11

78 18 4
                                    

"Makasih banyak ya, Bu."

"Iya Kizi, hati-hati di jalan ya."

Perempuan itu pun meninggalkan ruangan dengan tas berwarna hitam di pundaknya. Hari ini lumayan melelahkan tapi ia menyukainya. Banyak hal baru yang ia alami hari ini. Walaupun tidak semuanya menyenangkan.

Hari ini ia mengetahui satu fakta menarik tentang teman barunya. Sean memiliki kepribadian ganda dan ia berkenalan dengan pribadinya yang lain bernama Tian. Semoga saja ia bisa berteman baik dengan Tian.

Dari pengamatan singkatnya, Tian adalah orang yang pemberani dan tegas. Ia tebak bahasa sehari-harinya adalah bahasa inggris. Untung dirinya lumayan lancar dalam bahasa inggris jadi ia bisa memahami apa yang dikatakan Tian.

Disaat perempuan itu sedang menunggu ojek online datang, perutnya mengeluarkan suara aneh pertanda kalau ia kelaparan. Ia ingin membeli sesuatu untuk mengganjal perutnya tapi uangnya tidak cukup.

"Semoga mama papa gak pulang hari ini."

Begitu driver ojek sampai, Kizi pun memakai helmnya lalu duduk di jok belakang motornya. Ia berjalan menuju rumahnya yang berada di Perumahan Zemira. Butuh waktu sekitar 20 menit dari tempat les ke rumahnya.

Begitu sampai, ia membuka sepatunya dan menaruhnya di rak. Ia berjalan menuju ruang makan. Berharap ada sesuatu yang bisa dimakan sebelum ia tidur. Tapi nihil, meja makan sangat bersih tidak ada piring atau apapun di atasnya.

"Kizi laper?"

Sontak Kizi menoleh begitu mendengar suara seseorang berbicara dan menyebutkan namanya. "Oh Bi Desi, sedikit laper sih hehe. Tapi ternyata gak ada makanan ya ...."

"Kalo gitu Bibi masakin telur dadar, ya? Tenang aja, bu Angel sama pak Arslan hari ini pulangnya malam. Kamu masih keburu untuk makan," kata Bi Desi lalu berjalan ke arah dapur untuk memasak telur dadar.

"Yaudah kalo gitu, makasih banyak ya, Bi." Kizi menaruh tasnya terlebih dahulu di kamar lalu duduk di meja makan sambil bersenandung kecil.

Tak lama indra penciuman Kizi dapat menghirup aroma telur dadar dan nasi hangat. Bi Desi menaruh piring itu di depannya. "Makasih ya, Bii," kata Kizi lalu melahap telur dadar itu.

Bi Desi tersenyum hangat. "Iya, ayo dihabisin biar ada tenaga, tidur kan juga butuh tenaga."

"Mana ada, Bi. Tidur kan diem doang," balas Kizi dengan mulut yang penuh dengan nasi.

"Ahaha udah makan yang tenang, nanti keselek. Bibi ke kamar ya," katanya lalu pergi meninggalkan Kizi sendirian di ruang makan.

Rasanya seperti di surga. Inilah yang Kizi rasakan sekarang. Makan sendirian di ruang makan lebih nyaman dibanding makan bersama orang tuanya dan kakaknya. Ia bisa merasakan suap demi suap tanpa ada rasa tertekan sedikitpun.

Tapi sayang, rasa nyaman itu tidak berlangsung lama. Tepat setelah seorang wanita dengan kemeja hitam dan rok span sepaha datang dan berdiri di hadapannya dengan tatapan menusuk.

"Ngapain kamu?" tanya wanita itu sambil menyilangkan tangan di depan dadanya.

"M-makan, Ma ...." Kizi tidak bisa melanjutkan kegiatan makan malamnya. Sendoknya tersimpan rapi di atas piring. Masih ada sisa telur dadar dan nasi seperempat lagi.

"Kamu itu beneran bagian dari keluarga ini atau bukan, sih?"

Kizi tak kuasa menjawab. Ia tetap diam. Kalaupun ia menjawab juga tidak ada gunanya. Ia akan tetap dimarahi karena makan lewat dari jam 8 malam.

"Tau kan ada peraturan untuk tidak makan lewat dari jam 8 malam? Kenapa sih kamu tuh susah banget buat patuh? Ini demi kebaikan kamu sendiri, Kirisha."

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang