Langkah Ayesha dan Alfariel terhenti, keduanya saling menoleh satu sama lain. Kedua sejoli itu baru saja selesai berbelanja bahan-bahan untuk mulai membuka usaha baru.
Pulang dari cafe tadi, mereka langsung memutuskan untuk berbelanja. Sudah tidak ada waktu untuk berleha-leha. Bukan mudah untuk merintis usaha dari nol. Butuh tekat serta keyakinan yang matang. Mereka juga harus bersiap menerima resiko jika usaha mereka tidak semulus yang mereka bayangkan.
"Kayaknya bahan-bahannya udah lengkap semua." Ayesha mengangkat plastik-plastik yang dipegang olehnya, dan mulai memperhatikan satu per satu. Beberapa plastik juga ditampung oleh Alfariel.
Alfariel mengangguk setuju, "Yaudah kalau gitu langsung balik aja. Masih ada waktu untuk ngebuat makanannya. Seenggaknya ngeringanin beban lo besok pagi."
Ayesha mengangguk setuju. Lantas keduanya melangkah menuju ke arah mobil Alfariel yang terparkir di depan indomart.
Malam ini mereka membuat sebagian makanan-makanan yang akan dijual. Tidak semuanya karena mereka tidak mempunyai banyak waktu. Lagi pula, mereka juga merasa segan dengan tetangga apa bila Alfariel masih berada di kontrakan Ayesha hingga larut malam.
Paginya, Ayesha yang melanjutkan semuanya seorang diri. Tidak begitu merepotkan karena makanan yang dibuatnya juga tidak begitu ribet dan juga tidak terlalu banyak.
***
Pukul tujuh pagi tadi Alfariel sudah datang menjemput Ayesha menggunakan mobilnya. Dan mereka langsung menitipkan makanan-makanan mereka di ruko-ruko yang searah dengan sekolah mereka. Begitu pula di sekolah, mereka menitipkan makanan mereka di kantin sekolah. Ah, mereka benar-benar berharap dagangan mereka laku keras.
"Eh, Sha."
Saat Ayesha dan Alfariel melangkah memasuki kelas, mereka langsung disambut dengan wajah milik Mirza yang tengah duduk di kursi miliknya.
"Tadi gue liat, lo berdua bawa makanan gitu. Mau dikemanain?" tanya Mirza penasaran.
Ayesha menempati kursinya sembari melepas ranselnya, "Ya dijual lah."
Mirza mengernyitkan keningnya heran, "Dijual? Maksudnya lo sama Alfa jualan bareng? Usaha bareng, gitu?"
Ayesha mengangguk, "Buat uang tambahan, Za. Kan lo tau sendiri gue orang susah. Kebetulan Alfa mau gabung bareng gue."
Ayesha melirik ke arah Alfariel. Pria itu tampak diam saja, ia terlihat fokus pada ponselnya. Entah apa yang tengah dilakukan oleh Alfariel sampai-sampai ia seserius itu. Bahkan Ayesha tidak pernah melihat ekspresi Alfariel yang seserius itu.
"Lo ngapain, Al?" tanya Ayesha penasaran.
Alfariel diam sejenak, lalu menoleh ke arah Ayesha, "Gue lagi nyoba nyebarin usaha kita di internet. Gue juga naruh nomor hp gue sama nomor hp lo kalau ada yang berminat untuk pesan. Nggak ada salahnya kan, dicoba?" Alfariel menaikkan alisnya sebelah.
"Bahkan gue nggak kepikiran buat dagang online." Ayesha terkekeh pelan. "Lo ngebantu juga ternyata."
"Lo jangan remehin gue dong, ncess. Gue yakin, usaha kita ini pasti bakal maju."
Ayesha mengangguk semangat, "Semoga."
"Gue juga bisa bantu kalian." Mirza menyahut yang langsung membuat Ayesha dan Alfariel menoleh ke arahnya secara kompak.
"Bantu? Maksudnya?" Alfariel menatap Mirza penasaran.
"Gue bisa minta Kak Gilang untuk jadiin makanan buatan kalian salah satu menu di cafe Kak Gilang," ujar Mirza menaikkan kedua alisnya. "Kalian tinggal bawa makanan buatan kalian ke Kak Gilang biar dicobain dulu, siapa tau banyak peminatnya. Dan itu bakal ngebuat usaha kalian cepat berkembang."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Random|| Rumit- Ayesha, gadis sederhana yang hidupnya bagaikan labirin rumit yang dirancang oleh takdir. Sejak kecil, ia berjuang sendirian, melawan kerasnya kehidupan tanpa uluran tangan. Setiap langkahnya dipenuhi rintangan, seolah semesta ingin menguji...