Part 28

1.1K 43 9
                                    

Annyeong apa kabar?

Raden update lagi nih xixi!!
(SORRY KALO ADA TYPO YAA)

Happy reading!

Metta memilih berjalan ke arah toilet untuk mencuci wajahnya agar terlihat lebih fresh. Metta menatap dirinya lewat pantulan kaca toilet. Dirinya terlihat begitu berantakan sekarang. Mata yang sembab, hidung memerah akibat tangis, rambut yang seperti tidak pernah di sisir, seragam yang keluar. Ckckck! hampir mirip seperti orang gila.

Metta membasuh wajahnya menggunakan air yang mengalir dari wastafel, dirinya ingin sekali meluapkan amarahnya sekarang. Namun Metta sadar dirinya kini masih berada di lingkungan sekolah.

Prok prok prok

Suara tepuk tangan dari seorang perempuan yang terlihat sangat mengejek.

"Lihat nih guyss!! Jalang yang dulunya bersikeras buat dapetin Raden sekarang berubah jadi gembel" ejek Verlla salah satu musuh Metta.

"Hahahaaa bisa aja Lo Ver" tawa kedua temannya.

"Pergi!" Usir Metta.

Dirinya kali ini benar-benar tidak ingin di ganggu. Metta sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk bertengkar dengan manusia tidak penting di hadapannya satu ini.

"Wah Metta yang dulu sok kuat, sok berani. Sekarang bisa lembek juga haha, takut Lo?" Ejek Verlla.

"Gue gak mau habisin sisa tenaga gue buat ladenin manuisa babi kaya Lo! Gak pantes juga manusia terhormat kaya gue harus kotorin tangan buat jambak binatang kotor kayak Lo!!" Desis Metta memamerkan smirk-nya.

Brakk

Verlla menendang ember yang berisi air yang berada tak jauh dari jangkauannya. Dirinya marah mendengar ucapan Metta.

"Cihh" desis Metta menyeringai.

"Lo makin lama dibiarin makin berani juga Lo!!!" Bentak Verlla.

"Selama ini gue keliatan takut? Hahaha ya kali gue takut sama babi kayak Lo!! Derajat manusia lebih tinggi kali dari bintang najis kayak Lo!! Miriss!!"

"Anjing!!" Tangan Verlla sudah terkepal di bawah sana.

"Udah sih Ver langsung sikat aja!" Kompor Dena teman Verlla.

"Tangan gue juga udah gak sabar buat cakar muka dia!" Sambung Shena yang juga teman Verlla.

Verlla tersenyum miring seraya mengangkat sebelah alisnya.

Metta yang merasa dirinya mulai di keroyok, ia lebih memilih untuk menghindar saja. Masalahnya dirinya sedang mersa tubuhnya tidak bertenaga, jika di biarkan ia akan habis di tangan ketiga gadis sialan ini.

Metta yang ingin melangkah pergi harus terhenti oleh jambakan Verlla.

"Mau kemana sayang?" Tanyanya menggoda.

"Lepasin brengsek!!" Bentak Metta mencoba melepaskan jambakan Verlla.

"Ututututuuu sakit ya?" Tanya Shena mengejek.

Verlla melihat perubahan raut wajah Metta, wajah Metta yang tadinya sok keras sekarang berubah menjadi merah akibat sakitnya jambakan yang begitu kuat. Metta merasakan pening di kepalanya, akar rambutnya terasa seperti ingin tercabut dari kulit kepalanya.

"Hahaha mampus Lo!" Tawa Verlla.

Pintu toilet terbuka yang menampilkan sosok gadis yang tak lain adalah Alen.

Alen hanya meliriknya sekilas tanpa mau membantu Metta yang tengah meringis kesakitan. Alen berjalan untuk mencuci tangannya di wastafel.

Setelahnya gadis itu meraih tisu untuk mengelap tangannya yang basah. Alen membuang bekas tisu itu tepat di kaki Metta.

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang