Part 24

1K 40 8
                                    

Haii gaesss!!!
Jangan bosen bosen baca cerita aku yaa. Maaf kalo misal ada typo atau bahasanya yang kurang mudah dipahami, harap dimaklumi. Maaf juga bahasanya masih banyak yang belepotan!! Semoga suka🥰

Happy reading!

Kini Metta tengah berjalan tak tentu arah, dirinya masih merasakan sakit dihatinya. Ucapan Alen mampu mengingatkannya pada almarhum mamanya. Kenangan kenangan indah bersama mamanya tiba tiba saja terputar jelas di kepalanya.

Metta sangat merindukan sosok wanita yang selalu membuatnya bahagia. Sosok wanita yang tidak pernah berhenti untuk menyayanginya.

Ia merindukan sosok wanita yang tiap pagi selalu membangunkannya. Selalu memeluknya, kini ia hanya bisa mengingat kenangan kenangan indah itu.

"Mama Metta kangen"

"Mama gak sayang sama Metta?"

"Kok mama tega banget sih ninggalin Metta?"

"Mama pernah bilang sama Metta, mama gak akan pernah ninggalin Metta sendirian. Tapi nyatanya apa? Mama tetap ninggalin Metta"

"Hiksss"

Air mata yang sudah sedari tadi ia bendung kini sudah tidak bisa lagi ia tahan. Tangisnya pecah begitu saja, dirinya merasa dunia sangat tidak adil kepadanya. Metta memang akan berubah menjadi gadis cengeng jika menyangkut mamanya.

Setelah tuhan merenggut mamanya, tuhan juga ikut serta merenggut papanya. Papa yang dulu selalu menyayangnya kini sudah berubah semenjak kematian mamanya.

Dirinya merasa capek, capek selalu di banding bandingkan dengan saudaranya. Bahkan sempat terlintas di pikiran Metta bahwa dirinya bukanlah anak kandung Reno.

Tapi gadis itu masih mencoba menerima takdir dan menepis pikiran buruknya.

Setelah beberapa lama Metta berjalan, dirinya mulai merasakan pegal di kakinya. Metta memilih untuk menepi di taman kota. Ia duduk di bangku yang sudah tersedia di sana. Mata sayu Metta menatap jalanan ramai, sedangkan pikirannya masih melayang jauh memikirkan mamanya.

Dari kejauhan ada sepasang bola mata yang menangkap keberadaan Metta di taman. Pria itu adalah Andre, dirinya tidak sengaja melintas dan melihat Metta.

Andre menghampiri Metta yang tengah melamun seorang diri. Dirinya merasa tidak tega saat melihat Metta dengan keadaan kacau. Ia lebih suka melihat Metta ceria seperti biasanya.

"Hai ngelamunin apa si?" Tanya Andre.

"Eh ndre Lo ngapain di sini?"

"Gue gak sengaja lewat aja sih"

Metta hanya membalasnya dengan anggukan singkat.

"Gue boleh duduk di sini kan?" Tanya Andre.

Lagi lagi Metta hanya membalasnya dengan anggukan singkat. Andre yang sudah melihat respon Metta dirinya menghela nafas. Andre mendudukkan diri di bangku kosong samping Metta.

"Kenapa Lo?" Tanya Andre

"Ndre gue pengen ketemu mama gue"

"Lo gak boleh ngomong gitu Mett. Mama Lo udah tenang di sana"

"Tapi gue kangen Ndre, gue pengen bisa bahagia kaya anak anak lain diluar sana. Gue pengen peluk mama, gue pengen berbagi keluh kesah sama mama. Gue kangen, setiap gue kangen gue cuma bisa elus foto mama. Gue pengen peluk mama Ndre. Gue merasa kesepian semenjak mama pergi. Gue selalu sendiri, gue juga mau bahagia Ndre" ucap Metta panjang lebar mengeluarkan semua unek uneknya.

"Lo masih punya papa Lo Mett, Rena juga kan? Lo gak sendiri. Mereka bakal terus ada di samping Lo. Ada Raden, ada gue, ada temen temen Lo juga. Lo gak sendiri!!" terang Andre memberi masukan.

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang