30

54 14 2
                                    

"Roti dan selai, bunga dan kumbang, Romeo dan Juliet ...."

Selama perjalanan hanya suara radio mobil yang terdengar. Kakak beradik ini tidak ada yang inisiatif untuk membuka suara. Aidan tidak menanyakan apa yang terjadi kepada adiknya saat di sekolah tadi. Kizi juga tidak menanyakan apa yang akan mereka lakukan bersama teman sang kakak nanti.

Kedua mata bulat gadis itu terpaku kepada pantulan spion. Terdapat satu motor—lebih tepatnya seorang lelaki remaja yang duduk di bagian belakang motor—yang berada di belakang di samping kiri mobil yang ia naiki. Saat itu juga ia menyadari kalau mobilnya dan motor itu pergi ke arah yang sama.

Awalnya ia pikir ini hanya kebetulan, tetapi saat mobilnya melewati gerbang suatu perumahan, motor itu masih berada di belakangnya. Begitu mobil berjalan menuju satu komplek, Kizi semakin merasa bingung. Dibanding bertemu dengan teman Aidan, ini lebih seperti akan bertemu dengan Sean di rumahnya.

Mobil berhenti di salah satu rumah berpagar hitam. Kizi bisa melihat seorang perempuan keluar dari rumah itu. Ia yakin perempuan itu adalah seseorang yang bernama Julia. Pakaiannya yang elegan berbeda saat pertama kali ia melihat perempuan itu. Perempuan itu tidak langsung masuk ke mobil. Kizi melihat perempuan itu sedang berbincang dengan seorang lelaki berambut putih.

Setelah beberapa menit, barulah perempuan itu membuka pintu bagian belakang mobil milik Aidan. "Hai, Kak. Eh, adek kamu ...." Perempuan itu memandangi seragam Kizi yang tidak terlihat asing di matanya. "Kamu temenan sama Sean, gak?" tanyanya.

Perlahan Kizi mengangguk. Saat itu juga mata Julia menjadi berbinar. "Kak, aku ajak tetangga aku juga gimana? Biar rame," pintanya sambil menepuk pundak Aidan beberapa kali. Aidan hanya merespon dengan anggukkan. Perempuan itu pun menghampiri tetangganya yang sedang membuka pagar rumahnya.

"Sean, mau ikut aku jalan-jalan gak?" tanya Julia.

"Ke mana, Kak?"

"Belum tau sih, tapi sama temen kamu juga. Pacar aku ajak adiknya juga tuh," kata Julia.

Setelah berpikir sebentar, Sean pun menerima ajakannya. "Yaudah boleh deh, Kak. Tapi aku ganti baju dulu sebentar ya?"

Julia mengangguk. "Nanti langsung masuk aja ya ke mobil itu," katanya sambil menunjuk ke mobil milik Aidan. Sean pun masuk ke dalam rumah sedangkan Julia kembali ke mobil.

"Hai, aku Julia. Kamu siapa?" tanya Julia sambil mengulurkan tangannya ke arah Kizi.

"Aku Kizi," balas gadis itu lalu menjabat tangan Julia.

"Kizi?" Aidan menautkan alisnya. Ia tidak pernah tahu kalau adiknya memakai 'Kizi' sebagai nama panggilannya. Seumur hidupnya ia hanya memanggilnya dengan 'Kirisha' atau 'Adik' saja.

"Kirisha Ziffa," lanjut Kizi karena ia tahu kakaknya pasti bingung dari mana terbuatnya nama panggilan itu.

"Oooh, keren banget panggilannya. Salam kenal ya, Kizi. Semoga kita bisa jadi deket, anggep aja aku kakak kamu ya," kata Julia dengan senyum manisnya.

Tak lama setelah mereka saling memperkenalkan diri, Sean dengan hoodie hitam milik Tian dan celana jeans panjang berwarna biru dongker, masuk ke dalam mobil. Penampilannya menjadi sangat berbeda dari biasanya.

Betapa terkejutnya lelaki itu saat melihat seorang gadis dan seorang lelaki yang duduk di bagian depan mobil. Matanya membelalak sekaligus berbinar. "Loh Kizi? Kok bisa ada di sini? Apa jangan-jangan ... kamu adiknya mas ini?!" tanya Sean heboh.

"Kok ajak dia sih?" tanya Aidan dengan intonasi yang tidak menyenangkan. Tentu saja ia merasa geram saat melihat Sean karena lelaki itu pernah bertengkar dengannya tempo hari.

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang