10

88 15 0
                                    

"Christian itu siapa?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Sean sontak menoleh ke arah Kizi. Matanya terbelalak, mulutnya menganga. Ia sangat terkejut dengan pertanyaan itu. Bagaimana bisa Kizi tahu tentang Tian? Apakah dia sempat memperkenalkan dirinya kepada Kizi?

Untuk beberapa saat Kizi hampir tertawa melihat ekspresi lelaki itu, tapi ia berhasil menahannya. Sangat tidak tepat untuk tertawa di saat seperti ini.

"K-kok kamu ... tau dia?" tanya Sean.

"Tadi dia sendiri yang ngenalin diri ke aku," jawab Kizi.

Sean menggenggam kedua tangan Kizi dengan kedua tangannya. "Zi, janji ya kalo aku cerita nanti kamu gak jauhin aku. Janji, ya?" katanya sambil menatap kedua mata Kizi. Matanya berbinar penuh harap. Ia sangat khawatir kalau Kizi tahu tentang keadaannya akan membuat perempuan itu menjauh darinya.

Kizi sedikit tersentak saat tangannya digenggam begitu erat oleh lelaki di sampingnya. Mau bagaimanapun, dirinya ini adalah perempuan. Walaupun ia menganggap Sean hanya teman tetap saja ia merasa sedikit salah tingkah diperlakukan seperti ini.

"Nak Kizi ini baj—eh ... mama ganggu ya?" tanya Elisa. Perlahan wanita itu melangkah mundur, berniat untuk meninggalkan anak semata wayangnya yang sepertinya sedang butuh waktu berdua dengan perempuan di sebelahnya.

Pandangan Sean beralih ke sang mama. "Eh, Mama! Mau ke mana? Zi, tuh ganti baju dulu," kata Sean lalu melepaskan genggamannya.

Elisa pun menghampiri mereka berdua. "Ini ya bajunya, kalau gak pas bilang aja. Kamar mandi ada di sana, pintu warna putih," kata Elisa sambil memberikan kaus berwarna ungu dan rok selutut berwarna coklat muda.

Kizi menerimanya lalu beranjak dari duduknya. "Makasih banyak ya, Tante. Saya izin pakai kamar mandinya."

"Santai aja, Sayang. Gak usah kaku kalau sama tante," kata Elisa sambil mengelus pundak Kizi pelan. Kizi membalasnya dengan senyuman canggung. Perempuan itu pun berjalan ke arah kamar mandi untuk mengganti seragamnya.

Elisa pun duduk di tempat Kizi duduk tadi. "Pacar?" tanyanya sambil menatap Sean jahil.

Sean membanting tubuhnya ke sandaran sofa. "Ma, please lah. Sean capek ditanya kayak gitu mulu. Sean baru juga kenal dia beberapa hari masa iya udah pacaran aja?" balasnya.

Elisa tertawa kecil melihat tingkah anaknya. "Ya mama kan cuma nanyaaa, oh iya mama mau nanya dong. Kenapa dia basah kuyup gitu? Kasian banget. Mana dari baunya kayak air bekas pel, mama salut dia tahan sama baunya," kata Elisa sedikit berbisik khawatir Kizi mendengarnya.

"Gak tau juga Sean. Jujur Sean juga kaget liatnya," balas Sean.

"Loh kok bisa gitu?"

"Ya biasa lah, Ma, Tian," kata Sean tanpa melihat ke arah Elisa. Ia yakin Tian tahu apa yang terjadi kepada Kizi. Kalau bukan dia siapa lagi?

Elisa menatap Sean dengan tatapan yang sedikit menusuk. "Eh awas loh, gimana kalo ternyata Tian gangguin Kizi? Kasian loh pasti dia bingung banget," kata Elisa yang membuat Sean ikut merasa bersalah. Padahal belum tentu seperti itu kenyataannya.

Ditengah seriusnya percakapan anak dan ibu itu, Kizi keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Walaupun rambutnya masih sedikit lepek dan baunya masih menempel di tubuhnya.

"Cantiknya, sini Kizi duduk samping tante." Elisa menepuk tempat kosong di sebelah kanannya. Kizi pun menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. Wanita itu memandangi Kizi sebentar lalu beranjak dari sofa.

Tak lama Elisa kembali sambil membawa handuk kecil dan beberapa botol parfum. "Tante punya ini, pilih aja kamu suka yang mana," katanya sambil menyodorkan benda-benda itu.

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang