08. MENUNGGU PERTOLONGAN

147 36 2
                                    

JANGAN LUPA VOTENYA Y!
THX.

Zero dan Jira langsung masuk ke kelas karna bel masuk sudah berbunyi. Mereka hanya berharap Jika guru jam pertama akan datang terlambat.

Brak!
Suara pintu yang dibuka Zero dengan tidak santai.

"Heuhh... Heuhh.... Belum ada... huh.. gurunya ji." Kata Zero yang masih ngos ngosan.

Ya gimana gak capek, mereka lari dari parkiran sampai kekelas, yang mana itu memiliki jarak yang lumayan karena sekolahnya yang memang begitu besar. Padahal ya mereka udah biasa, tapi ini bedanya pake lari jadi emang bikin capek.

"Ji? Lah Jira mana?!" Kata Zero yang baru menyadari bahwa Jira masih tertinggal dibelakang sana.

"ZERO! Heuh.. heuhh.. sialan Lo! heuh.. tega Lo tinggalin gue!" Kesal Jira yang baru datang lalu menjatuhkan dirinya ke lantai untuk merilekskan tulang, sendi dan ototnya setelah olahraga pagi tadi.

"Kalian kenapa sih dateng dateng kayak orang maling jemuran?" Tanya Ayu mewakili teman sekelasnya yang juga bingung dengan kelakuan dua temannya itu.

"Sssssttt! Heuhh.. biarin gue nafas dulu heuhh.." sergah Jira yang masih mengontrol nafasnya.

"Gurunya emang belum Dateng kan?" Tanya Zero pada teman kelasnya.

"Belum kan ada rapat, jadi semua guru emang terlambat masuk nanti." Jawab Sonya membuat Zero dan Jira tepok jidat.

"Tu kan gara gara Lo sih Zer! Ngapain pake lari larian sih tadi!" Ya itulah hobi Jira, menyalahkan orang lain, padahal kalo di flashback, mereka telat itu karena dia. Tapi bukan Jira kalo tidak menerapkan semboyannya yaitu, 'Cewek selalu benar. Kalo cewek salah itu gak mungkin, karena cowok tempatnya salah.'
Zero yang sudah paham watak Jira hanya bisa menoyor kepala gadis itu pelan.

"Aduhh.. Zero!" Pekik Jira. Walau Zero menoyor kepalanya pelan tetap saja itu lumayan, karena Zero pelakunya, bahkan Jira sampai kejengkang kebelakang.

"Maaf, bantu bangun gak?" Tawar Zero pada Jira yang masih gelesoran di lantai.

"Mauuu..." balas Jira sok imut, ya emang imut sih. Bahkan tanpa sadar membuat jantung Zero berolahraga untuk kedua kalinya.

Tak mengindahkan jantungnya yang tak karuan itu, Zero langsung menarik uluran tangan Jira dan pergi kebangku masing masing.

Dibangkunya Jira sudah disambut senyuman penuh makna dari Alia Yang Jira curiga pasti ada ayam dibalik Kentucky.

"Tumben Lo berangkat mepet banget, untung gak telat." Kata Li menyambut Jira.

'Diih pakai tanya Lo, gara gara pacar lo nih.' dumel Jira dalam hati.

"Ya masa gue gak boleh telat sih." Jawab Jira dibalas anggukan Lia dan cengirannya.

"Ji Lo tau nggak?..."

"Nggak."

"Ck, bentar dulu ji gue belum tuntas ngomongnya Lo main potong!" Kesal Lia.

"Yaudah ulang."

"Si Hyunaka beliin gue album Butter ji!! baru aja gue mau nabung eh udah di beliin mas pacar." Kata Lia excited. Namun tidak dengan orang yang diajak bicara. Jujur saja perkataan Lia benar benar menganjlokkan mood Jira yang sudah buruk hari ini. Ia jadi ingat kejadian tadi pagi yang masih membuatnya kesal.

Walaupun moodnya hari ini buruk, jira tak ingin orang sekitarnya jadi korban kekesalannya. ia memakai topengnya saat ini. Selalu, ia selalu memakainya untuk menunjukkan pada dunia betapa bahagia hidupnya.

"Mau cosplay jadi rakyat jelata nih ceritanya?" Tanggap Jira

"Beli album pake nabung plis lah Lo gak usah gegayaan miskin, padahal lo beli sepuluh album aja mampu kan sebenernya." Kata Jira tak sadar diri.

IYAgpp Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang