42

20 57 0
                                    

Ayesha duduk seorang diri di bangku kelasnya. Keadaan kelas yang masih kosong, membuat ia memutuskan untuk memainkan ponselnya. Ayesha tertarik untuk membuka aplikasi instagram, lalu mengintip instagram Alfariel. Sudah sebulan berlalu sejak ia curhat kepada Nana mengenai perasaannya pada Alfariel. Dan sekarang, Ayesha yakin kalau ia memang benar memiliki perasaan yang sama pada pria itu.

Selama sebulan ini, Ayesha jadi lebih suka mencari tau tentang pria itu diam-diam. Salah satunya ya dengan mengintip instagramnya. Ayesha melakukannya setiap hari, hanya untuk melihat kesibukan Alfariel. Alfariel memang aktif di instagram, kesehariannya ia bagikan di sana sebagai kenang-kenangan. Dari instagramnya juga, Ayesha jadi tau kalau Alfariel sudah mulai kuliah.

Ayesha melihat sebuah foto Alfariel di kampus UM dengan almamater yang ketika dipakai pria itu menjadi sangat senada dan perfect. Sialnya, Ayesha tanpa sadar malah menekan ikon love pertanda menyukai postingannya. Sesegera mungkin Ayesha menekan ikon love tersebut sekali lagi, agar ia batal menyukai.

"Sialan, kalau sampai Alfa lagi on instagram, bisa mampus gue." Ayesha mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya. Merutuki dirinya sendiri yang tidak berhati-hati.

Setelahnya, Ayesha kembali melihat-lihat postingan Alfariel yang bahkan entah sudah berapa kali ia perhatikan. Sudah terlalu lama ia tidak bertemu dengan pria itu, terakhir kalinya saat ia melihat Alfariel bersama ayahnya di Healthy cafetaria, dan itupun hanya sebentar.

"Gila lo kepoin ig Alfa, naksir diem-diem lo, ya?"

Ayesha menoleh, kedua matanya melebar saat mengetahui kini Mirza sudah berdiri di sebelahnya dengan posisi tubuh agak membungkuk untuk melihat layar ponselnya. Sesegera mungkin Ayesha membalikkan layar ponselnya ke bawah, namun percuma saja karena Mirza sudah mengetahui apa yang sedang ia lakukan. Apa yang harus Ayesha katakan pada Mirza sekarang?

"Apaan sih, lo?" Ayesha menatap Mirza kesal. "Nggak sopan tau, ngelihatin hp orang tanpa permisi. Gue punya privasi, Za. Lo nggak boleh sembarangan."

"Elah, nggak usah ngelak lo, Sha. Gue udah liat." Mirza terkekeh pelan, lalu duduk di bangkunya. Posisi duduknya ia buat menghadap ke arah Ayesha. "Lo ngapain kepoin ig Alfa? Udah mulai suka, ya?"

Ayesha melirik Mirza sinis, lalu membuang muka, "Nggak, gue nggak suka. Lagian kebetulan aja tadi fotonya lewat di beranda pas gue lagi scrol ig."

"Ya kali kan, di beranda munculnya foto Alfa semua." Mirza semakin ngakak melihat ekspresi Ayesha yang jelas khawatir. Gadis itu sedang mencari alibi untuk menutupi sesuatu yang baru saja ia lakukan.

"Lo salah liat, foto Alfa cuma muncul satu doang." Ayesha mengedikkan bahunya.

"Udah lah, Sha. Nggak usah malu sama gue." Mirza terkekeh. "Lagian lo sih, dari dulu gue udah bilang sama lo, terima aja si Alfa jadi pacar lo. Sekarang giliran Alfa udah mutusin untuk jauhin lo, baru deh lo suka balik sama dia."

"Gue nggak bilang gue suka sama Alfa."

"Nggak perlu lo bilang juga semua orang tau." Mirza terkekeh pelan. "Masih ada kesempatan untuk lo balik sama Alfa kayak dulu. Lo nggak mau coba?"

"Gila lo, nggak mikirin Raquel?"

"Berarti bener dong, lo suka balik sama Alfa." Mirza tertawa puas, merasa telah berhasil menjebak Ayesha dengan perkataannya tadi. Dan itu membuat Ayesha terdiam untuk beberapa saat.

"Terserah lo deh, Za." Ayesha membuang muka. Berbicara dengan Mirza justru akan membuat harga dirinya turun drastis karena ia tidak bisa membohongi pria itu. Mirza sangat mudah menebak perangai orang lain. Yang ada, ia justru meberitahukan mengenai perasaannya secara tidak langsung, karena Mirza sangat ahli menjebak lawan bicara agar keceplosan.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang