Tiba-tiba suara petir menggelegar disusul hujan deras. Orang orang sedang berusaha untuk menghindari derasnya hujan, namun berbeda dengan Jira, Dalam pikirannya ia sedang menghawatirkan keadaan kakaknya yang sedang dirumah sendirian saat ini, mengingat Jihan yang takut dengan petir membuat Jira merasa bersalah telah meninggalkannya. Apalagi hujan sore itu begitu deras disertai petir yang terus bersaut sautan."Gue harus pulang sekarang." Kata Jira tiba tiba dan beranjak dari duduknya untuk pulang.
Dengan cepat Naka menarik tangan Jira yang ingin nekat menerobos derasnya hujan.
"Lo gila?! Lo gak liat lagi hujan deras gini?!"
"Tapi gue harus pulang, ada urusan penting." Kata Jira gelisah karena hujannya semakin deras dan suara petir yang tidak berhenti bersahutan.
"Penting banget emang?" Tanya Hyunaka, karna jujur ia sedikit ragu untuk menerobos hujan deras sore itu.
"BANGET!" Kekeh Jira yang mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Naka.
"Iya iya, gue anter oke." Ucap Naka menghentikan Jira yang mencoba berontak.
"Gue pesen taksi online aja." Putus Jira.
Hyunaka ingin memprotesnya, namun ia sadar ia tidak mungkin menerobos hujan deras itu hanya dengan satu jas hujan. Ia tidak mau sampai Jira kehujanan karena ia memaksakan pulang bersamanya.
"Yaudah gue tunggu sampai dapet." ucap Hyunaka, yang diangguki Jira dengan wajah masih gelisah.
Jira semakin panik karna belum ada yang mengambil orderannya. Hyunaka yang melihat itu pun langsung menggapai tangan jira dan menepuk-nepuknya agar membuat yeji tenang.
"Kenapa sih? Lupa angkat jemuran ya?" Tebak Hyunaka yang sok tau.
Iya, Hyunaka pikir jirai panik karena meninggalkan jemuran dirumah. soalnya pernah kayak gitu
"Ini lebih penting dari jemuran! Gue ninggalin bayi manja dirumah!" Ceplos Jira asal, membuat banyak pertanyaan di kepala Naka
"BAYI!? maksud Lo, Lo udah punya bayi!?" Tanya Naka nggak santai.
"Bacot amat sih lo! Sekarang gue tanya, tawaran tadi masih berlaku nggak? Tawaran yang tadi Lo mau anterin gue." Malas menanggapi pertanyaan Naka yang tidak penting. Jira akhirnya memutuskan pulang bersama Hyunaka.
"Selalu berlaku kapan pun Lo butuh Jira, GAK USAH PAKE NANYA!"kesal Naka karena Jira sok jaim jaim ketika minta tolong.
Sebenarnya bukan itu yang membuat Hyunaka kesal, tapi itu efek karena Jira yang tidak menjawab pertanyaannya tadi sehingga membuat otaknya terus bekerja mencerna kata 'Bayi' yang dimaksud Jira."Yaudah ayo!" Jira menarik tangan Naka, namun Hyunaka ganti balik menariknya membuat Jira otomatis menghentikan langkahnya,.
"Lo disini aja biar gue yang ambilin jas hujannya."
"Tap..." Belum selesai bicara Hyunaka sudah lari menerobos hujan deras sore itu, dan kembali ke cafe dengan jas hujan yang ditentengnya.
"Nih di pake." Hyunaka lalu menyerahkan jas hujannya pada Jira.
"Tapi Lo gimana?"tanya Jira.
"Gak usah, lagian gue udah basah semua. percuma." Saat ini Hyunaka memang sudah basah kuyup dan sialnya ia kini hanya menggunakan kaos oblong tanpa lapisan hodie atau jaket yang biasa ia pakai.
Jira pun menurut dan langsung memakai jas hujan setelan milik Naka.
***
Mereka pun akhirnya pulang menerobos hujan deras itu menggunakan motor. Hujan deras benar benar mengubah sore itu menjadi malam. Gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
IYAgpp
Teen FictionKEPOIN DULU YUK❗ JANGAN LUPA FOLLOW AUTHORNYA Y. Zero itu suka Jira, tapi Jira sayangnya sama Hyunaka. Hyunaka juga suka Jira,- bukan cuma Jira, tapi semua yang bergender cewek dan berparas cantik hyunaka menyukainya. BELUM DI REVISI MAAP KALO GAJEL...