Prolog

231 504 61
                                    

Malam ini langit tampak berduram durja, tidak seperti malam-malam sebelumnya yang terlihat dipenuhi dengan ribuan bintang. Awan gelap kini menitikkan derasnya air hujan, membasahi bumi yang sudah beberapa bulan terakhir ini tampak gersang karena musim kemarau yang panjang. Pohon-pohon di sekitar terlihat berayun-ayun, persis seperti penari berkelompok yang tengah berada di pentas seni. Itu semua disebabkan oleh angin yang mulai berhembus kencang. Dedaunan yang sudah tua mulai berjatuhan tertiup angin, membuat pekarangan rumah menjadi kotor.

Semilir angin berhasil membuat anak rambut seorang gadis beterbangan dengan leluasa, bertabrakan satu sama lain. Sudah berulang kali ia menyelibkan surai panjangnya dibalik daun telinganya, namun hal tersehut terjadi lagi dan lagi. Udara yang dingin, menusuk kulit halusnya hingga ke pori-pori, tidak membuat gadis tersebut bangkit untuk masuk ke dalam rumah. Ia enggan untuk bangkit dari kursi tempatnya duduk karena merasa nyaman meskipun sedikit kedinginan.

"Mau mengakhiri, namun hati bersikukuh untuk bertahan, dan semesta mendukungnya..."

Ayesha, seorang gadis remaja yang kini tengah duduk termenung di teras kontrakannya. Memikirkan masa-masa sulit yang telah ia hadapi belakangan ini. Ayesha tau, perlu mental serta keteguhan hati yang kuat untuk berada pada titik pijaknya yang sekarang. Ayesha sadar, jika ia mengakhiri hidupnya, semua yang sudah ia usahakan akan berakhir sia-sia. Ayesha sadar, jika ia harus berjuang memperbaiki hidupnya. Ia yakin, ia bisa merubah serta mengangkat derajatnya di hadapan orang banyak. Menjadi manusia yang bernilai di masa depan, adalah impiannya sejak lama.

Saat tanpa sengaja melihat arloji yang melingkar di tangannya, jarum pendek menunjukkan pukul sebelas malam. Akhirnya Ayesha memutuskan untuk masuk ke dalam. Ia akan mencarger tubuhnya agar kembali vit di keesokan hari. Hujan malam ini pasti akan sangat awet menurutnya.

"Yesha?!"

Baru saja Ayesha ingin beranjak masuk ke dalam, sebuah suara tiba-tiba saja berhasil mengagetkannya. Ayesha memutar kepalanya secara spontan ke belakang, dan ia mendapati seorang laki-laki dengan tubuh tinggi berjalan mendekat ke arah kontrakannya. Setelah menyadari bahwa ternyata pria berumur itu adalah ayah tirinya, Ayesha segera masuk ke dalam lalu mengunci pintu. Dari dalam rumah, dapat dilihat banyaknya kunci yang tersedia, bahkan lebih dari sepuluh. Ayesha sengaja memasangnya agar ayah tirinya tidak bisa membobol pintu kontrakannya di tengah malam saat ia tidur.

Dengan nafas yang memburu, Ayesha menjauh dari pintu tersebut. Ayesha ketakutan setiap kali melihat ayah tirinya. Ia yakin, ayah tirinya datang menghampirinya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meminta uang kepadanya, atau memaksanya untuk menjual diri di sebuah club malam, atau bahkan terkadang ayah tirinya itu datang untuk mencoba melakukan pelecehan kepadanya. Sejauh ini Ayesha bisa menjaga dirinya tanpa bisa disentuh sedikitpun oleh sang ayah tirinya.

"Yesha keluar kamu!"

Ayesha dapat mendengar dengan jelas teriakan Ayah tirinya. Pria itu terus menggedor-gedor pintu dengan kuat, membuat Ayesha semakin ketakutan di dalam sana.

"Jangan mencoba-coba kabur dari om! Om pasti bisa menangkap kamu."

Di akhir kalimat, Ayesha dapat mendengar tawa ayah tirinya yang cukup keras, seakan-akan ia pasti akan mendapatkan Ayesha untuk dimanfakaan sebagai uang masuknya.

Karena malas mendengar ocehan ayah tirinya, Ayesha memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, lalu tidur. Ia harus mengumpulkan banyak tenaga lagi, agar besok ia bisa semangat bersekolah, dan juga bekerja untuk mendapatkan uang.

Sudah setahun belakang ini Ayesha tinggal seorang diri di kontrakan yang sebelumnya ia tempati bersama ibunya. Kini ibunya telah meninggal, tepat setahun yang lalu karena sakit keras. Ayesha memang sering menyaksikan langsung saat ibunya dianiaya oleh ayah tirinya. Ayesha yang mencoba membantu justru juga dihajar habis-habisan.

Sementara ayah kandungnya sekarang berada di Bogor, tinggal bersama istri barunya yang kini juga sudah memiliki anak. Sudah setahun terakhir ini juga Ayesha putus hubungan dengan ayahnya, entah mengapa tiba-tiba saja ponsel ayahnya tidak dapat dihubungi. Ayesha ingin ke sana namun tidak mempunyai biaya. Untuk makan saja terkadang Ayesha musti irit-irit. Mencari uang memang sangat sulit untuk gadis seusianya.

Selama ini Ayesha mengandalkan bekerja di kantin Bu Nurul di sekolah. Selama jam istirahat, Ayesha selalu membantu Bu Nurul, entah mencuci piring, membersihkan meja kantin, bahkan menjadi pelayan bagi teman-temannya. Ayesha juga tidak peduli dengan teman-teman sekolah yang selalu menjudge-nya. Yang Ayesha tau pekerjaannya halal dan tidak merugikan orang lain. Jika setahun sebelumnya ayah kandungnya selalu rutin mengirimkannya uang setiap bulan, meskipun tidak seberapa. Namun sekarang tidak lagi. Semenjak putus komunikasi, ayahnya sudah tidak pernah mengiriminya uang lagi.

Setahun terakhir memang cukup membuat gadis bersurai panjang ini merasa sangat lelah.

-To be continued-

Cerita yang setelah dipikir berulang kali untuk di up atau enggak😂

Untuk kalian yang nggak sengaja mampir, mau nanya asalnya dari mana aja? Semoga jadi readers yang setia ya...

Jangan lupa meninggalkan jejak, Terimakasih. Peluk cium dari saya, CasperKadil >.<

BUMI
Selasa, 30 Agt 2022

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang