12

21 150 1.1K
                                    

Cafe besar bernuansa pelangi kini terlihat langsung oleh iris coklat milik Ayesha. Senyum mengembang kala ia akhirnya bisa melihat sumber penghasilannya dua bulan terakhir ini. Rindu bekerja dan menemui teman kerjanya seakan berontak di dalam hati agar ia segera bergegas masuk ke dalam. Ayesha akan segera mengobati rindunya selama lebih seminggu ini.

Kehadiran Ayesha disambut hangat oleh Nana yang menunggunya di ruang loker. Dengan cepat Ayesha langsung berlari ke dalam pelukan Nana, dan memeluk erat-erat rekan kerja yang paling akrab dengannya itu.

"Gue kangen banget sama lo, Sha." Nana membingkai kedua pipi Ayesha gemas.

Ayesha memperlihatkan sederet gigi putihnya, "Gue emang ngangenin."

Senyum Nana yang tadinya mengembang, luntur sudah setelah mendengar jawaban dari Ayesha yang terkesan terlalu percaya diri.

"Nggak jadi." Nana langsung melepas pelukannya lalu melangkah mundur. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu membuang muka. Memasang wajah kesal, walaupun hanya berpura-pura saja.

"Gue becanda..." Ayesha melangkah mendekati Nana, lalu memeluknya. "Gue juga kangen sama lo, Kak."

Nana tersenyum, ia hanya bergurau saja. Selanjutnya Nana lantas kembali memeluk Ayesha dengan senyum yang mengembang.

"Akhirnya kamu balik juga Sha, dari Bogor."

Suara berat seorang pria berhasil memecah suasana romantis Ayesha dengan Nana. Lantas keduanya menoleh ke arah pelaku yang sudah mereka duga bahwa itu adalah si Bos, Gilang.

"Eh, Kak Gilang?" Ayesha dan Nana lantas melepas pelukan mereka, lalu keduanya tampak sedikit membungkukkan tubuh sebagai bentuk hormat. "Iya Kak, Yesha baru sampai Jakarta tadi malam."

"Padahal kakak nggak masalah kalau kamu mau ambil cuti beberapa hari lagi untuk istirahat." Gilang melemparkan senyum manisnya kepada Ayesha.

Ayesha membungkukkan badannya lagi, "Kak Gilang emang bos yang diidamkan banyak pekerja di dunia."

Gilang terkekeh mendengar ucapan Ayesha, begitu pula dengan Nana yang tidak dapat menahan tawanya. Namun apa yang dikatakan oleh Ayesha memang benar, Gilang adalah bos yang sangat baik, ia memperlakukan karyawannya dengan berperikemanusiaan. Selalu mengerti keluh kesah karyawannya, sering memberi apresiasi jika kinerja karyawannya sangat baik, bahkan tidak ragu untuk memberikan hadiah. Hingga hal itu membuat para pekerja merasa sangat nyaman dan betah menjadi bawahan Gilang.

"Kamu terlalu berlebihan." Gilang menatap Ayesha lembut masih dengan terkekeh pelan.

Ayesha balas terkekeh, "Makasih Kak, sebelumnya. Tapi Yesha beneran nggak perlu cuti. Lagian perjalanan Bogor ke Jakarta nggak makan waktu sama tenaga banget, jadi Yesha nggak terlalu capek. Lagian Yesha juga kangen banget sama temen-temen di sini, apa lagi Kak Nana." Ayesha menoleh ke Nana sejenak, lalu memberikan senyuman manisnya.

Nana merespon dengan mengelus pelan pundak Ayesha yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri.

Gilang tersenyum tipis melihat kedua gadis di hadapannya itu. Hubungan baik antar karyawan juga merupakan salah satu misi Gilang untuk mencapai visi bisnisnya. "Yaudah, kalau gitu kamu langsung ganti pakaian, trus mulai kerja ya? Have a nice day."

"Makasih, Kak."

Setelah mengangguk, Gilang langsung bergegas meninggalkan mereka di sana.

"Menurut gue lo terlalu jujur, Sha."

Ayesha menoleh ke arah Nana yang kini tampak mengeluarkan bajunya dari loker. Gadis itu terkekeh pelan setelah kepergian Gilang sang Bos.

"Bukannya jujur itu harus, ya?" Ayesha mengedikkan bahunya lalu membuka lokernya untuk meletakkan ranselnya.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang