17

19 104 95
                                    

Ayesha menyentakkan tangannya kuat-kuat saat Alfariel masih keukeh menahannya pergi. Ayesha jengah juga lama-lama jika pria itu tidak mau mendengarkannya. Entah sudah berapa kali Ayesha menggerutu kesal minta tangannya dilepas oleh Alfariel, namun tetap saja pria itu terus menahan Ayesha yang ingin pergi.

"Lepasin, Al!" Kali ini Ayesha benar-benar menyentakkan tangannya sekuat yang ia bisa, sampai tangannya terlepas dari cekatan Alfariel. "Mau apa sih, lo?"

"Lo nanya gue mau apa?" Alfariel menatap dalam mata Ayesha. "Gue mau tau kenapa lo tiba-tiba ngejauhin gue."

Ayesha tersenyum miring sambil melemparkan pandangannya ke arah lain, sejenak saja sebelum akhirnya ia kembali menatap tajam wajah Alfariel yang sebenarnya terbilang sangat tampan.

"Gue ngejauhin lo?" Ayesha balik bertanya dengan mimik wajah serius. "Emang kapan, gue dekat sama lo?" Ayesha menaikkan sebelah alisnya sembari mengangkat dagunya. "Kapan?"

Alfariel menghembuskan nafasnya perlahan, "Walaupun nggak deket, seenggaknya lo nggak kayak gini." Alfariel mencoba memberikan penyangkalan. "Atau paling nggak, lo ngasi gue alasan kenapa lo tiba-tiba ngerubah planning bisnis yang udah kita atur sama-sama dari awal."

Ayesha menghembuskan nafasnya lalu memejamkan matanya sesaat, "Sorry ya Al, gue nggak ngerasa ngejauhin lo karena gue emang nggak pernah dekat sama lo. Dan masalah planning yang tiba-tiba gue ubah, menurut gue juga nggak jadi masalah, karena nggak ada pihak yang dirugikan. Gue kebagian tugas, lo juga kebagian tugas, jadi apa yang perlu diributin?"

"Ya tapi kasih gue alasan dong, Sha. Gue yakin ada sesuatu yang ngebuat lo jadi kayak gini. Gue yakin ini bukan kemauan lo, karena gue nggak ngerasa ada ngebuat salah sama lo." Alfariel menatap Ayesha, mencoba meyakinkan gadis itu untuk memberitahukannya alasan. "Lo kasih tau gue, apa atau siapa yang udah buat lo kayak gini? Atau ada yang ngancem lo?"

Ayesha membuang muka jengah, "Dari awal gue emang nggak pernah suka sama lo, Al. Masalah kayak gini nggak perlu diributin, jalanin aja kayak biasanya. Emang sebelumnya gue sama lo kayak gini, kan?" Ayesha memutar balik badannya hendak bergegas pulang.

Alfariel masih berusaha menahan pergelangan tangan Ayesha, namun percuma, dengan mudah Ayesha menyentakkan tangannya dan berlalu begitu saja.

Alfariel menghembuskan nafasnya perlahan, perasaannya campur aduk melihat sikap Ayesha yang mendadak aneh.

"Gimana, Al?"

Alfariel menoleh saat merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya. Mendapati Mirza yang baru saja datang.

Alfariel menggelengkan kepalanya pelan, "Nggak tau gue kenapa Shasa jadi gini."

Mirza melemparkan pandangannya ke arah Ayesha yang masih melenggang pergi menyusuri koridor sekolah. Gadis itu tampak setengah berlari agar segera menjauh dari Alfariel.

"Serius banget ya, masalahnya?" tanya Mirza yang langsung digelengkan lagi oleh Alfariel.

"Gue nggak tau, Za. Aneh banget." Alfariel mendesis pelan. Dibalik itu ia juga merasa kebingungan. "Ya gue juga tau sebelumnya gue sama Shasa nggak deket-deket banget, tapi marahnya Shasa ke gue yang dulu sama yang sekarang beda banget. Dulu gue cuma bisa liat kalau Shasa nggak suka sama gue, bukan benci kayak pandangan dia yang sekarang."

Mirza manggut-manggut, ia pun tau persis bagaimana Ayesha dan Alfariel yang sebelumnya maupun yang sekarang. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena Ayesha sendiri tidak mau membuka suara atas alasannya menjadi seperti sekarang ini.

"Gue yakin ada jalan keluarnya." Mirza lagi dan lagi menepuk pundak Alfariel untuk menenangkan pria tersebut, karena memang itu salah satu hal yang bisa ia lakukan sekarang dalam wujud empati pada temannya.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang