13

62 13 0
                                    

"Julia!"

Dengan kecepatan kilat Tian berdiri di depan Julia sambil mengangkat penggorengan yang Elisa bawa tadi. Suara beling yang beradu dengan logam dapat terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Untungnya tepat waktu, kalau meleset sedikit wajah mulus Julia akan terluka.

Alih-alih menancap di wajah Julia, beling itu malah melukai tangan lelaki itu. Sakit? Tentu saja. Tapi ia tahan, akan hancur harga dirinya kalau ia mengeluh kesakitan hanya karena luka seperti itu.

"Mampus lu anjing berdarah kan lu, mampus mampus mampus," ujar Tian penuh amarah. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, setidaknya dengan mengolok-olok lelaki itu membuatnya puas.

Tian ingin memukul kepala lelaki itu dengan penggorengan tapi ditahan oleh Julia. Ia tidak mengerti kenapa Julia masih memiliki rasa iba kepada seseorang yang sudah tega melukainya.

"Don't you dare to touch her, or your blood gonna end up in my glass." Tian melempar penggorengan itu asal membuat indra pendengaran semua orang yang berada di sana nyeri karena suaranya yang nyaring.

"Ck! Kamu bebas kali ini, tapi gak buat nanti." Lelaki itu mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan rumah Julia.

Tian memandangi punggung lelaki itu yang semakin lama semakin menjauh. "Ya ya ya serah lo aja dah," katanya dengan nada remeh. Ia pun beralih kepada Julia. "Itu jidat lo! Gak sakit apa?" tanyanya.

"E-enggak ... ya dikit sih," katanya sambil memegang pelipisnya.

"Kamu ada p3k? Sini saya obati," kata Elisa.

Julia berjalan menuju tempat kotak obat-obatan miliknya. Lalu membawanya ke ruang dimana terjadinya keributan. "Makasih ya, Sean, Mama Sean. Saya berterima kasih banget sama kalian. Kalo kalian gak nyamperin gak tau lagi deh, mungkin saya bisa masuk berita besok pagi," kata Julia.

"Hush ngomongnya ngaco. Kamu kok bisa punya pacar kasar kayak dia sih?" tanya Elisa sambil membasahi kapas dengan betadine.

"Saya juga kaget, Bu. Padahal selama saya pacaran sama dia, dia gak sekasar ini. Semenjak saya sering main sama temen saya dia jadi cemburu buta gini. Padahal saya gak pernah berduaan sama laki-laki lain. Ya pernah sih, tapi itu awalnya rame dan kebetulan tinggal saya berdua sama cowok itu yang masih stay di tempat, eh pacar saya mergokin dan mikir yang aneh-aneh," jelas Julia panjang lebar.

"Just fucking break up with him. Buat apa pertahanin cowok kayak gitu?" celetuk Tian yang sedang menyapu bekas beling dan makanan berserakan.

Julia menganga mendengar perkataannya. "S-Sean astaga ...." Perempuan itu sesekali melirik ke arah Elisa takut kalau wanita itu marah mendengar gaya bicara anaknya yang kurang pantas.

Sedangkan Elisa masih fokus menempelkan kassa di pelipis Julia yang luka. Wanita itu sudah memaklumi sifat Tian yang blak-blakan. Mendengarnya kata-kata itu sudah bukan hal mengejutkan baginya.

"Gue bukan Sean, gue Tian," balasnya tanpa melihat ke arah Julia. Tanpa melihatnya, ia tahu perempuan itu sedang memasang wajah yang terkejut.

Elisa mendekatkan mulutnya ke telinga Julia. "Anak saya punya kepribadian ganda. Maaf ya bikin bingung, sekarang ini Tian yang lagi ambil alih tubuhnya," bisik Elisa.

Tian pun berjalan mendekati Julia lalu berdiri di hadapannya. "Salken ya, Julia. Gue Christian, panggil Tian aja. By the way, kita seumuran kayaknya." Lelaki itu mengulurkan tangannya, tak lama Julia membalasnya.

"I-iya salken juga, Tian."

"Lo kalo diapa-apain lagi sama pacarnya bilang ke gue aja langsung. Ntar gue bogem tuh orang sampe bonyok."

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang