Dua bulan sudah Ayesha bekerja di cafe Gilang. Sore tadi saat akan bergegas pulang, Ayesha sempat menerima uang gaji dari Gilang. Malah Gilang bilang, Ayesha mendapatkan bonus tiga puluh persen karena kerjanya bagus dan profesional. Gilang juga sempat mengatakan kalau ia sangat puas dengan hasil kerja Ayesha di cafenya selama dua bulan penuh ini. Dan sejauh ini Ayesha sama sekali tidak mengecewakan Gilang dengan kinerjanya, justru ia melakukan yang terbaik untuk cafe Gilang agar semakin berkembang. Se-simple memberikan ide saat Gilang melakukan desain pada cafenya, dan itu benar-benar berhasil membuat konsumen tertarik.
Pukul delapan malam lebih sedikit, Ayesha tampak tengah memasukkan beberapa pasang bajunya ke dalam tas kecil. Beberapa peralatan penting juga ia masukkan ke dalam tas untuk persiapan pemberangkatannya besok.
Masih pada rencana awal, Ayesha akan menggunakan uang gajinya bulan ini untuk pergi ke Bogor. Ia akan menemui ayah kandungnya di sana. Ia benar-benar sangat merindukan ayahnya karena sudah hampir dua tahun tidak bertemu.
Ayesha juga sudah izin kepada Gilang untuk tidak masuk kerja selama tiga hari ke depan. Untuk sekolahnya, Ayesha hanya perlu meminta izin untuk besok, karena ia akan berangkat pagi. Yang kemudian disusul tanggal merah dua hari dan hari minggu setelahnya. Itulah salah satu penyebab Ayesha memilih pulang ke Bogor di bulan ini.
Setelah berkemas, Ayesha memilih untuk langsung tidur. Ia akan mencarger tubuhnya setelah seharian penuh beraktivitas. Tubuhnya juga butuh istirahat yang cukup agar ia tidak mudah terkena penyakit berjenis apapun. Karena kalau sampai ia sakit, itu akan semakin mempersulit hidupnya. Sudahlah tinggal sendirian, tidak mempunyai uang pula.
Ah~ Ayesha berjanji akan merubah nasibnya.
***
"Mbak Ayesha, ya?"
Tukang ojek online berhenti tepat di depan kontrakan Ayesha. Memang Ayesha sempat memesan ojek online beberapa waktu yang lalu untuk mengantarnya ke Bogor. Ayesha memilih untuk menggunakan ojek karena kemungkinan akan sampai lebih cepat. Karena akan kemungkinan kecil terjebak macet di jalan selama berjam-jam.
"Iya, Pak." Ayesha langsung saja mengambil tasnya, lalu menaiki motor. Pakaian yang ia bawa memang hanya beberapa lembar saja, jadinya tidak terlalu menjadi beban selama di jalan.
Memakan waktu hampir dua jam untuk sampai di Bogor, tepat di depan pekarangan rumah ayah kandungnya. Rumah dengan ukuran yang tidak besar itu kini terlihat oleh matanya. Ada banyak perubahan pada rumahnya setelah hampir dua tahun ia tidak pernah lagi berkunjung ke sini, salah satunya adalah warna cat rumah. Yang dulunya hanya bercat putih, sekarang sudah berwarna hijau terang.
Setelah membayar ongkos ojek, Ayesha langsung berjalan melangkah memasuki pekarangan rumah.
"Ayesha, ya?"
Ayesha menoleh saat mendengar seseorang menyebutkan namanya. Saat berbalik badan, ia menemukan seorang ibu-ibu yang merupakan tetangganya. Ah, Ayesha sangat mengingat ibu itu, karena dulu ia sering membeli nasi uduk yang dijual oleh ibu tersebut di teras rumahnya.
"Iya, Bu." Ayesha tersenyum ramah.
"Kirain kamu nggak balik lagi ke Bogor karena terlalu betah di Jakarta." tetangganya itu terkekeh pelan. "Udah hidup enak ya, di sana?"
Ayesha balas terkekeh, "Enggak juga, Bu. Hidup di Jakarta justru lebih sulit. Yesha di sana juga kerja sambilan untuk biaya hidup."
Ibu tersebut mengangguk tersenyum, "Yaudah kamu langsung masuk aja, ayah kamu sakit di dalam. Saya lihat, ibu tiri kamu nggak pernah bawa ayah kamu ke rumah sakit."
Ayesha tersentak kaget saat mendengar kabar bahwa ayahnya sakit, bahkan ia tidak tau apa-apa, "Ayah sakit? Sakit apa, Bu?"
"Saya juga kurang tau, lebih baik kamu tanyakan sendiri aja." tetangganya menggeleng pelan. "Yasudah, saya duluan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Random|| Rumit- Ayesha, gadis sederhana yang hidupnya bagaikan labirin rumit yang dirancang oleh takdir. Sejak kecil, ia berjuang sendirian, melawan kerasnya kehidupan tanpa uluran tangan. Setiap langkahnya dipenuhi rintangan, seolah semesta ingin menguji...