Chapter 29

1.6K 214 14
                                    

"Bagaimana bisa?" seketika Jennie menutup mulutnya, lalu ia mengambil sesuatu dari saku kemeja yang dia kenakan.

"I-Itu seperti milikku." mereka yang melihatnya pun sama-sama terkejut. Liontin yang ada si ponsel Hangeng dan juga yang ditunjukkan oleh Jennie sangat mirip, yang membedakan hanyalah nama yang tercantum di dalam liontin itu.

"Eommaku bilang, liontin ini pemberian unnieku sewaktu aku berulangtahun."

"Dimana unniemu itu sekarang?" tanya Hangeng penasaran. Dia merasa sedang menyusun teka-teki saat ini.

"Aku tidak tau, eomma dan appaku mengatakan bahwa ia hilang disaat eommaku hendak melahirkan kedua adik bungsuku."

"Hilang? Bagaimana bisa?" tanyanya heran.

"Aku juga tidak tahu, tapi setiap aku menanyakan hal tersebut. Harabeoji selalu mengalihkan pembicaraan seperti enggan untuk menjawab pertanyaanku itu."

"Bagaimana dengan nama unniemu? Apakah kedua orangtuamu memberitahumu namanya?" tanyanya lagi.

"Tidak. Harabeojiku selalu mengambil alih pembicaraan jika aku menyinggung tentang hal itu. Jika pun aku menanyakan kepada mereka secara empat mata, mereka juga tidak pernah mengatakannya. Mereka selalu berusaha mengalihkan pembicaraan dan mengatakan bahwa tidak akan pernah membicarakan hal tersebut lagi karena merupakan perintah dari harabeoji."

"Seharusnya sebagai seorang kakek, harabeojimu itu merindukan cucunya. Tapi melihat dari tingkahnya seperti yang kau bicarakan tadi aku tidak yakin tentang itu?" ujarnya mencurigai kakek dari Song bersaudara.

"Jadi maksudmu kau mencurigai harabeojiku? Kau pikir dia dalang dari menghilangnya unnieku? Memang seharusnya aku tidak pernah mengatakan hal tentang keluargaku sedikit pun kepada orang asing. Yang ada mereka hanya akan memperumit masalah dan menuduh orang-orang dengan ketidakjelasan." kesal Jennie tidak terima ketika mendengar Hangeng yang mencurigai kakek yang ia sayangi itu. Tanpa berpamitan ia pun melangkahkan kakinya pergi dari sana.

🌺🌺🌺🌺


Di sebuah ruangan sempit yang hanya diterangi oleh sebuah lampu pijar yang sudah redup seperti hampir mati, tergeletak seseorang dengan banyak luka di wajahnya.

Tangan dan kakinya diikat ketat menggunakan tali serta mulutnya yang diberi isolasi.

Tubuh seseorang tersebut tampak lemas tak berdaya, jika sekilas saja melihatnya kita pasti mengira bahwa dia telah mati.

Tiba-tiba, pintu yang menghubungkan ruangan sempit itu dengan ruang di luarnya terbuka lebar.

Dari sana terlihat dua orang pria berbadan tegap menggunakan jas berwarna cokelat dan marun di tubuhnya. Di belakang mereka juga ada beberapa orang pria yang berbadan besar menggunakan jas hitam serta memegang berbagai macam alat di tangannya.

Alat-alat tersebut antara lain ada tongkat pemukul, stik golf, cambuk, pisau dengan mata yang tajam serta mengkilat, dan juga sebuah pistol.

Kedua pria yang memimpin berada tepat di depan pria yang tergeletak lemah tersebut, sedangkan untuk yang lainnya mereka berada di sisi kanan dan kiri kedua pria tersebut.

"Bangunkan dia!" perintah pria berjas cokelat, kemudian salah satu pria berjas hitam yang berada di sisi kirinya pun maju.

Ia menuangkan seluruh air di dalam botol ke wajah pria yang tergeletak itu menyebabkan pria itu bangun dengan termegap. Ia terbatuk karena air cukup banyak masuk ke dalam hidungnya.

Flower Road | BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang