Part 3

1K 47 1
                                    

Haii gaesss!!!
Jangan bosen baca cerita aku yaa. Maaf kalo misal ada typo atau bahasanya yang kurang mudah dipahami, harap dimaklumi. Semoga suka🥰

Happy reading!

Sepulang sekolah mobil yang Metta kendarai melaju dengan kecepatan normal menuju pemakaman umum di Jakarta. Metta berjalan ke makan sang ibunda dengan meneteng bunga ditanganya.

"Assalamualaikum maa, maaf yaa Metta jarang datang ke makam" Metta mengelus batu nisan yang terukir dengan nama Ranti Melina.

"Mama bahagia kan disana? Metta kangen banget sama mamaa.. Semenjak mama pergi, gak ada lagi yang peduliin Metta maa, papa udah gak sayang lagi sama Metta. Papa jahat, papa cuma sayang sama Rena doang" curhat Metta di depan batu nisan bundanya.

"Hikss... Metta kangen mamaaa, Metta kangen dipeluk mama, Metta kangen tidur bareng sama mama. kenapa mama pergi secepat ini maaa??".

Metta yang memang sedari tadi membendung air matanya, kini gadis itu sudah tidak bisa lagi untuk menahan agar tidak mengeluarkan air mata. Metta menangis sebab merindukan mama nya.

Rintik hujan perlahan turun membasahi pipi Metta yang memang sudah basah terkena air mata tangisanya.

"Metta pulang dulu ya mah, udah sore. Metta janji bakal sering sering kesini lagi" Metta meletakkan bunga yang ia bawa di atas makan mamanya.

Metta mengecup sayang batu nisan ibundanya. "Assalamualaikum mah, Metta pamit dulu" pamit Metta.

••••

Metta pulang mengendari mobilnya dengan kecepatan normal. Waktu sudah berjalan dengan sangat cepat. Tanpa Metta sadari ternyata jam sudah menunjukkan pukul 19:00 malam.

Metta memasuki rumahnya yang cukup elit dengan badan yang sedikit basah. "Assalamualaikum Metta pulang" Metta memasuki rumah tersebut dengan mengucap salam.

Ternyata di depan Metta sudah ada Reno yang sedang berdiri dengan tangan terlipat rapih didepan dadanya.

"Dari mana aja kamu hah? Anak gadis pulang sekolah bukannya langsung pulang ke rumah malah keluyuran gak jelas. Mau jadi apa kamu hahh?" ucap Reno Sanjaya, papa Metta.

"M-maaf pa, Metta tadi pergi gak ijin sama papah dulu" ucap Metta sedikit terbata menahan takut.

"Contoh itu adek kamu, pulang tepat waktu. Gak pernah keluyuran, gak kaya kamu yang tiap hari kerjaannya ganjenan mulu!!" Bentak Reno kasar.

Metta yang mendengar dirinya telah dibanding bandingkan dengan adiknya langsung menatap tajam pria paruh baya dihadapannya.

"RENA RENA RENAA TERUS YANG PAPA BANGGAIN" teriak Metta kencang.

"Papa gak pernah mandang Metta sebagai anak baik, papa selalu bandingin Metta sama Rena. Metta emang gak se baik Rena pah. Tapi bisa gak sehariii Aja papa gak usah bandingin Metta sama Rena. Metta juga pengen di banggain sama papaaa. Metta capek pah selalu denger papa banding bandingin aku sama Rena" ucap Metta dengan mulut bergetar menahan tangis.

"Apa yang bisa papa banggain dari kamu??" Tanya Reno pedas.

"Terserah papa aja deh, Metta capek selalu ladenin papa yang gak pernah bisa ngerti sama keadaan Metta. Dan asal papa tau hari ini Metta gak keluyuran seperti apa yang papa bilang. Metta pergi ke pemakaman buat jenguk makan mama!!!" Ucap Metta dengan nada lirih.

Setelahnya gadis itu pergi ke lantai atas menuju kamarnya. Reno hanya memandang kepergian anak gadisnya dengan ekspresi yang tak bisa dibaca.

••••

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang