Chapter 33

1.8K 212 14
                                    

"Ti-tidak mungkin. Bagaimana bisa?" jantungnya saat ini berdebar melihat hasil tes DNA yang saat ini berada di tangannya. Ia tidak menyangka bahwa Jisoo yang mereka kenal selama ini merupakan Jisoo yang sama yang pernah diceritakan oleh Sunghee. Yaitu Song Jisoo, anak sulung dari pasangan Song Joongki dan Jeon Yeobin.

"Bukannya aku ingin mencampuri urusan keluarga kalian, tetapi sebagai dokter dan manusia yang peduli akan sesamanya aku ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu? Dengan segala hormat aku meminta kepadamu Tuan Song untuk mengatakan yang sebenarnya saat ini juha di hadapan kami semua tanpa menutupi sedikit pun hal yang terjadi saat itu!" ada nada geram di dalam kalimat yang diajukan oleh Sunghee itu. Ia merasa saat ini emosinya sudah berada di ubun-ubun dan tidak bisa ditahan lagi.

Seakan membaca gelagat Joongki yang hendak membantah, Sunghee pun segera melanjutkan ucapannya "Jangan coba-coba untuk membantah ataupun menghindari pertanyaan ini Tuan Song! Lihat sepertinya istri dan ketiga anakmu ingin sekali mendengar jawabanmu itu."

"Se-sebaiknya Jennie, Chaeyoung dan juga Lisa menunggu di luar saja. Aku akan mengatakan kebenarannya pada kalian." tawar Joongki, ia tidak ingin melihat wajah kecewa anak-anaknya setelah mendengar kebenaran yang telah bertahun-tahun ia coba tutupi.

"Tidak! Semuanya harus ada disini, tanpa terkecuali. Mereka bertiga berhak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang dicoba untuk ditutupi oleh sang appa bertahun-tahun lamanya." Joongki meneguk ludahnya kasar. Dengan tatapan matanya ia meminta pertolongan kepada sang istri namun tidak dihiraukan karena Yeobin juga ingin mengetahui kebenaran itu dari mulut suaminya sendiri.

Dengan gugup dan memasrahkan diri Joongki pun mulai menceritakan hal yang selalu ia sesali itu.

Bugh..

Satu tinjuan mendarat di rahang Joongki. Seketika ia terjatuh. Ia tidak memiliki keberanian untuk menatap wajah semua orang yang berada di ruangan itu terutama seluruh anggota keluarganya.

"KAU TAU? KAU BAHKAN TIDAK PANTAS UNTUK MENJADI ORANGTUA, KAU TIDAK PANTAS UNTUK MENJADI SEORANG AYAH. KAU PENGECUT! Bagaimana mungkin kau tega menyiksa dan mengusir anak sekecil itu, dia belum mengetahui apa-apa." kalimat yang terucap dari bibir Hangeng semakin lama semakin lirih. Air matanya turun karena ikut merasakan sakit yang Jisoo rasakan. Ia menyayangi Jisoo layaknya anak sendiri. Tidak pernah ada dalam benaknya untuk menyakiti Jisoo. Yang selalu ia tanamkan dan rasakan dalam dirinya yaitu untuk melindungi Jisoo dan menjaga dia apapun yang terjadi, bahkan nyawa sekalipun ia akan memberikannya kepada Jisoo.

Memang benar kata orang lain, 'Orang asing lebih layak disebut keluarga, daripada orang yang berbagi darah dengan kita'.

Tit..

Tit..

Tit..

Bunyi alat elektrokardiogram (EKG) yang begitu nyaring membuat semua orang yang ada disana terkejut.

Mereka bertambah panik ketika melihat Jisoo yang mengalami kejang dan juga kembali memuntahkan darah di dalam masker oksigen yang ia kenakan.

Joongki segera keluar ruangan untuk memanggil dokter bahkan ia lupa ada tombol nurse call tepat di bawah ranjang rumah sakit Jisoo. Sedangkan yang lainnya berlari untuk melihat keadaan Jisoo lain lagi dengan Jennie, gadis itu malah termenung diam mematung di tempatnya. Ia memandang ke arah brankar Jisoo berbaring dengan tatapan bersalah. Ternyata selama ini orang yang selalu ia rundung dan sakiti adalah kakaknya sendiri. Beribu penyesalan memenuhi dirinya.

"Diharapkan untuk semua orang keluar. Kami akan menangani pasien." ujar seorang perawat yang baru saja masuk lalu menuntun mereka untuk meninggalkan ruangan.

🌺🌺🌺🌺

Plak..

Suara tamparan terdengar nyaring di lorong rumah sakit tersebut. Muka yang terkena itu pun kontan menoleh akibat kuatnya tamparan yang diberikan.

"Bajingan!" ucap Yeobin sinis. Ia merasa tertipu atas kebenaran yang baru saja ia ketahui. Ternyata selama ini Joongki telah membohonginya, bahkan bertahun lamanya kebohongan itu baru terungkap sekarang.

Sedih, kesal, kecewa, marah semua itu tercampur aduk di dalam pikirannya. Yang bisa ia lakukan hanyalah menangisi kebodohan yang terlalu mudah mempercayai sebelum mencaritahunya sendiri.

Selama ini Yeobin memang tidak mengetahui bahwa Joongki lah yang telah mengusir Jisoo. Joongki mengatakan kepadanya bahwa putri sulungnya itu diculik oleh musuhnya di dalam bisnis yang mengakibatkan adanya korban jiwa yaitu Song Haneul, ibu Joongki sendiri.

Joongki mengatakan bahwa Haneul sengaja ditabrak oleh musuh bisnisnya itu saat hendak menemani Jisoo bermain di taman, setelah menabrak Haneul barulah mereka menculik Jisoo untuk dijadikan sebagai sanderaan.

Namun naas ternyata mobil yang dihuni oleh suruhan musuh bisnis Joongki dan juga Jisoo mengalami kecelakaan hebat, mobil terbentur dan rusak di berbagai sisi. Serta tak berapa lama kemudian, mobil itu juga terbakar menghanguskan semua yang dilahapnya tanpa menyisakan apapun. Bahkan kerangka korban saja tidak bisa ditemukan akibat dari besarnya luapan api.

Begitu penjelasan yang diberikan oleh Joongki kepada Yeobin. Selama beberapa hari itu pula Yeobin merasa sangat sedih dan seketika perasaan menyesal menggerayangi dirinya. Ia menyesal karena ia telah menyia-nyiakan seorang anak yang telah ia nanti-nanti, bahkan ia juga tidak segan untuk menyakiti anaknya itu.

"Yeobin-ah jangan munafik! Bukankah kau juga ikut serta untuk mengusir Jisoo. Jangan berpura-pura kau dibohongi dan menjadi orang yang paling tersakiti disini. Berkacalah!" sindir Sunghee menatap mata Yeobin nyalang.

"Aku tau dan aku mengakui memang aku tak jarang untuk memakinya bahkan aku juga pernah memukulinya. Tapi sekalipun, aku tidak pernah menginginkan kepergiannya dalam hidupku. Aku juga memang tidak pernah membelanya saat ia disudutkan oleh harabeojinya sendiri serta anggota keluarga yang lain. Tetapi saat ia pergi ke kamar dan menangis sendirian, aku selalu berusaha ada untuknya. Aku berkata padanya bahwa ia tidak pernah sendirian di dunia ini dan selalu mencoba untuk menghiburnya. Aku, aku tidak pernah ingin kehilangannya. Aku..merindukan gadis kecilku. Dia putriku. Aku menyayanginya, sungguh." aku Yeobin sesenggukan. Ia sudah tidak mampu lagi menopang dirinya sendiri, sehingga ia menjatuhkan dirinya ke dinginnya lantai sambil menutup mukanya untuk membungkam suara tangisan.

Chaeyoung dan Lisa menghampiri sang ibu lalu membawanya ke pelukan. Jennie yang masih terduduk sambil termenung di kursi tunggu dengan tatapan kosong. Serta Joongki yang juga menitihkan air matanya dengan tangan mengepal dan kepala tertunduk penuh penyesalan.

Ia menyesali semua perbuatannya. Ia mengumpati dirinya sendiri karena sudah terlalu egois dan menomorsatukan emosi. Ia marah pada dirinya sendiri. Dan ia pun mengakui bahwa dirinya tidak pantas disebut sebagai seorang ayah.

Memang mungkin ia berhasil menjadi seorang ayah untuk Jennis, Chaeyoung maupun Lisa. Namun ia telah gagal menjadi seorang ayah untuk putri sulungnya.

Bajingan, kata itu memang pantas disematkan pada dirinya.

















#HiEveryone

Wuhuuu....update lagi nih.

Selamat membaca.

Love you guys.

Flower Road | BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang