"Kirain udah mati di jalan."
Sebait kata-kata itu yang menyambut Ayesha setelah jauh-jauh dari Jakarta untuk berkunjung ke Bogor. Niat baiknya tidak pernah terlihat di mata ibu tirinya. Seperti apapun usaha Ayesha menarik perhatian ibunya agar bersikap baik kepadanya, itu tidak akan pernah bisa berhasil. Entah dengan alasan apa ibu tirinya itu sangat membencinya. Padahal Ayesha sudah berusaha sebisa mungkin untuk tidak merepotkan keluarganya di Bogor, malahan ia yang menjadi tulang punggung keluarga, namun sama sekali tidak terlihat harganya di mata Kintan.
Tanpa memperdulikan ucapan sambutan dari ibu tirinya, Ayesha lantas mencium punggung tangan Kintan lembut, sebagaimana mestinya yang dilakukan oleh seorang anak pada ibunya.
"Ibu gimana kabarnya?" Ayesha bertanya sembari tersenyum tipis. Tak berbalas.
"Akan lebih baik kalau kamu nggak datang ke sini." jawaban yang meluncur dari mulut Kintan, cukup mengiris belahan hati Ayesha yang paling dalam. Namun sayang, Ayesha tidak bisa berbuat apapun atau membalas perkataan ibunya karena itu tidak sopan.
Alfariel yang mendengar penuturan Kintan pun terperanjat kaget, sama sekali tidak menyangka jika ternyata sekejam itu ibu tiri Ayesha ini. Jauh dari bayangan Alfariel yang berpikir ibu tiri Ayesha tidak akan berbicara sekeji itu tanpa berpikir baik buruknya terlebih dahulu.
Merasa diperhatikan oleh Kintan, Alfariel lantas mencium punggung tangan wanita paruh baya itu, mencoba untuk menjaga sopan santunnya.
"Halo Tante, saya Alfariel, temen sekolahnya Yesha." Alfariel memperkenalkan diri sembari membungkukkan sedikit badannya. Tidak lupa ia sunggingkan senyumnya yang mengembang.
"Yakin, temen Yesha?" Kintan menatap Alfariel dari bawah hingga ke atas. Alfariel dapat merasakan aura tidak suka yang terpancar jelas dari raut wajah Kintan. Menatapnya seolah ia sangat menjijikkan.
Alfariel mengangguk sungkan, walaupun yang ia katakan memang benar. Cara Kintan bertanya seolah-olah meragukan kalau Alfariel memang teman sekolahnya Ayesha.
"Atau kamu jual diri ya, sama laki-laki ini? Makanya bisa kirim uang banyak ke sini." Kintan menatap sinis ke arah Ayesha. Lalu membuang muka jengah.
Ayesha yang merasa tertuduh, lantas menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat, "Nggak mungkin Yesha jual diri, Bu. Alfa ini temen Yesha di sekolah, sekaligus partner kerja Yesha di Jakarta. Alfa yang bantu Yesha rintis usaha, sampai Yesha bisa kirim uang banyak buat keluarga di sini." Ayesha mencoba menjelaskan, berharap Kintan berhenti menuduhnya yang bukan-bukan.
"Kamu mau nginap di sini?" Kintan beralih lagi ke arah Alfariel, seolah-olah tidak mendengar penjelasan Ayesha yang panjang itu.
"Rencananya nggak, Tan. Nanti saya juga mau pulang ke rumah orang tua saya yang juga di Bogor, nggak terlalu jauh dari sini." Alfariel masih mencoba untuk menjaga sikap. Kalau bukan karena Kintan ini ibu tirinya Ayesha, sudah dari tadi Alfariel membalas telak setiap tuduhan Kintan padanya dan juga Ayesha.
"Saya harap kamu bukan laki-laki yang membayar anak nggak tau diri ini untuk jual diri." Setelah mengatakan hal tersebut, Kintan lantas berbalik badan, dan pergi kembali memasuki rumah. Bahkan tidak mempersilahkan Ayesha dan Alfariel untuk masuk.
Ayesha menghembuskan nafasnya perlahan sembari memejamkan matanya. Menetralkan suasana hati, dan mencoba berdamai dengan rasa sakit. Bukan keinginannya untuk meneteskan air mata, namun ia tidak bisa berbohong kalau kata-kata Kintan sangat menyakiti hatinya.
"Bukan yang pertama kalinya, jadi nggak perlu nangis."
"Sha..." Alfariel menyentuh pundak Ayesha. Mencoba menenangkan gadis itu. Alfariel tau bagaimana perasaan Ayesha, dan ia tidak yakin bisa sekuat Ayesha jika ia berada di posisi Ayesha saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Random|| Rumit- Ayesha, gadis sederhana yang hidupnya bagaikan labirin rumit yang dirancang oleh takdir. Sejak kecil, ia berjuang sendirian, melawan kerasnya kehidupan tanpa uluran tangan. Setiap langkahnya dipenuhi rintangan, seolah semesta ingin menguji...