"Uri-chicken, palli wa. Ayo kita makan malam sekarang, nanti makanannya dingin. Tunda saja belajarmu terlebih dahulu, utamakan kesehatanmu sayang!", terdengar suara seorang wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makan malam memanggil putrinya yang saat ini sedang belajar di dalam kamar.
"Ne eomma, sebentar. Tinggal satu soal lagi, sebentar ya!"
"Iya, tapi cepat ya sayang. Eomma sudah sangat lapar sekarang!"
"Iya, eommaku sayang"
Beberapa menit kemudian, akhirnya sang putri dari wanita paruh baya itu pun segera menuju ke meja makan menyusul ibunya.
Rumah mereka ini sebenarnya adalah sebuah rumah kecil hasil dari kerja keras sang kepala keluarga sebagai supir di sebuah perusahaan transportasi.
Rumah mereka ini berada di kawasan kumuh yang jauh dari keramaian. Kediamaan mereka ini sebenarnya sudah bisa dikatakan tidak layak huni lagi. Atapnya memiliki beberapa lubang yang membuat rumah mereka akan terkena tempiasan air dikala hujan datang. Tetapi mereka tetap mensyukuri hal tersebut karena setidaknya mereka masih ada tempat untuk berlindung dari panasnya matahari dan dinginnya hujan.
"Mian eomma karena lama menungguku"
"Gwaenchana, ayo kita makan!", ajak sang ibu sambil menggandeng tangan putri kesayangannya itu.
"Apakah appa belum pulang juga?"
"Ne, appamu belum bisa pulang hari ini. Dia masih ada pekerjaan"
"Appa sudah dua hari belum pulang, apakah appa baik-baik saja? Nanti kakinya semakin sakit jika dia tetap memaksa untuk bekerja", tanya sang gadis mengkhawatirkan kesehatan ayahnya.
"Tenanglah sayang, kau tahukan ayahmu adalah orang yang paling kuat. Dia itu tahan banting, tidak akan ada yang bisa mengalahkannya", ujar sang ibu menenangkan gadis kesayangannya itu.
"Ne, aku percaya jika eomma yang mengatakannya. Saranghae eomma!"
"Aigo, uri-ttal nado saranghae!", balas sang ibu sambil memeluk dan mengecup sayang puncak kepala anaknya.
Mereka berdua pun akhirnya menikmati makan malam tersebut dengan tenang dan sesekali diliputi dengan canda tawa yang menambah suasana dalam ruang makan tersebut.
🌺🌺🌺🌺
Setelah makan malam yang tenang tersebut, kedua ibu dan anak tersebut pun berkumpul di ruang keluarga dalam rumah tersebut. Sang ibu membantu si anak dalam mengerjakan soal-soal yang sekiranya susah untuk dia selesaikan. Mereka juga bercerita tentang aktifitas mereka dalam satu hari ini.
"Uri-chicken, bagaimana harimu hari ini kesayangan eomma", tanya sang ibu sambil sesekali menggoda anak kesayangannya tersebut.
"Eomma, aku bukan anak kecil ataupun bayi lagi. Jangan memanggilku chicken!", ujar sang anak sambil menunjukkan wajah cemberutnya.
"Chicken itukan nama panggilan kesayangan eomma untukmu anakku, sampai kapanpun itu kau tetap akan menjadi bayi kecil kesayangan eomma"
"Ah....eomma, shireo. Aku tidak menyukainya"
"Eomma kan tidak perlu meminta persetujuanmu untuk memanggil anakku dengan nama panggilannya. Lagiankan kau itu anakku, jadi terserah eomma untuk memanggilmu dengan panggilan apa saja", balas sang ibu sambil menjulurkan lidahnya ke arah putri tunggalnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Road | BLACKPINK
Fanfiction[ E N D ] Life is like a straight road, going up and down, turning right then slightly left, or maybe having to stop for a while to take a break. . . . [WARNING!] Cerita hanya karangan semata, murni dari hasil pemikiran penulis. Tidak pernah bermaks...