Hai!! Apa kabar semuanya? Raden update nih! Kalian bosen nungguin yah? Akhirnya setelah sekian lama, cerita Raden update juga-!!
Gak bosen bosen buat selalu ingetin, ayo buat kalian yang masih belum vote and coment, buruan vote and coment yg banyak yaa!!.
Happy reading!
Brakkk
Pintu toilet terbuka menampilkan seorang pria dengan hoodie hitam yang melekat di tubuhnya. Terlihat jelas wajahnya yang merah akibat panik.
"Metta!"
Sontak Metta dan ketiga gadis itu menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara.
"Siapa Lo?" Tanya Verlla bingung, pasalnya ia sama sekali tidak pernah melihat pria itu berkeliaran di area lingkungan sekolah.
"LO APAIN METTA BRENGSEK?!" Bentak pria itu kala dirinya melihat banyak memar dan darah dari tubuh Metta. Metta benar benar terkulai lemas dengan tangan dan kaki yang masih terikat kencang.
Verlla sedikit gelagapan saat aksinya di pergoki oleh Arda.
"B-bukan urusan Lo!" Verlla mencoba menyembunyikan rasa takutnya. Namun tetap saja masih terlihat jelas dari matanya yang memerah.
"Arda? Lo ngapain di sini?"
Ya!!! Pria itu adalah Arda, sudah bisa di tebak bukan?
Arda melangkah maju hendak membebaskan Metta. Namun dirinya di halangi oleh ketiga gadis berambut pirang yang terlihat sangat mencolok. (Ckckck udah jadi ciri khas cabe cabean bukan?)
"Minggir!" Desis Arda.
"Gak!" Tolak Shena dengan merentangkan kedua tangannya tak memberi jalan untuk Arda.
"MINGGIRRR!!!" Bentaknya sekali yang mampu membuat suaranya menggema di setiap sudut ruangan toilet.
"Lo siapanya Metta hah?" Kini Verlla yang angkat bicara.
"Lo semua milih minggir dan pergi atau milih gue laporin polisi atas tindakan bullying lo semua?" Ancam Arda dengan nafas memburu menahan amarah.
Dirinya tidak rela kala melihat Metta yang selalu ceria di matanya harus terbujur lemas di bawah sana dengan banyaknya darah yang keluar dari tubuhnya.
Verlla menjadi semakin takut kala Arda mengancam dan menyangkut pautkan masalahnya ke ranah hukum. Verlla yang memang hanya memiliki mental tempe ia memilih mundur pergi, dan mengkode kedua temannya agar memberi jalan untuk Arda.
Arda menghampiri Metta yang terlihat mengenaskan, membebaskan ikatan yang mengikat tangan dan kakinya.
Arda menangkup pipi Metta "Lo gak papa?" Tanya Arda khawatir.
Metta hanya mengangguk lemah, dirinya memegangi kepalanya yang tadi sempat terbentur tembok. Pusing, nyeri, dinginnya lantai kini sudah bercampur menjadi satu.
Arda melihat rok Metta sudah tidak lagi layak untuk dipakai. Ia berinisiatif melepaskan hoodienya, untuk menutupi paha mulus Metta.
"Ada yang sakit, pusing?" Tanyanya yang memang terkesan bodoh, jelas jelas raut kesakitan sudah terpampang jelas di wajah Metta. Kenapa ia masih menanyakannya hm? Ckckck!
"Kepala gue sakit, kulit rambut gue perih" lirih Metta yang terlihat lemas.
"Arda Lo bisa bantu gue berdiri?"
Arda mencoba membantu Metta berdiri, namun baru setengah Metta berdiri. Dirinya harus terjatuh lagi, karena memang kakinya yang nyeri. Arda melihat adanya luka memar di tulang kering Metta, ia rasa Metta tidak akan kuat jika harus berjalan hingga UKS.

KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN
Novela JuvenilSiapa yang tak mengenal seorang Raden Askara Bidampati. Pria dengan paras tampan menyanjang gelar sebagai ketua geng Alvos, geng motor yang cukup famous di Ibukota. Selain mempunyai paras tampan bak dewa Yunani Raden juga memiliki kepribadian yang d...