Chapter 38

1.9K 220 15
                                    

Perlahan mata yang sudah tertutup cukup lama itu terbuka membuat sang dokter menghembuskan nafas lega serta sang ibu yang terlihat sangat bahagia.

Mata yang masih terbuka setengah itu sibuk menelusuri ruangan tempat dia berada, sampai tatapannya berada tepat ke seorang wanita yang sedang meneteskan air mata namun tersenyum bahagia.

"Halo, sayang! Gommawo karena mau membuka matamu. Gommawo, jeongmal gommawo." sapanya lalu mengecup penuh kasih sayang tepat di dahi Jisoo.

🌺🌺🌺🌺

Dokter sudah keluar setelah memeriksa kondisi Jisoo. Saat ini hanya ada Yeobin dan Jisoo saja di ruangan itu, Yeobin sudah menghubungi yang lainnya dan saat ini mereka sedang dalam perjalanan.

Senyum tak henti-hentinya terpancar dari wajah Yeobin, tangannya juga tidak mau tinggal diam. Ia menggenggam jemari Jisoo erat lalu mengusapnya pelan memberikan kenyamanan tersendiri untuk Jisoo.

Pandangan mereka juga sedari tadi bertemu, tetapi mulut mereka seakan enggan untuk mengeluarkan suara.

Brak..

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka cukup kasar, pandangan mereka teralihkan ke asal suara. Disana Yeobin dan Jisoo melihat Lisa yang sedang menyengir pertanda bahwa ia yang membuka pintu tersebut.

Setelah Lisa masuk, Jennie dan juga yang lainnya ikut menyusul dengan Joongki di posisi terakhir.

Anggota utama keluarga Song berada tepat disisi sebelah kanan Jisoo, dengan Yeobin dan juga Joongki berada di dekat tubuh bagian atasnya.

Tatapan Joongki dan Jisoo beradu membuat Jisoo seketika gemetaran. Entah mengapa pikirannya saat ini dilingkupi dengan hal-hal yang seakan ia tidak pernah tau. Ingatan akan hal buruk itu tiba-tiba saja muncul di pikiran Jisoo. Dimana saat ayahnya membentak dirinya, mencaci makinya, memukulinya, bahkan meninggalkannya sendirian di jalan sepi itu. Ia ketakutan disaat Joongki berada di dekatnya.

"M-mianhae, jeongmal mianhae. Kumohon maafkan aku, kumohon!" pintanya gelisah. Ia menutup matanya erat mengisyaratkan ketakutan yang mendalam. Ia juga semakin mengeratkan genggamannya di tangan Yeobin.

"Mianhae appa, aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Jebal, jebal jangan pukul aku. Itu sakit, sakit. Appa mianhae!" rintihnya, bahkan saat ini wajah Jisoo dipenuhi dengan air mata dan juga keringat yang mengalir deras.

"Sayang, tenang ya. Eomma ada disini. Tidak akan ada yang menyakitimu sayangku." melihat anaknya ketakutan Yeobin mendekatkan kepalanya ke telinga Jisoo, membisikkan kata-kata untuk membuat putrinya tenang dan merasa terlindungi. Ia seakan merasakan sakit dan pedih seperti apa yang dirasakan putrinya itu.

Kepalanya dia miringkan menghadap Joongki, dengan tatapan tajam ia berkata sinis kepada Joongki "Pergilah! Putriku ketakutan jika kau ada disini."

Joongki yang kembali dipenuhi rasa bersalah itupun kemudian memundurkan langkahnya. Ia berniat untuk keluar dari ruangan itu, namun lengan kekarnya di tahan oleh Hangeng.

"Duduklah di sofa itu saja! Itu cukup jauh dari pandangan Jisoo. Dokter sebentar lagi tiba, kita harus mendengarkan penjelasannya."

🌺🌺🌺🌺

"Sesuai dugaan yang sudah saya perkirakan, pasien sudah kembali mengingat kejadian-kejadian yang sempat hilang dalam ingatannya. Kembalinya ingatan yang telah hilang itu ternyata memunculkan sebuah trauma pada diri pasien. Saya akan membahasnya dengan seorang psikolog
terlebih dahulu, lalu akan menentukan jadwal pertemuan dengan tuan dan nyonya untuk membahas penanganan trauma Nona Jisoo."

Setelah mengatakan hal itu, sang dokter pun kembali meninggalkan mereka.

Yeobin masih berusaha untuk menenangkan Jisoo yang terus saja gemetaran.

"Gwaenchana sayang, eomma ada disini. Eomma akan melindungimu Jisoo, jangan takut ya!"

🌺🌺🌺🌺

Sedari tadi Jisoo hanya memandang kosong langit-langit, Yeobin yang berada di sisinya bahkan tidak ia hiraukan.

Keluarga Wu dan Sunghee sudah meninggalkan ruangan itu beberapa menit yang lalu setelah menyapa dan mengobrol bersama Jisoo sebentar, walau sebenarnya hanya merekalah yang berbicara sedangkan Jisoo hanya termenung saja.

Joongki memberanikan dirinya untuk mendekati putri pertama dan istrinya. Ia harus segera meminta maaf,  ia tidak berharap untuk dimaafkan karena memang kesalahannya sangatlah besar dan tidak pantas untuk menerima ampunan. Tetapi tetap saja ia akan mengakui kesalahannya kepada Jisoo, setidaknya ia ingin agar Jisoo tidak tersiksa ketika berada di dekatnya dan juga dirinya dapat bebas berada di sisi putri sulungnya itu.

"Yeobin-ah, biarkan aku berbicara dengan Jisoo!" pinta Joongki lembut. Yeobin sebenarnya tidak ingin menuruti permintaan Joongki itu karena ia khawatir ketika melihat anaknya yang ketakutan ketika Joongki berada di dekatnya. Namun disisi lain, ia juga ingin hubungan ayah dan anak ini membaik serta mereka dapat berinteraksi layaknya ayah dan anak seperti orang lain.

Dengan berat hati Yeobin pun beranjak dari duduknya, namun tangannya di tahan oleh Joongki.

"Tidak perlu menjauh, disini saja. Kau harus menemani Jisoo disini, pasti dia nantinya akan ketakutan jika hanya ada aku bersama dengannya."

Yeobin pun memilih untuk menggeser posisinya agar Joongki dapat lebih dekat dengan Jisoo dengan tangan yang masih menggenggam erat jemari anaknya.

"Annyeong Jisoo-ya!" sapa Joongki hangat. Ia menyingkirkan beberapa helai rambut halus yang menghalangi wajah cantik Jisoo.

Sapaan hangat Joongki ternyata tidak disambut baik oleh Jisoo. Gadis itu terlihat ketakutan dan tubuhnya kembali bergemataran. Bulir-bulir keringat kembali membasahi wajah mulusnya, tangan yang berada digenggaman Yeobin itu mengeratkan pegangannya bahkan tangan Jisoo saat ini terasa sangat dingin dan berkeringat.

Ia sangat ketakutan, tentu saja. Hal itu tidak bisa dipungkiri. Masa-masa kelam dan kejamnya sebagai anak kecil itu kembali terngiang di dalam pikiran. Betapa sakitnya pukulan, cercaan dan hinaan yang ia terima. Olokan juga tak luput dilontarkan oleh orang-orang yang berlabel 'keluarga' tersebut. Tatapan tajam serta bentakan juga ucapan yang menusuk nan menyayat hati kembali melukai hatinya. Rasa takut itu sungguh membelenggu, ia ingin berhenti dari rasa takut yang menyakitkan ini.

"Gwaenchana, gwaenchana sayang. Eomma ada disini, eomma menemani Jisoo. Lihat eomma, lihat mata eomma!" Yeobin berusaha menenangkan sang putri dan meyakinkan Jisoo bahwa dirinya akan selalu berada di sisi gadis yang sedang ketakutan itu.

"Appa tidak akan menyakitimu sayang. Appa berjanji!" air mata itu luruh kembali disaat ia melihat trauma putrinya kambuh dan dialah penyebab dari trauma itu.

Ia merutuki dirinya yang mengedepankan emosi dan tidak mau mendengarkan penjelasan sang anak di masa lampau. Ia mengumpati dirinya karena begitu mudah ia menjauhkan putrinya yang saat itu masih kecil dari keluarga kandungnya.

"Mianhae Jisoo-ya, mianhae sayang. Mianhae, jeongmal mianhae." semua orang yang berada di dalam ruangan itu menangis seakan mereka juga ikut merasakan penyesalan itu.

Chaeyoung dan Lisa merasa menyesal karena tidak mengetahui bahwa Jisoo merupakan kakak kandung mereka. Jennie menyesal karena telah membenci Jisoo dengan tanpa sebuah alasan yang jelas bahkan berani menyakiti kakaknya itu. Serta Yeobin yang menyesal karena ia pernah memperlakukan Jisoo dengan buruk dan tidak bersikap layaknya seorang ibu kepada anaknya.

Ya, semua orang di ruangan itu merasakan apa itu penyesalan.




















#HiEveryone

Back nih. Baca ya new chapternya. Sorry gak nyambung guys, soalnya ngantuk saya tuh. Mian.

Semoga tetap suka ya.

Love y'all😘

Flower Road | BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang