Chapter 23

1.6K 229 12
                                    

Saat ini Jisoo berada di perpustakaan kampusnya, di depan ada beberapa buku tebal tersusun rapi. Saat ini ia sedang mencatat rangkuman yang sangat panjang di buku milik Nayeon.

Ya, memang Nayeon-lah yang menyuruh Jisoo untuk mencatat di buku miliknya itu yang dimana itu seharusnya dia sendirilah yang mengerjakannya.

Nayeon dihukum untuk merangkum buku-buku tebal tersebut di perpustakaan sebagai hukuman karena dia terlambat masuk ke dalam kelas pada saat mata kuliah berlangsung.

Karena pada saat itu Jisoo juga berada di perpustakaan karena dosen yang mengajar tidak datang, jadilah Jisoo menjadi korban untuk merangkum buku-buku tebal tersebut. Sedangkan Nayeon sendiri kembali ke kantin bersama teman-temannya yang lain.

"Unnie" sapa Lisa tiba-tiba yang membuat Jisoo terkejut, seketika dadanya terasa sakit dan sedikit sesak. Lisa yang melihatnya tentu saja merasa khawatir sekaligus bingung. Ia tidak menyangka candaan yang ia lakukan itu berdampak buruk bagi orang yang bersama dengannya ini.

"Unnie, unnie gwaenchana?"

"Gwaenchana, gwaenchana. Jangan khawatir" ujar Jisoo sambil mengambil beberapa pil obat dan air mineral yang memang sengaja disiapkannya jika saja penyakitnya kembali kambuh.

Dan benar saja hal tersebut pun terjadi sekarang.

Ia segera meminum obatnnya, lalu mencoba menenangkan dirinya dengan cara mengambil dan membuang nafas secara berulang.

"Unnie wae? Apa yang terjadi padamu?" tanya Lisa sekali lagi kali ini dengan tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Entah mengapa ia sangat khawatir melihat Jisoo kesakitan. Bukan hanya karena rasa bersalah, tetapi entahlah dia pun tidak mengapa dirinya seperti juga merasakan rasa sakit itu.

"Mengapa kau menangis? Unnie tidak apa-apa Lisa-ya. Jangan khawatir hm..." Jisoo berusaha menenangkan Lisa yang masih mengeluarkan air matanya itu sambil berusaha menghapus air mata yang berjatuhan.

"Aku takut unnie melihatmu kesakitan. Maafkan aku unnie, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji"

"Gwaenchana, gwaenchana. Baiklah unnie akan memegang janjimu itu. Tapi sebelumnya hentikan dulu air matamu, kau kelihatan sangat jelek sekarang" hibur Jisoo yang membuat Lisa merengek dan segera menghapus air matanya. Ia juga memberikan senyumannya kepada Jisoo tanda bahwa ia sudah tidak menangis lagi.

"Unnie bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?"

"Itu kau sudah bertanya Lisa-ya"

"Maksudku bukan pertanyaan itu, aku serius unnie" Jisoo pun akhirnya mengiyakan permintaan Lisa karena ia merasa gemas dengan wajah Lisa yang terlihat imut ketika ia berbicara serius.

"Obat apa yang kau minum tadi unnie?" tanya Lisa to the point yang membuat Jisoo mengangkat tabung obat yang dia minum tadi.

"Igeo? Oh...ini hanya vitamin" ujar Jisoo dengan sedikit candaan.

"Unnie tidak mungkin itu hanya vitamin karena sesudah kau meminum obat itu kau perlahan kembali tenang dan wajahmu juga tidak menyiratkan kesakitan lagi" Lisa dibuat semakin kesal oleh jawaban Jisoo. Bisa-bisanya dia bercanda padahal tadi dirinya kelihatan sangat kesakitan.

"Ara, ara. Itu obat untuk jantungku. Unnie harus meminun obat itu disaat jantung unnie kambuh" jelas Jisoo yang membuat Lisa kembali mengajukan pertanyaan.

"Sejak kapan penyakit itu ada?" tanya Lisa dengan rasa ingin tahunya.

"Kata eomma, unnie memiliki penyakit ini sejak lahir. Pada saat umur unnie menginjak usia lima atau enam tahun unnie mengalami kecelekaan besar yang membuat unnie terluka cukup parah dan ternyata jantung unnie itu sudah semakin parah ditambah dengan adanya kaca dari mobil yang menabrak unnie menggores jantung unnie tersebut. Akhirnya setelah membicarakan resiko, dampak dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada saat operasi dan pasca operasi itu mereka pun memutuskan untuk menyetujui operasi tersebut. Untungnya unnie mendapatkan pendonor dalam waktu yang cukup cepat. Dan operasi pun dilaksanakan. Tapi ternyata jantung tersebut kurang cocok untuk unnie yang menyebabkan unnie koma untuk kedua kalinya setelah kecelakaan tersebut selama lebih kurang dua tahun" jelas Jisoo panjang lebar. Entah mengapa ia tidak merasa keberatan dan malah merasa nyaman saat memberitahu Lisa pasal keadaannya saat itu yang ia dengar ceritanya dari sang ibu.

Flower Road | BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang