Alfariel berdiri tegap dengan kedua tangan ia letakkan di dalam saku celananya. Kini, Alfariel berada di taman belakang sekolah, yang cukup jauh dari pantauan anak-anak Holten. Alfariel membelakangi arah jalan masuk ke dalam taman. Tatapannya datar tertuju ke depan.
"Kamu manggil aku ke sini ada apa?"
Alfariel berbalik. Didapati olehnya seorang wanita yang kini berdiri di hadapannya. Dia adalah Raquel. Alfariel memang sempat mengirim pesan kepada gadis itu untuk menemuinya di taman, karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan.
"Kamu kangen sama aku? Udah berubah pikiran? Tiba-tiba mau balikan sama aku? Apa gimana?" Raquel mendekat, kini jarak mereka hanya kisaran satu langkah kecil saja.
"Lo bilang apa sama Shasa?" Alfariel masih menatap Raquel intens. Wajahnya datar dengan emosi di dalamnya.
Raquel menautkan kedua alisnya, "Maksud kamu?"
"Nggak usah masang muka sok polos di depan gue. Shasa udah tiga bulan terakhir ini ngindarin gue. Nggak ngasi alasan atau penjelasan apa pun kenapa tiba-tiba sikapnya berubah. Tapi gue yakin ini ada kaitannya sama lo. Kayak kejadian yang sebelumnya, lo juga yang buat Shasa jadi cuek sama gue. Itu artinya, perubahan sikap Shasa ke gue kali ini, juga ada sangkut pautnya sama lo."
"Kamu nuduh aku apa gimana? Aku nggak ngerasa ada ngomong apa-apa sama dia. Kali aja tuh cewek udah sadar diri kalau dia nggak layak sama kamu. Ya bayangin aja, masa cewek miskin kayak dia mau disandingin sama spek sultan kayak kamu. Ya nggak sebanding, lah." Raquel membuang muka dengan memutar kedua bola matanya jengah.
"Dengan cara lo ngomong kayak gini, buat gue makin yakin kalau lo emang orang yang udah buat Shasa ngerubah sikapnya ke gue. Sebenernya apa sih, yang lo lakuin ke Shasa? Lo ancem dia apa gimana?"
Raquel tersenyum miring, "Aku nggak perlu ngancem dia kalau emang tujuannya untuk buat dia nggak mau deket-deket sama kamu. Karena kesadaran diri dari Yesha sendiri udah bisa jadi alasan kenapa dia harus jauh-jauh dari kamu."
"Lo nggak usah ngomong muter-muter demi bela diri lo sendiri. Gue yakin lo udah ngomong sesuatu ke Shasa sampai buat sikap dia jadi kayak gini sama gue."
"Aku ngomong kayak gimana juga nggak akan buat kamu percaya, kan?" Raquel membuang muka sejenak. "Lagian kenapa sih, Al, kamu segitunya suka sama Yesha? Kalau alasannya karena Yesha cantik, ya aku lebih cantik lah dari dia. Kalau kamu mau bilang karena harta, ya harta aku juga lebih banyak dari dia. Trus apa lagi? Aku punya semua yang Yesha punya, bahkan lebih dari apa yang dia punya. Emangnya Yesha bisa punya apa yang aku nggak punya? Ya nggak mungkin lah, karena semua kelebihan nyaris aku milikin."
"Ada." Alfariel menatap Raquel lekat. Ia lebih mendekatkan wajahnya ke arah Raquel. "Shasa punya apa yang lo nggak punya."
Raquel menaikkan alisnya sebelah, "Yakin? Emang ada?" Raquel tampak mencibir, lalu terkekeh geli.
"Shasa punya hati nurani, Shasa punya kebaikan hati yang sama sekali enggak pernah ada di diri lo. Shasa punya semangat yang tinggi untuk bisa bertahan hidup dengan hasil kerja keras sendiri. Beda sama lo yang cuma ngandelin harta orang tua." Alfariel bergerak meninggalkan Raquel setelah mengatakan kata-kata tersebut.
Raquel yang mendengar perkataan Alfariel barusan sangat tersulut emosi. Ia merasa disudutkan habis-habisan oleh orang yang ia sukai. Benar-benar sial.
"Ini penghinaan buat gue, Al." Raquel mendesis penuh penekanan. "Dan ini semua karena lo, Yesha. Lo beneran nyari gara-gara ya, sama gue? Kayaknya, lo pantes untuk terima permainan dari gue. Dasar benalu."
Raquel juga bergegas meninggalkan taman yang sepi itu dengan penuh amarah yang tersulut. Ingin rasanya ia mencakar wajah Ayesha sekarang juga. Ia sangat kesal karena Alfariel terus-terusan membela gadis itu. Karena adanya Ayesha, itu sangat mempersulit Raquel untuk kembali mendapatkan cinta dari Alfariel.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Random|| Rumit- Ayesha, gadis sederhana yang hidupnya bagaikan labirin rumit yang dirancang oleh takdir. Sejak kecil, ia berjuang sendirian, melawan kerasnya kehidupan tanpa uluran tangan. Setiap langkahnya dipenuhi rintangan, seolah semesta ingin menguji...