejadian tersebut, walau otaknya menolak dan terus-menerus memaksa untuk tetap memenuhi pikirannya.
Tubuhnya bergerak turun dari ranjang queen size-nya. Gadis itu tak ingin membiarkan semuanya menjadi semakin buruk. Dengan cepat ia keluar dari kamarnya yang terletak di lantai dua.
"Eh, si Neng udah bangun."
Gadis itu tersenyum pada pembantunya yang tengah membersihkan rumah. Walau kemudian matanya melirik kanan-kiri mencari sesuatu. "Sepi ya, Bi," ucapnya kemudian. Entah bertanya ataupun mengungkapkan pernyataan.
"Iya, Neng. Papa udah berangkat dari tadi pagi. Kalau Mama sih baru aja pergi, katanya ada arisan," ucap pembantu itu, Bi Shin namanya.
Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban, tak ingin bereaksi lebih. "Yaudah kalau gitu aku mandi dulu ya."
✎
"Bi, nanti siang aku mau main sama temen-temen. Bibi jangan bilang ke Mama, ya?" Gadis itu meletakkan gelas di sebelah piring sarapannya, lalu mengelap ujung bibirnya dengan anggun.
"Loh, bukannya si neng teh ada kelas balet? Tadi juga si Ibu bilang ke Bibi, katanya jam sepuluh Pak Edo mau jemput," ucap Bi Shin menyebutkan supir pribadi gadis itu.
Ballerina itu berdecak pelan dengan garis wajah datar. "Sekali-kali boleh kan kalau aku bolos?"
"Ih jangan atuh neng. Nanti Bibi bisa dimarahin si Ibu. Nanti kalo Bibi dipecat gimana? Mau nyari kerja dimana lagi, Jakarta sekarang susah mau nyari kerjaan, neng," cerocos Bi Shin tanpa sadar, membuat perempuan cantik di sana melirik dan terkekeh kecil.
"Santai, Bi. Aku cuma bercanda kok." Gadis itu tersenyum sesaat. Bangkit dari duduknya, lalu beranjak pergi meninggalkan Bi Shin yang terdiam sambil menatapnya iba. "Aku ke kamar dulu."
Namanya Mina. Minari Sharon Alyssa. Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan. Selain mempunyai paras cantik dengan perawakan ideal, perempuan berdarah Jepang dan Amerika itu adalah sosok ballerina muda yang sudah menyabet banyak prestasi. Mina sangat populer di kalangan murid Arunika. Meski demikian, gadis itu tak pernah sombong. Hal itulah yang semakin membuatnya disukai oleh banyak orang.
Kehidupannya benar-benar sempurna. Semua orang tahu itu. Bahkan tak jarang orang-orang merasa iri dan ingin bertukar tubuh dengan Mina walau hanya sehari. Ditambah lagi, ia mempunyai kekasih yang bisa disebut sebagai salah satu pentolan Arunika.
Kekasih.
Mina masih ingat bagaimana kemarin malam cowok itu datang ke rumah ini untuk membereskan semuanya. Mina masih ingat bagaimana cowok itu akhirnya berhasil memorak-porandakan hatinya yang sudah hancur menjadi semakin hancur. Mina bahkan masih ingat jelas saat bajingan itu menceritakan semua kebohongan padanya.
"Aku minta maaf.." begitu katanya.
Tentang janji-janjinya yang busuk, tentang permintaan maafnya yang tak pernah tulus, pun tentang tatapan matanya yang penuh akan kepalsuan.
"Kamu percaya sama aku, kan? Aku sayang sama kamu, Mina."
"Bohong," gadis itu melirih. "Aku bisa liat sendiri dari tatapan mata kamu, kalau kamu masih ada perasaan sama cewek itu sampe sekarang."
Mungkin orang-orang berpikir bahwa Mina sudah bersikap kekanak-kanakan. Membiarkan hal sepele ini menjadi masalah besar. Namun bagi Mina, semuanya sudah keterlaluan. Pemuda itu berhasil melukai perasaannya. Menyentuh titik rapuhnya yang semua orang tak pernah tahu. Membiarkan sesuatu dalam dirinya hancur.
Tuk
Sebelah kaki Mina berhasil menapaki anak tangga pertama.
Kehidupan yang sempurna? Persetan dengan kalimat itu. Rasanya ia ingin mengutuk siapa saja yang berani mengatakan hal menjijikkan itu padanya.
Untuk yang kesekian kalinya, ia berharap untuk tak lahir dari keluarga ini. Rumah ini sudah cukup toxic tanpa perlu dibumbui oleh drama kedua orang tuanya yang luar biasa memuakkan.
Mina tersenyum getir, "I just realized how pathetic I am."
Hingga sekarang, tak pernah ada yang tahu bagaimana kehidupan asli dari ballerina itu. Saat dirinya selalu berpura-pura tersenyum di depan semua orang. Menceritakan bagaimana baiknya dua sosok antagonis itu yang mengaku sebagai orang tua. Menceritakan kebohongan mengenai kisah manisnya di istana terkutuk ini. Dia selalu berpura-pura untuk terlihat sempurna, padahal kenyataannya ia sama sekali tak bahagia.
Mina menghembuskan napas. Tangannya bergerak membuka kenop pintu, sebelum kemudian melangkahkan kakinya ke tempat di mana ia kembali berpura-pura menjadi orang lain.
Kembali menjadi manusia yang kehilangan jati dirinya.
our beloved ballerina ~
(cr: pinterest)
a/n:
tolong banget buat kasih feedback-nya ke cerita ini. mau itu komen atau sekadar vote, yang penting kalian bisa menghargai kerja keras saya. can y'all?
KAMU SEDANG MEMBACA
quarantine, 97 ✔
Ficção Adolescenteft. 97line Kelas yang semua orang pikir sempurna, sama sekali tak lebih dari sekumpulan manusia biasa yang sejatinya menginginkan kehidupan baik-baik saja. Ini tentang 11 MIPA 4. Juga tentang kehidupan di tengah merebaknya pandemi, dengan masing-ma...