Chapter 15

1.6K 215 8
                                    

"Wah...wah... Lihat anak ini! Sudah berani membohongi kita rupanya dia, Jennie-ya" Nayeon berkata sambil mendorong kepala Jisoo berulangkali dengan menggunakan jari telunjuknya.

Saat ini mereka sedang berada di belakang kampus tetapi masih di dalam kawasan kampus tersebut, tepatnya di sebuah tempat penyimpanan atau gudang untuk barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi.

Kondisi ruangan tersebut cukup menyeramkan, karena lampu yang ada disana berulangkali mati-hidup seperti hendak putus.

Kondisi gudang tersebut juga sangat berdebu yang membuat orang-orang yang berada disana pasti akan kesulitan bernafas.

"Kau benar unnie, gadis bodoh ini ternyata sudah berani membohongi kita" ujar Jennie dengan smirknya.

"Maka dari itu gadis bodoh, hari ini kami akan memberikanmu hukuman yangbpastinya berkali-kali lipat" Jisoo, gadis itu. Hanya dapat menundukkan kepalanya dalam. Saat ini ia sangat ketakutan, bukan karena keadaan gudang tersebut melainkan karena ancaman dari kedua gadis yang ada dihadapannya sekarang.

Ia memohon kepada Tuhan di dalam hatinya, agar ia dapat terhindar dari hukuman yang akan diberikan oleh kedua gadis ini.

Tak menunggu waktu lama, akhirnya Nayeon pun memulai hukumannya.

Ia menampar Jisoo berkali-kali yang menyebabkan sudut bibir Jisoo mengeluarkan darah.

Tidak berhenti disitu, ia juga menarik rambut Jisoo kuat-kuat. Jisoo merasakan panas yang sangat di kulit kepalanya akibat jambakan dari Nayeon.

Ia menuangkan air bekas pel yang kotor dan bau tepat di wajah Jisoo yang saat ini mendongak mengarah ke atas akibat dari tarikan di rambutnya.

Jisoo pun terbatuk-batuk, Jennie juga mulai memberikan hukumannya kepada Jisoo dengan cara memaksa Jisoo untuk membuka mulutnya agar air kotor itu dapat Jisoo minum.

"Buka mulutmu sialan, buka sekarang juga" Jennie mengapitkan kedua pipi Jisoo dengan menggunakan tangan kanannya, setelah berhasil membuka mulut Jisoo tangan kirinya pun mengambil air kotor tadi dari tangan Nayeon lalu memaksa air tersebut untuk Jisoo minum.

Karena tarikan dari rambutnya yang terasa sangat pedih juga pipinya yang sangat sakit akubat cengkeraman dari tangan Jennie, akhirnya Jisoo pun terpaksa meminum air tersebut sampai habis.

Jennie dan Nayeon yang melihat hal itu merasa sangat senang, mereka kemudian tertawa terbahak-bahak.

Jisoo hanya dapat menahan tangisannya, ia tidak ingin dianggap lemah oleh dua orang yang menghukumnya saat ini.

Tiba-tiba, Nayeon melepaskan rambutnya dari tangan dia. Merasakan hal itu Jisoo bersyukur karena setidaknya kulit kepalanya sudah tidak perih lagi.

Tapi ternyata, hukumannya tidak hanya berhenti disitu saja. Nayeon pergi ke arah sudut gudang tersebut lalu mengambil sebuah balok kayu yang ada disana.

Ia kemudian membawanya kembali menghadap Jisoo. Jennie yang melihat itu sebenarnya cukup terkejut, ia tidak ingin kakak sepupunya itu berbuat yang tidak-tidak ia ingin mencoba mencegahnya.

Tetapi, tiba-tiba kepalanya mengingat bagaimana tatapan orang-orang pada saat mereka sedang berada di kafe tempat Jisoo bekerja. Disaat ia memarahi Jisoo didepan umum akibat keteledorannya, orang-orang tersebut bukannya ikut menghakimi Jisoo melainkan memandang mereka secara remeh kebanyakan dari mereka memang memandang ke arah Nayeon. Tetapi, karena Nayeon merupakan kakak sepupunya ia pun merasa marah kepada Jisoo karena Jisoo-lah penyebab mereka kesal kemarin.

Jennie pun memutuskan untuk tidak mencegah Nayeon, tapi juga tidak ingin ikut campur untuk memukuli Jisoo dengan balok kayu tersebut.

Ia hanya akan tetap berdiri disana, mengawasi keadaan di luar untuk mencegah orang-orang melihat tindakan kakak sepupunya itu.

Nayeon mulai mengayunkan balok kayu tersebut ke arah punggung Jisoo. Ia memukulinya membabi buta, Jisoo merintih kesakitan memohon ampun agar Nayeon berhenti melakukan aksinya ini.

"J-jebal Nayeon-ssi. Kumohon ampuni aku, ampuni aku Nayeon-ssi" pinta Jisoo lirih.

"Apa kau bilang? Ampun? Itu tidak mungkin Jisoo-ssi, aku tidak mungkin mengampunimu semudah itu. Kau sudah membuatku sangat malu di depan umum dan saat ini kau meminta ampun, jangan harap aku akan mengabulkan permintaanmu itu gadis sialan!" teriak Nayeon dengan penuh emosi sambil terus-menerus memukuli Jisoo dengan balok kayu tersebut.

Saat ini, pukulan tersebut sudah tidak berada di punggungnya lagi tetapi sudah berpindah ke seluruh tubuhnya. Mulai dari lengan, perut hingga betisnya pun mengenai pukulan dari Nayeon itu.

Jisoo tidak henti-hentinya meminta ampun, namun seakan tuli Nayeon tidak mendengar permintaa dari Jisoo tersebut ia tetap terus memukuli Jisoo tanpa ampun.

Jennie yang saat itu melihat seorang mahasiswa sedang menuju ke arah gudang tersebut pun mulai menghentikan Nayeon.

Ia terus-menerus memanggil Nayeon namun Nayeon tidak mendengar panggilannya, ia tetap melakukan kegiatannya tersebut.

Akhirnya, karena orang tersebut semakin mendekat ia pun menarik balok kayu dari tangan Nayeon secara paksa yang membuat Nayeon segera mengalihkan wajahnya ke arah Jennie.

Jennie pun mengatakan bahwa ada seseorang yang akan datang kesini, ia pun segera menarik tangan Nayeon keluar dari sana meninggalkan Jisoo yang saat ini sedang kesakitan seorang diri.

"Apa yang kau cari Mina-ssi?" tanya Jennie sambil berusaha menetralkan nafasnya.

"Oh.. Nayeon-ssi, Jennie-ssi. Aku diberi tahu oleh Kyuhyun-gangsa untuk mengambil pemukul baseball dari gudang"

"Bukannya pemukul baseball ada di gudang olahraga? Mengapa kau mencarinya disini Mina-ssi?

"Itu bukan gudang olahraga? Aku pikir gudang hanya yang itu saja, ternyata tidak"

"Iya, gudang itu bukan gudang olahraga itu gudang umum. Gudang olahraga ada di dekat kantin kampus, ayo kami antar!" ajak Jennie kepada Mina dengan memberikan senyumannya.

"Tapi, mengapa kalian berdua ada disana?" tanya Mina tiba-tiba.

Degh...

"T-tidak apa-apa, aku tadi disuruh oleh Changseob-gangsa untuk meletakkan beberapa berkas yang tidak diperlukan lagi disana karena takut aku jadi meminta Nayeon-unnie untuk menemaniku" ucap Jisoo berusaha untuk tidak gugup.

"Baiklah, kalau begitu. Ayo temani aku"

🌺🌺🌺🌺

Jisoo berusaha untuk bangkit berdiri dan keluar dari ruangan tempatnya dihukum itu.

Tetapi, seberapa besar pun usahanya itu tidak membuahkan hasil sedikitpun. Ia tetap saja terjatuh kembali.

Jisoo pun berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyeret tubuhnya ke pinggir gudang tersebut agar dia dapat bersandar selagi menunggu pertolongan walaupun kemungkinan orang yang datang hanya 0,1% saja.

Ia tahu, gudang yang saat ini dia tempati sudah sangat jarang digunakan. Makanya hanya kemungkinan kecil saja orang akan datang kesini.

Jisoo merasa sudah tidak kuat lagi menahan kesadarannya, ia sudah sangat lelah. Ia sangat kesakitan.

Untung saja, tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan tersebut. Tetapi, sebelum Jisoo bisa melihat wajahnya pandangannya sudah menggelap dan ia pun tak sadarkan diri.























#HiEveryone

Aku udah update nih, baca ya chapter 15 nya.

Semoga terhibur.

Tetap tunggu chapter selanjutnya ya bestie.

Juga jangan lupa vote and comment-nya.

Love you guys😘😘

Flower Road | BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang