Di sebuah yang indah nan asri, seorang gadis sedang duduk bersandar di sebuah pohon dengan menutup kedua matanya menikmati angin segar yang menerpa kulit wajahnya.
Suara air mengalir, daun yang salin bergesekkan satu sama lain, burung-burung yang berkicauan menambah kesan ketenangan dan kenyamanan pada dirinya.
"Jisoo-ya!" panggil seseorang membuat gadis itu memutuskan berbalik badan menghadap belakang. Ia memicingkan matanya ketika melihat siluet dua orang dewasa yang sedang bergandengan tangan menuju ke arahnya.
Dengan penuh senyuman gadis itu menghampiri kedua orang dewasa itu dengan melebarkan tangannya.
"Eomma! Appa!" panggilnya lalu segera melompat ke dalam pelukan kedua orang tuanya. Kedua orang itu yang ternyata adalah Joongi dan Chaewon pun langsung menerima pelukan Jisoo dan memeluk anak gadis mereka itu dengan sangat erat.
"Bogoshipeo!" ujar Jisoo dengan air yang menetes dari matanya membentuk sungai kecil.
"Eomma juga merindukan putri kecil eomma ini." Chaewon mengecup kedua mata indah Jisoo. "Appa juga merindukan kesayangan appa." Joongi juga ikut mengecup Jisoo namun kali ini di bagian puncak kepalanya.
Joongi menghirup aroma rambut putrinya yang selalu ia rindukan ini, lalu memandang Jisoo lamat.
"Sayang eomma dan appa akan pergi dulu ya!" pamit Joongi tersenyum. Senyuman itu juga hadir di wajah Chaewon, ia menatap Jisoo dengan penuh kasih sayang. Jisoo yang mendengar ucapan dari kedua orang tersayangnya itupun segera memeluk lengan mereka dengan erat, menahan kedua orangtua itu agar tidak pergi meninggalkan dirinya.
"Aniyo appa, eomma jangan pergi. Kumohon!" pinta Jisoo dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mianhae sayang tapi kami memang harus pergi, lihat itu! Cahaya itu sudah menunggu kami. Eomma berjanji suatu saat nanti kita pasti berkumpul bersama lagi. Yagsog!" Chaewon pun segera mengulurkan jari kelingkingnya untuk mengikat sebuah janji kepada putri kesayangannya itu.
"Tidak, tidak. Aku tidak mau. Aku tidak mau sendirian eomma, appa. Aku membutuhkan kalian. Izinkan aku untuk pergi bersama kalian, kumohon?" Chaewon mengusap air mata yang mengalir di wajah Jisoo, memberikan kecupan di dahinya untuk sebuah ketenangan.
"Kan Joongi appa dan Yeobin eomma itu juga orangtua Jisoo. Jisoo tidak akan sendirian. Ada Ketiga adikmu, Jennie, Chaeyoung dan Lisa. Ada Yifan oppa, mama, dan baba. Kamu mau membuat Joongi appa dan Yeobin eomma menangis? Mereka merindukanmu sayang, mereka menyayangimu. Lagipula kan eomma dan appa kan tidak pergi jauh. Kami akan selalu berada disini." ucapnya dengan meletakkan telapak tangannya tepat di dada Jisoo. Walaupun air matanya masih membasahi pipi, bujukan Chaewon pun berhasil diterima oleh Jisoo. Ia menganggukkan kepalanya pelan lalu kembali masuk ke dalam pelukan orangtuanya.
"Tunggu aku disana ya!"
"Ne, tentu saja. Kami pasti akan menunggu kedatanganmu sayang, tapi jangan cepat-cepat ya! Saranghae!" dengan perlahan pelukan itupun terlepas, Joongi dan Chaewon segera melangkahkan kakinya ke arah cahaya terang itu. Mereka melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan kepada Jisoo. Jisoo pun membalas dengan senyuman dan air mata yang terus mengalir.
🌺🌺🌺🌺
"Nona Lee! Nona Lee! Anda bisa mendengar saya? Gerakkan jari anda jika anda mendengar suara saya! Nona! Nona Lee!" sebuah mujizat terjadi, Jisoo yang dinyatakan telah meninggal secara medis itu ternyata memilih untuk bertahan.
Yeobin yang pertama kali mengetahui tentang hal itu. Sebenarnya tadi dia ingin mengistirahatkan dirinya dengan menidurkan kepalanya di atas ranjang Jisoo dengan tangan yang menggenggam tangan milik putrinya. Saat matanya hampir saja terpejam, seketika ia tersentak ketika merasakan pergerakan di tangannya. Tangan yang kurus itu balas menggenggam tangan miliknya, dengan cepat Yeobin memanggil dokter dan perawat yang berjaga dengan menekan nurse call tanpa melepaskan genggamannya pada sang putri.
"Peningkatan yang terjadi pada Nona Lee begitu pesat. Memang saat ini Nona Lee masih dalam keadaan koma, namun kondisinya sudah hampir stabil. Untuk mempercepat kesadaran pasien, anggote keluarga bisa melakukan terapi cerita. Ceritakan pengalaman-pengalaman atau hal-hal menyenangkan yang pernah dialami oleh pasien, kalian juga bisa mengajukan beberapa pertanyaan, itu terserah kalian. Untuk ke depannya kita akan melihat perkembangannya, saya pamit undur diri." saat dokter itu sudah pergi, Hangeng dan Joongki baru saja tiba. Dapat dipastikan bahwa mereka berlari tergesa-gesa, terlihat dari nafas mereka yang terengah-engah.
"Bagaimana kondisi Jisoo? Bagaiman keadaannya? Dia baik-baik saja kan?" tanya Joongki cepat bahkan ia tidak memikirkan dirinya yang masih kesulitan untuk bernafas.
"Joongki-ya tenanglah! Jisoo tidak apa-apa, kondisinya meningkat pesat. Dia memang masih dalam keadaan koma namun sudah hampir stabil. Doakan saja yang terbaik untuknya." Sunghee berujar tenang, ia dapat melihat masih adanya rasa bersalah di manik milik Joongki itu. Tatapan penuh harap dan kasih sayang juga terpancar di iris hitam miliknya, "Kalau begitu kami akan meninggalkan kalian berenam malam ini, jika memungkinkan aku harap kalian segera menyelesaikan masalah kalian itu. Memang tidak mudah, aku tau itu. Tapi demi kesembuhan Jisoo, kita harus bersatu. Jangan ada kesenjangan di antara kita. Jangan lupa untuk melakukan terapi cerita yang diperintahkan dokter pada Jisoo!" mereka pun memilih untuk meninggalkan keluarga kecil Song itu. Mereka ingin keluarga kecil itu menyelesaikan masalahnya dengan segera, menyampingkan ego terlebih dahulu dan mengutamakan sang anak yang sedang terbaring lemah itu.
🌺🌺🌺🌺
Kesunyian melingkupi ruang rawat inap Jisoo. Kedua insan yang telah terikat janji pernikahan hanya terdiam di sisi ranjang putri sulungnya. Sedangkan ketiga anaknya yang lain mereka suruh untuk mengistirahatkan diri. Chaeyoung dan Lisa tertidur di ranjang tambahan yang memang disediakan di dalam ruangan itu. Sedangkan Jennie tertidur di sofa panjang di sudut kamar.
Cup..
Kecupan penuh kasih sayang mendarat di punggung tangan milik Jisoo. Usapan halus juga diberikan oleh sang ibu tepat di puncak kepala putrinya itu.
"Annyeong Jisoo-ya, ini eomma sayang. Jisoo kapan bangunnya hm? Eomma menunggu Jisoo disini loh. Eomma merindukanmu!" lirihnya. Yeobin sangat senang ketika mengetahui anak yang ia kira sudah meninggal ternyata masih hidup. Walaupun rasa kecewa dan marah terhadap Joongki masih ada, tetapi setelah melihat wajah Jisoo ia merasa semua emosinya mereda.
Ia merindukan Jisoo, ia menyayanginya. Ia bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk melihat wajah putrinya yang sudah beranjak dewasa ini.
"Cepat bangun sayang, eomma menyayangimu."
#HiEveryone
Dah up nih, happy reading.
Untuk terapi cerita itu aku dapat melalui google juga beberapa cerita lainnya yang aku baca. Katanya sih itu bisa membantu pasien koma untuk mempercepat kesadarannya. Biasanya kalau dilakukan terapi cerita itu pasien kemungkinan besar merespon. Kalau mau tau lebih tentang terapi cerita search di google aja ya.
Love you guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Road | BLACKPINK
Fanfiction[ E N D ] Life is like a straight road, going up and down, turning right then slightly left, or maybe having to stop for a while to take a break. . . . [WARNING!] Cerita hanya karangan semata, murni dari hasil pemikiran penulis. Tidak pernah bermaks...