14

66 14 0
                                    

"Pagi, Zi."

Perempuan itu mendongakkan kepalanya. "Hm? Pagi juga, Sean."

Mata Sean terpaku kepada bulatan bewarna ungu gelap di dahi Kizi. "Itu udah diobatin belom?" tanyanya sambil menunjuk ke dahinya.

Kizi mengangguk kaku. Sebenarnya ia lupa mengobatinya, tapi daripada membuat Sean khawatir lebih baik ia berbohong saja. Lagipula sudah tidak terlalu sakit.

Sean mengacungkan ibu jarinya. "Oke bagus, bagus." Ia pun duduk di kursi samping Kizi.

"Sean."

"Apa?"

"Aku boleh nanya?" Sean mengangguk tanda ia memperbolehkan Kizi untuk bertanya.

"Tian itu orangnya gimana?"

Sean tersenyum mendengar pertanyaan Kizi. Entah kenapa ia merasa lega mengetahui Kizi tidak menjauhinya setelah mengetahui fakta ini.

Kizi menekuk alisnya. "Ih kok senyum-senyum sih? Pertanyaan aku emang terlalu bodoh, ya?" tanyanya.

"Enggaak, aku cuma seneng aja. Kamu mau deket sama Tian? Aku bisa switch sekarang, tapi aku harus diem dulu agak lama," balas Sean.

"Switch? Itu maksudnya gimana?" tanya Kizi saat ia mendengar istilah asing yang Sean katakan.

"Switch itu nanti kita gantian, Tian yang bakal ambil alih tubuh ini. Oh iya Tian lebih tua dari kamu tau, jadi kamu harus panggil dia kak Tian."

"Oh ... umurnya juga beda ya? Aku kira sama semuanya," balas Kizi sambil menganggukkan kepalanya. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Sean dan menopang kepalanya menggunakan tangan kirinya.

"Iya beda, dia lebih tua 3 tahun dari aku. Tugas dia sebagai protector sistem. Jadi kita tergabung di satu sistem, kita kasih namanya Sistem Mint&Cho. Aku itu host sistemnya, terus Tian itu protector, yang jagain kita. Ada banyak lagi tapi mungkin jelasinnya nanti aja ya kalo kamu ketemu sama orangnya langsung."

"Jadi kalian gak cuma berdua?" tanya Kizi lalu dibalas anggukkan oleh Sean.

Kizi baru tahu kalau umur mereka bisa berbeda-beda, ia pikir sama saja. Hanya berbeda sifat dan tingkah lakunya. "Trus kalo dia lebih tua dari kamu berarti dia udah kuliah dong? Itu dia gimana belajarnya?" tanya Kizi.

"Ngikut aku aja. Kan gak lucu kalo orang yang penampilannya masih SMA gini masuk perguruan tinggi."

"Ooh gitu. Kalo proses switch? Bener kan ya namanya switch? Itu prosesnya gimana? Rasanya switch gimana?"

"Kadang aku harus kayak diem dulu baru Tian bisa ambil alih, tapi kadang juga dalam hitungan detik bisa gantian. Rasanya ... gimana ya, susah jelasinnya. Intinya pribadi aku yang lain bakalan berasa kayak didorong buat masuk ke tubuh ini gitu," jelas Sean.

"Wow ... keren banget. Terus, eh jadi kebanyakan nanya. Gak jadi deh," kata Kizi. Sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan tapi ia takut Sean merasa lelah menjelaskannya.

"Gapapa kok tanya aja. Tanya aja semua yang kamu pengen tau. Sebisa mungkin aku jelasin." Raut wajah Kizi seketika berubah menjadi cerah, Sean bisa melihat betapa bahagianya senyuman perempuan itu. Hatinya menjadi hangat seketika.

"Beneran? Oke kalo gitu ... oh ini. Kalo misalnya pribadi lain lagi gak ambil alih tubuh kamu, dia kemana?"

"Dia di headspace. Tau headspace?" tanya Sean. Kizi menggeleng. Ia sama sekali tidak pernah mendengar istilah itu sebelumnya. Seketika ia merasa bodoh, walaupun ini bukanlah hal umum yang banyak orang ketahui tapi tetap saja ia merasa malu.

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang