Brak!
Sedikit lagi bibir Jaka akan berhasil menyentuh wajah Ayesha. Namun sebelum itu terjadi, pintu gudang tiba-tiba saja terbuka secara paksa. Ya, itu adalah hasil dobrakan. Alfariel yang datang lalu menendang pintu gudang tersebut, bahkan sampai pintunya terlepas, lalu jatuh ke lantai. Emosinya memuncak ketika tau kalau Ayesha di dalam tengah dalam posisi ditimpa oleh Jaka, ayah tirinya. Tebakannya ternyata benar, hilangnya Ayesha sudah pasti ada Jaka selaku dalangnya.
Tanpa menunggu lama, Alfariel langsung menarik kerah baju Jaka, lalu memukul pipi pria berumur sekitar lima puluhan tahun itu sampai tersungkur di lantai. Kini Mirza yang mengambil alih, pria itu membogem Jaka habis-habisan karena sudah menyakiti Ayesha, sahabatnya.
Alfariel yang tau kalau Mirza bisa diandalkan untuk menghajar Jaka, lantas beralih menoleh ke arah Ayesha. Mata Ayesha berkaca-kaca. Ia menatap Alfariel sangat dalam. Alfariel dapat melihat bahwa Ayesha sedang ketakutan. Alfariel juga iba melihat tubuh Ayesha yang dipenuhi dengan luka. Wajah gadis itu babak belur dipenuhi darah. Bajunya juga sudah terkoyak di bagian lengan hasil perbuatan Jaka. Di bagian depan bajunya terlihat bercak darah yang sudah kering. Itu adalah bekas muntah darah Ayesha tadi, saat perutnya ditendang oleh Raquel.
Alfariel mendekati Ayesha, lalu berjongkok di hadapan Ayesha yang kini terduduk sembari memeluk tubuhnya sendiri menggunakan kedua tangannya. Tubuh Ayesha gemetar. Saat Alfariel sudah di dekatnya, Ayesha langsung memeluk Alfariel dengan sangat erat. Ia takut, takut dengan apa yang hampir saja Jaka lakukan kepadanya.
Alfariel balas memeluk Ayesha, sangat erat. Ia tau, pelukan lah yang dibutuhkan oleh Ayesha saat ini. Bahkan saat sudah di dalam pelukannya pun, tubuh Ayesha masih gemetar. Ayesha menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Alfariel. Alfariel mengerti bagaimana perasaan Ayesha saat ini. Namun, melihat kondisi Ayesha yang sangat miris seperti ini, semakin membuat rasa bersalah Alfariel memuncak. Ia benar-benar gagal menjaga Ayesha sebagaimana yang diminta oleh ayah kandung gadis tersebut.
"Lo yang tenang, Sha. Ada gue." tangan Alfariel bergerak mengelus kepala Ayesha dengan lembut. Ia sangat khawatir melihat kondisi Ayesha saat ini.
Alfariel pun tidak habis pikir, kenapa Jaka bisa sampai hati menyiksa Ayesha seperti ini. Tubuh Ayesha dipenuhi dengan luka yang amat parah. Wajahnya pucat pasi, dengan banyaknya motif luka di sana.
Ayesha memukul dada Alfariel berkali-kali. "Gue takut." antara kesal dan senang karena Alfariel datangnya tepat sedikit lagi saat Jaka akan melakukan hal buruk untuknya. Ayesha bersyukur juga karena shareloc yang ia kirim ke Alfariel ternyata masuk sebelum ponselnya mati. Sampai akhirnya pria itu bisa menyelamatkannya. Tidak terbayang bagaimana nasibnya kalau Alfariel atau Mirza tidak datang ke tempatnya disekap.
"Maafin gue." Alfariel menarik Ayesha agar memeluknya lebih erat. "Maaf gue nggak bisa jagain lo. Maaf gue nggak bisa tepatin janji gue sama Om Arwin untuk jagain lo."
Ayesha semakin menangis tersedu-sedu. Ketakutannya masih tidak bisa hilang. Ia terus membayangkan bagaimana kalau tadi Jaka sampai benar-benar melakukan sesuatu yang buruk untuknya.
"Sekarang gue ada di sini, lo nggak perlu takut lagi." entah keberanian dari mana, Alfariel mendaratkan sebuah ciuman pada kening Ayesha. Mencium lama gadis yang selama ini berhasil membuatnya jatuh cinta sampai sedalam-dalamnya. "Gue sayang sama lo, Sha."
Ayesha diam saja dengan perlakuan Alfariel kepadanya. Faktanya perlakuan Alfariel membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Ia merasa Alfariel datang benar-benar untuk melindunginya. Sebagaimana yang pria itu janjikan kepada ayahnya saat di Bogor.
Tidak lama kemudian, Alfariel membantu Ayesha berdiri, lalu ia memakaikan jaket miliknya untuk Ayesha. Mengingat pakaian Ayesha sekarang sudah tidak layak untuk digunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Random|| Rumit- Ayesha, gadis sederhana yang hidupnya bagaikan labirin rumit yang dirancang oleh takdir. Sejak kecil, ia berjuang sendirian, melawan kerasnya kehidupan tanpa uluran tangan. Setiap langkahnya dipenuhi rintangan, seolah semesta ingin menguji...