Chapter 14

1.6K 230 3
                                    

Matahari sudah beranjak dari tempatnya, mengganti malam dengan sedikit angin sepoi-sepoi yang menambah dinginnya malam ini.

Mata indah gadis tersebut tidak pernah lepas dari sebuah foto yang berada di sebelah sebuah pasu, yaitu guci yang biasanya tempat untuk menyimpan abu sisa kremasi jenazah.

Jisoo masih berada di dalam kolumbarium seorang diri, ibunya saat ini berada di rumah sakit karena kondisinya yang drop akibat rasa kehilangan dari sosok tercinta.

Mata itu sudah tidak dapat mengeluarkan air mata lagi, tetapi tetap saja hatinya merasa sangat sakit atas perginya salah satu orang tersayangnya.

Ayahnya, orang yang paling dia sayangi. Yang paling dia rindukan sekarang sudah pergi meninggalkan dia dan sang ibu.

Padahal Jisoo selalu berdoa, di kala senggang ataupun sibuk doa selalu Jisoo ucapkan kepada Tuhan dengan meminta agar ia dapat bertemu dengan ayahnya segera.

Ya, mereka memang pada akhirnya bertemu. Tapi maksud Jisoo bukan pertemuan seperti ini.

Memang sudah takdirnya dimana ada pertemuan disitu juga ada perpisahan. Tapi tidak bisakah Tuhan berbaik hati sedikit kepadanya dengan memberikan kesempatan untuk melihat sang ayah tersenyum indah sebelum pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Tapi, Jisoo selalu menanamkan dalam hatinya "Sejahat apapun dunia, seberat apapun takdirmu. Tetaplah percaya pada Tuhan dan yakini Dia, Dia tidak akan pernah menguji seseorang melebihi dari batas kemampuan umatNya".

Akhirnya setelah berhasil menenangkan dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia bisa melewati ini semua, ia pun memutuskan untuk pergi menemai ibunya di rumah sakit. Tetapi sebelum itu, Jisoo akan kembali ke rumah dahulu. Dia tidak ingin memperlihatkan keadaanya yang kacau kepada ibunya, ia takut kondisi ibunya akan semaikn memburuk.

🌺🌺🌺🌺

"Annyeong eomma", sapa Jisoo lembut kepada sang ibu.

"Annyeong uri-ttal" balas sang ibu tidak kalah lembutnya sambil mengelus surai hitam milik anak semata wayangnya itu.

"Eomma, aku memasak sundubu jjigae dan gyeran jjim spesial untukmu. Eomma makan dulu ya! Daritadi eomma tidak mau makan kan? Aku pastikan jika eomma memakan masakanku eomma pasti akan ketagihan"

"Benarkah itu? Baiklah akan eomma cicip terlebih dahulu masakanmu ini, sesudah itu akan eomma beri nilai" Jisoo yang mendengar penuturan sang ibu pun menggangguk cepat dengan tersenyum senang. Ia tidak sabar melihat ibunya memakan masakan miliknya.

Memang ini bukan pertama kali Jisoo memasak untuk ibunya, tetapi tetap saja hal inilah yang selalu membuat mood Jisoo menjadi lebih baik.

Chaewon pun segera mencicipi makanan tersebut. Ia menyeruputi kuah dari sundubu jjigae tersebut dengan wajah yang tidak bisa ditebak, disusul dengan mencicipi gyeran jjim milik Jisoo itu.

Jisoo harap-harap cemas melihat wajah ibunya yang tidak bisa ditebak. Ia penasaran bagaimana penilaian sang ibu untuk masakannya ini. Untuk gyeran jjim Jisoo cukup yakin, tetapi tidak dengan sundubu jjigae. Baru kali inilah Jisoo memasak sundubu jjigae dengan bermodalkan resep milik sang ibu.

Setelah penantian yang cukup lama, sang ibu pun memberikan penilaiannya.

"Untuk gyeran jjimnya eomma tidak ragu lagi. Kalau untuk sundubu jjigaenya hm....." ucapan sang ibu terhenti yang membuat Jisoo semakin penasaran.

Flower Road | BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang